01;

200 21 9
                                    

Suara debaman keras antara samsak dengan kepalan tangan yang terbalut sarung tinju menggema memenuhi ruangan itu. Peluh mengalir dari pelipis dan dahi menuju ke leher, menampakkan betapa kerasnya latihannya saat ini.

Pukulan terus ia layangkan ke arah target didepannya hingga tak menyadari seseorang masuk dan memperhatikan gerakannya sedari tadi.

"Cukup!" Suara lantang dari seseorang yang cukup untuk menghentikan kegiatannya.

"Latihan kali ini sampe sini aja. Kamu udah latihan 5 jam penuh loh gak capek apa?" Ujar seorang pria setengah baya seraya mendekati pemuda tersebut.

Si pemuda menggeleng, tidak menghiraukan peluh yang menetes dan nafas yang memburu. Membuat si pria terkekeh.

"Sudah, sudah. Latihan hari ini cukup sampe sini dulu. Saya tau kemampuan dan daya tahan kamu meningkat belakangan ini. Tapi inget! Turnamen sebentar lagi, kamu harus jaga stamina kamu ya!"

Pemuda itu mengangguk kemudian tersenyum singkat.

"Baik, coach!"

Pria yang dipanggil coach itu pun melenggang pergi setelah menepuk sekilas pundak si pemuda.

Choi San, pemuda yang kini melepas sarung tinju yang sedari tadi melingkupi tangannya, menyugar surai hitamnya yang lepek akibat keringat ke belakang.

San meraih tumbler airnya, meneguk isinya yang tinggal setengah hingga tandas kemudian terduduk sembari menyandarkan punggungnya ke dinding.

San menghela nafas panjang, tampak jelas sekali pemuda tersebut tengah lelah.
Namun, senyumnya mengembang begitu melihat beberapa pesan singkat dari adik kecilnya begitu ia menyambar ponsel pintarnya.

Tak kunjung lama ponselnya bergetar tanda panggilan masuk, tak butuh waktu lama baginya untuk menjawab panggilan tersebut saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Halo?"

"Kakak! Kakak dimana? Kenapa belum pulang? Kakak kemana? Kenapa chat aku gak di read?!"

San terkekeh saat mendengar serentetan pertanyaan dari sang adik. Terdengar nada kekesalan pula di setiap pertanyaan sang adik.

"Ya ampun, satu-satu dong nanyanya kakak pusing nih jawab mana dulu"

"Yaudah! Kakak dimana sekarang?"

"Kakak baru selesai kerja dek, ini kakak mau pulang nih, kakak mau ganti baju. Kenapa hm?"

"Gak papa kak, tadi aku khawatir sama kakak soalnya kakak belom pulang padahal ini udah malem banget. Kita khawatir kak makanya aku telfon kakak"

San tersenyum mendengarnya, hatinya menghangat saat mendengar nada kekhawatiran dari ucapan sang adik.

"Kakak udah mau pulang kok, tunggu bentar ya? Kamu mau dibawain apa hm?"

"Gak usah kak, kakak pulang sekarang dengan selamat dan utuh tanpa kurang satupun aja udah cukup"

"Eyy emang kakak pergi perang apa? Pulang dengan utuh" San terkekeh hingga membuat surai hitamnya bergerak.

"Ish! Maksudnya kakak pulangnya hati-hati kak! Kan gak ada yang tau dijalan kakak bakal gimana?!"

"Yaudah iya, kakak pulang sekarang nih. Kakak ganti baju dulu ok?"

"Iya kak, hati-hati ya kak!"

"Iya . . . Kakak tutup telfonnya ya?"

Sambungan pun ditutup setelah ia mendapat izin dari sang adik. San menghela nafas untuk kesekian kalinya. Matanya menatap ke langit-langit ruangan diatasnya.

𝐄 𝐒 𝐂 𝐀 𝐏 𝐈 𝐒 𝐌 || woosan!auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang