BDSB, CHAPTER 5: FULLY EXPOSED!

1.8K 232 33
                                    

Aku menundukan kepala di depan kedai. Aku berusaha menenangkan hati dan pikiranku atas apa yang sudah terjadi. Mengapa bisa jadi begini? Mengapa Rajendra terlihat sangat tertarik padaku dan tampak mendekatiku secara perlahan. Bagian mana yang sudah kulewatkan. Getaran smartphone di tanganku mengalihkan atensiku.

My Hubby ❤️

Aku gak jempt ya, aku masih ada meeting dengan klien.

Aku menghela napas, kemarin tidak di tunggu tahunya jemput. Sekarang ditunggu malah meeting. Susah emang punya pacar calon pengusaha. Aku mengusap wajahku dengan kesal, lalu mematikan ponselku dan memasukannya ke dalam tas.

"Yuhuu, my bestie, Akseli," pekik seseorang dari dalam sebuah mobil yang berhenti di sebrang trotoar. Ya Allah, mengapa makhluk ini muncul lagi dalam hidupku? Siapa? Tentu saja, Safira Soraya Ramandika. Lihat itu, betapa bahagia wajah itu di atas penderitaanku. Dia berlari kecil menghampiriku, melempar senyum tanpa dosa dan memelukku tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Aku kangen sama kamu," ucap Safira mengeratkan pelukannya padaku.

"Kangen? Gak salah?" balasku menarik tubuhku dari Safira.

"Sekarang aku dah bebas, gak perlu terikat lagi sama pertunangan Rajendra, senengnya," teriaknya dengan bahagia. Elu seneng, gue yang susah anjir!

"Trus sekarang kamu mau apa?" tanyaku lagi.

"Apa ya? Aku lagi deketin Gideon Satria, temen main aku di film baru," aku memandang Safira dengan bosan.

"Udah? Balik gih," suruhku tak acuh peduli.

"Elu kok gitu sih,"

"Halah,"

"Kalian benar-benar akrab ya," celetuk seseorang dari sebrang trotoar. Aku memandang orang itu sebentar, melempar senyum tipis, lalu beralih memandang Safira yang tiba-tiba membeku di tempatnya duduk. Benar, aku yakin dia mengenali suara ini meski dia tak menoleh pada orang yang berada di sebrang trotoar.

Benar, itu Rajendra Johardjo. Ia berjalan tanpa beban menghampiri aku dan Safira. Demi Tuhan, rasanya seru sekali melihat ekspresi ketakutan Safira saat ini.

"Mas Jeje, kok di sini?" tanya Safira dengan nada hati-hati.

"Kenapa?"

"Mas mau ngomong sama aku ya? Maaf Mas, pertunangan kita udah selesai," lanjut Safira dengan penuh percaya diri.

"Saya tahu, tapi saya datang bukan untuk ngomong sama kamu," balas Rajendra memasukan salah satu tangannya ke dalam saku celana bahan yang ia kenakan. Sementara yang lainnya membawa sebuah bungkusan yang sepertinya itu berisi makanan.

"Lalu?"

Rajendra memandangku, astaga, mau apa pula sih ini laki? Dia tidak akan mendesakku untuk menjadikan dia selingkuhanku lagi kan? Ayolah, terkadang selingkuh juga butuh cinta walau hanya jadi bumbu sesaat. Sementara aku dan Rajendra? Aku sama sekali tidak kepikiran untuk selingkuh, bahkan jika pria itu adalah Ranjendra.

Rajendra mengambil duduk di sampingku, lalu menaruh sebuah bungkusan di depanku. Aku memandang bungkusan itu dan Rajendra bergantian. "Apa?" tanyaku meminta penjelasan.

"Dari Ibu, minta saya makan sama kamu," jawab Rajendra mengusap pucuk kepalaku. Untuk sesaat aku tersentuh, bukan karena elusan Rajendra tapi soal makanan ini dari Ibu Verani. Yah, mendadak itu mengingatkanku pada sosok ibuku yang tujuh tahun lalu meninggal. Aku melirik Safira, benar saja dia menatap tidak percaya tindakan Rajendra padaku. Aku juga heran sih, sejak awal dia baik padaku.

"Apaan ini anjirr! Mas kamu kok keliatan deket gitu sama Akseli," pekik Safira kaget.

"Ya memang kenapa?" jawab Rajendra tenang.

Bukan Damage Sugar BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang