Aku spontan menegakkan tubuh. Darimana dia tau? cowok ini, dia cenayang?
"Lo siapa?"
"gue Luzel Auslan Wagner. Biasa dipanggil Luz,"
"Wait a second. Lo tau darimana. . . ?"
"Lo ga perlu tau. Lo benar-benar keluarga Van Adger, kan?"
"Ugh, topik pembicaraan ini, gue ga mau ada yang denger omongan kita,"
"Well, gaada yang dengar apa yang kita bahas. Lagipula, kalau mereka dengar, mereka ga tau apa yang kita bahas,"
"Ok, lo bisa keluar, pelajaran udah mau mulai," aku langsung duduk, dan kulihat dia duduk di belakang, di pojok. Astaga, darimana dia tau? apa dia benar-benar cenayang? atau, jangan-jangan orang yang bereinkarnasi juga? akh, aku ga tau! yang pasti, aku bakal tanya lagi ke dia nanti. Pas banget Fanny udah balik ke kelas.
"Fan, lo kenal Luzel, ga?"
"Luzel itu? anak baru itu?"
"Ck, gue ga tau dia anak baru atau bukan. Dia itu aneh, ga sih?"
"Lo itu kelewatan cueknya, sye. Dia ga aneh, kok. Ganteng gitu. Kenapa? lo naksir?"
"Sembarangan. Gue sumpelin mulut lo pake bakwan pak Adun ntar. Dia itu pernah bertingkah aneh, ga?"
"Aneh gimana? dia aja sekolah disini baru seminggu,"
"Oh ya?"
"Lah, lo gatau di kelas ada murid baru? ckckck cuek lo terlalu, sye,"
Aku hanya mendengus. Bel berbunyi, guru-guru mulai keluar dari ruang guru. Baiklah, kita tunda dulu masalah si Luzel itu.
Bel istirahat sudah berbunyi. Semua anak sudah keluar, hanya tinggal aku, dan Luzel. Tadinya Nael dan Fanny mengajakku ke kantin, tapi aku menolak. Ya sekalian biarin mereka berdua bermanja-manja ria. Masa' aku jadi nyamuk terus.
"Ok, Luzel, kasih tau gue, lo tau darimana tentang gue, maksudnya itu-anu, duh, gimana ngomongnya ya,"
"Gue paham. Lo itu ga bisa sabar, ya?" dia tersenyum geli. Sialan.
"Mana mungkin gue bisa sadar kalau ini menyangkut masalah kehidupan gue!" ok, suaraku naik satu oktaf. Cowok ini benar-benar menguji kesabaranku rupanya.
"Ck, calm down. Lo benar ga inget gue?"
"Ya kagak lah. Kan lo ga bilang lo siapa. Lagian, apa pentingnya inget lo,"
"hhh... Percy Maximillian. ingat?"
Percy Maximillian? ah! Percy si kutu buku tampan itu!? aku ingat! di sekolah, Percy Maximillian adalah salah satu anak berprestasi yang ada di sekolah. Tapi dia tidak suka pada para inlander yang sombong dan bersikap semena-mena pada orang-orang melayu itu. Ayah dan ibunya adalah pengusaha terkenal di netherland, sama seperti keluarga Van Adger. bedanya, Andrew Van Edgar dan Clara Van Edgar, ayah dan ibuku, adalah orang yang sangat ramah, baik hati, dan dermawan. Mereka berdagang dengan jujur, dan selalu berbagi kepada siapa saja, bahkan kepada para jongos dan bedinde di mansion kami.
Sementara keluarga Percy-maksudku Nouval Maximillian dan Lizbeth Maximillian adalah seseorang yang congkak, licik, dan serakah. Lizbeth dan Nouval adalah orang yang sombong, dan angkuh. Aneh, bukan? bagaimana seorang anak pintar dan baik hati serta bijaksana seperti Percy memiliki orangtua seperti mereka. Karena itu juga, Percy lebih dekat dengan keluargaku daripada keluarganya sendiri. aku sangat ingat waktu itu, ayah bergurau saat kami sedang makan siang tentang aku yang akan menikah dengan Percy di masa depan. wajahku memerah bak kepiting rebus, dan yang menyebalkan, ibu malah tertawa melihatku malu. Percy? wajahnya lebih memerah daripada aku. terlihat menggemaskan.
"Jangan bilang lo . . ."
Dan Luzel hanya tersenyum sebagai jawaban.
TBC
────────────────────────────────────
hai. /krik krik
dahlah jan lupa vote, pendeck? gpp a6sekian terima jajaran husbu ak, yang paling depan always jidor and erden, bai.
/semirik sangat miring
KAMU SEDANG MEMBACA
ꕤ 𖥻. go bαck! | slow updαte ★̲ ▸
Fantasia★☆.ᥕᥱᥣᥴ᥆꧑ᥱ t᥆ ꧑ᥡ b᥆᥆k ! ^^ ────────────── Hei, tuan. Ini bukanlah tentang seorang yang kehilangan barang kesayangannya. Bukan pula seorang yang kehilangan orang yang disayang. Ini kisah tentang dendam, iri, kesabaran dan keteguhan. Maukah kau mende...