10. Dokter bukan tuhan yang menghidupkan dan mematikan nyawa

12 2 0
                                    

Lewis benar-benar tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi selama seharian ini yang sangatlah tak nyata. Hari sudah mulai malam, mereka semua sudah tiba di sebuah rumah sakit yang kosong melompong seperti tak pernah dihuni sama sekali.

Satu hal yang benar-benar Lewis syukuri adalah bagaimana rumah sakit tempat ibunya keguguran ini benar-benar kosong tanpa ada jejak wendigo. Dalam perjalanan kemari membopong dua sosok gadis bersaudara yang dalam kondisi sekarat darurat, mereka benar-benar berjalan dengan hati-hati agar tak menemui satu pun makhluk yang bisa menghalangi perjalanan mereka.

Mungkinkah wendigo tidak aktif pada malam hari? Seingat Lewis, wendigo yang sebelumnya mengejar mereka sepertinya sangatlah peka dengan darah. Kaki Jean terluka dan mengeluarkan sedikit darah hingga wendigo yang awalnya tak menyadari keberadaan keduanya pun langsung menemukan mereka. Kesimpulan yang dapat Lewis ambil adalah wendigo tersebut begitu menyukai darah.

Semuanya merasa khawatir kalau akan ada banyak wendigo yang mendekat selama mereka bepergian menuju ke rumah sakit dengan menggendong dua gadis yang bersimbah darah, namun entah bagaimana tidak satu pun wendigo terlihat di sekitar rumah sakit padahal letaknya tak jauh dari balai kota.

Sesampainya mereka di rumah sakit, dengan segera mereka menutup akses pintu utama lalu menekan saklar lampu yang syukurnya bisa menyala dan menerangi seluruh bangunan. Lewis sempat khawatir dengan bagaimana ia memiliki trauma dengan rumah sakit ini, dimana ibunya melahirkannya dan juga kehilangan adiknya.

Empat tahun yang lalu, seharusnya Lewis akan menjadi seorang kakak. Lawrence, nama yang sudah dipilih oleh kedua orangtuanya harus mereka lupakan mengingat bagaimana Mrs.Villeneuve keguguran.

Setelah mengenyahkan segala ingatan lamanya dari pikiran, Lewis merebahkan tubuh Rachel ke atas kasur.

"Aku hanya tahu pertolongan pertama." Lewis berujar sambil mencoba membuka ikatan kain dari tangan kanan Rachel yang kotor akan darah.

"Aku hanya tahu sedikit tentang obat-obatan penyembuh dari game." Jean turut mengungkapkan tentang medis yang ia pahami.

"Aku hanya tahu rumus matematika kelas 12." Mr.Yao juga ikut-ikutan memberi jawaban atas pernyataan Lewis yang bahkan bukan pertanyaan.

"Aku sangatlah paham ilmu kesehatan." Ketiga lelaki yang mendengar suara wanita itu segera menoleh dan menemukan sosok wanita dewasa dengan jas putih ala dokter yang nampak kusam dan kusut.

"Siapa anda?" Jean bertanya heran, ketiga lelaki itu sudah sadar betul bahwa tidak ada kehadiran siapa pun dalam rumah sakit kecil ini, dan ternyata ada seorang dokter?

"Kalian bisa memanggilku Annette, aku dokter pindahan dari daerah Hilleria." Sosok wanita berambut hijau gelap seleher itu mendekat dan mengarahkan stetoskopnya ke ulu hati Brooklyn yang terbaring dengan Jean duduk di sebelahnya sambil memegang tangannya.

"Gadis ini sudah mati, tidak ada tanda-tanda kehidupan baik dari jantung maupun denyut nadi." Annette melepaskan pegangan tangan Jean dan mengecek pergelangan tangan Brooklyn.

"Apa dia benar-benar tak bisa selamat?" Annette yang sibuk mendatangi kasur Rachel dan mengecek gadis berambut hitam sepundak itu pun menoleh ke arah Jean yang barusan bertanya.

"Kalau gadis yang di sebelah sini masih bisa selamat, tapi sepertinya aku harus menjahit goresan panjang di tangan kanannya ini." Annette mengangkat dan memperlihatkan betapa panjangnya luka pada tangan kanan Rachel yang terbuka agak lebar.

"Kalau begitu, bisakah kau menukar nyawa keduanya? Seharusnya Rachel saja yang mati, bukan Brooklyn!" Jean berseru nyaring, bahkan berdiri dari kursinya.

Annette mengernyitkan dahi hingga kedua alisnya menepis jarak dan jadi semakin dekat satu sama lain.

"Sayang, aku dokter dan bukan dukun ataupun Tuhan yang bisa mengotak-atik nasib maupun nyawa seseorang."

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang