Pukul tiga tiga puluh pagi, San baru saja menyelesaikan shift-nya di bar milik Yunho. Sebelum pulang ke kediamannya ia sempat berpamitan dengan dua sepupu Jung juga mengatur jadwal shift-nya.
Setelah memarkirkan motornya ia segera mengeluarkan kunci cadangan yang selalu ia bawa kemana-mana. Belum sempat San memasukan kunci kedalam lubangnya pintu sudah terbuka dari dalam.
"Kak San!" Sapaan–atau lebih tepatnya pekikan–dari adik satu-satunya itu membuat ia terkejut.
"Loh adek? Kok jam segini masih bangun? Kamu nggak tidur?"
"Aku kebangun karena denger suara motornya kakak. Pas aku cek di jendela, beneran itu kakak jadi aku turun"
San meringis, tangan besarnya mengusak helaian lembut sang adik.
"Maaf ya, kakak jadi bangunin kamu"
"Nggak papa kak..." Senyuman terpatri di wajah manis sang adik.
"Yaudah masuk yuk, dingin" Ucap yang lebih tua, sembari merapatkan kedua tangan ketika angin dingin berhembus.
"Oh iya, ini tadi kakak dikasih ini sama atasan kakak di cafe. Diangetin ya" San menyodorkan kotak berisi pastry yang tadi malam diberikan Nayun pada adiknya.
"Yeyy! Pastry! Makasih kak" San tersenyum lembut, adiknya sangat menggemaskan saat ini. Apalagi dengan piyama biru pastel yang terlihat besar ditubuhnya.
"Kamu sama nenek gimana di rumah tadi? Baik kan? Nggak ada apa-apa?" Tanya si sulung Choi yang diangguki oleh Jongho.
"Nggak ada apa-apa kak. Oh! Baru inget, tadi kak Seonghwa dateng kesini"
Mendengar nama yang lolos dari bibir adiknya seketika membuat jantung pemuda Choi berdesir.
"Oh ya? Ada apa kak Seonghwa kesini?"
"Katanya mau jenguk nenek, sekalian mastiin kakak udah pulang atau belum. Kak Seonghwa bilang kakak sekarang punya kerjaan baru, iya kak?" Sulung Choi mengangguk, namun tiba-tiba raut wajah manis adiknya berubah.
"Kok kakak nggak bilang aku kalo kakak punya kerjaan baru? Aku malah tau dari kak Seonghwa"
"Adek... Kakak bukannya nggak mau bilang, kakak mau bilang sama kamu pas kakak udah pulang kerja. Tapi kayaknya kakak keduluan sama kak Seonghwa" Tidak ada perubahan pada raut wajah itu, Jongho masih merengut.
"Hey... kok masih cemberut sih?" San kembali mengusak helaian itu lembut. "Kenapa hm?" Jongho menghela nafas, bibirnya terkunci untuk mengeluarkan sepatah kata apapun. Ia lebih memilih menatap piyama birunya daripada menatap yang lebih tua.
"Dek... Kalo kamu marah karena kakak nggak bilang ke kamu dari awal kalo kakak punya kerjaan baru, kakak minta maaf ya? Iya kakak salah, harusnya kamu tau soal ini dari kakak bukan dari kak Seonghwa atau orang lain. Tapi kakak juga bakal kasih tau kamu secepatnya kok dek... Maafin kakak ya?"
"Bukan itu masalahnya kak..." Rengek Jongho. Mata bulat jernihnya itu kini menatap sang kakak. San yang tidak mengerti hanya menatap balik sang adik, menunggu yang lebih muda melanjutkan kalimatnya.
"Yang jadi masalah tuh kesehatan kakak. Aku tau kakak ngelakuin ini buat nenek, buat aku, buat Maga juga, tapi kalo kakak kerja dibanyak tempat terus-terusan kakak juga bisa tumbang kak"
San dibuat terdiam akan raut kesal Jongho yang kini berganti dengan raut khawatir yang kentara.
"Kak... Kakak gak perlu kerja keras kayak gini, kakak itu manusia bukan robot yang tenaganya bisa dipake terus-terusan. Kakak perlu istirahat, kakak perlu mentingin diri kakak juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄 𝐒 𝐂 𝐀 𝐏 𝐈 𝐒 𝐌 || woosan!au
Fanfictiones·cap·ism /əˈskāpˌizəm/ (noun) the tendency to seek distraction and relief from unpleasant realities, especially by seeking entertainment or engaging in fantasy. ↗bxb ↗top!San ↗bot!Wooyoung