"Jess."
"Apa?"
"Mau minum apa? Malah bengong." Aku tersadar dari lamunanku dan menghadap laki-laki di depanku.
"Sorry, lagi banyak pikiran sebenernya," kataku sambil terkekeh pelan. "Air mineral aja. Makannya cheesecake," kataku lagi.
Laki-laki di depanku kemudian bicara ke pelayan yang tadi menanyakan pesanan kami lalu ia menghadap ke arahku.
"Kenapa lo? Ada masalah apa?" Katanya basa-basi.
"Pikiran nggak selalu berisi masalah, Dam," kataku. Laki-laki itu hanya mengangguk.
Entah kenapa aku kembali terlamun. Aku mudah sekali terlamun, sepertinya. Aku Jessica Veranda, sedang makan berdua di sebuah cafe dengan seorang laki-laki bernama Adam Sanjaya. Sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan, mengingat aturan terlarang yang diterapkan di sebuah idol group dimana aku adalah salah satu anggotanya. Aturan 'Jalan Berdua' itu juga berlaku di sebuah perkumpulan--oke, geng--dimana aku bisa mengenal Adam.
"Bukan salah kita kalau nanti ketahuan, kita aslinya mau pergi berlima, 'kan?" Kata Adam kemudian.
"Iya, Dam. Nah terus, yang tiga ini kemana?" Kataku meminta penjelasan.
Adam mengedikkan bahunya lalu mengambil handphone dari saku kiri celananya. Tangannya menelusuri benda berlayar sentuh itu. Beberapa saat kemudian ia menempelkan handphone-nya ke telinganya.
"Ye, jangan salahin kita berdua kalau kita jalan cuma gini doang. Lo semua pada kemana, sih?" Kata Adam setelah sepertinya mendengarkan yang bicara di seberang sana. Ia lalu menoleh ke samping kirinya.
Ia mendecak, "ck, pake ujan segala. Gue kejebak sama Jess dong, kalau gini? Mana gue nggak bawa payung ataupun jas ujan," curhatnya ke sang penelepon. Adam terus melihat rintik-rintik hujan yang turun diluar.
Saat ia mengatakan bahwa ia 'terjebak' denganku, aku sedikit sakit hati. Memang, sih, di kelompok berisi delapan orang itu aku yang paling pendiam dan Adam merupakan salah satu cowok yang bisa dibilang cukup berisik. Aku yang paling susah bersosialisasi, dan Adam adalah yang punya paling banyak teman. Kesannya, aku introvert, ya? Tapi tidak kok, aku bisa berisik juga. Tapi, apa aku se-membosankan itu ya di mata Adam?
Ngomong-omong, kegiatannya sekarang membuatku terpaksa memperhatikannya. Baiklah, sebenarnya aku tidak mau melihatnya, tapi wajahnya dari samping terlalu indah untuk dilewatkan. Benar. Ternyata tulang rahang Adam itu tegas sekali. Hidungnya juga mancung. Dia ini cowok yang terawat. Bulu matanya memang tidak panjang, tapi ternyata matanya itu hiperaktif. Selalu bergerak. Walaupun, ketika ia memergoki aku sedang menelisiknya, matanya berhenti bergerak dan justru melirikku tajam. Aku tidak beralih, aku suka melihat wajah Adam dari samping, ternyata.
Adam lalu mematikan sambungan teleponnya dan melihatku putus asa.
"Anak-anak pada nggak bisa, Jess," katanya.
"Kamu mau pulang atau gimana?" Kataku. Aku terbiasa menggunakan aku-kamu memang, supaya tidak terlepas menggunakan elo-gue saat nanti aku dipanggung.
"Ya nggak lah, udah pesen makanan ini," katanya.
"Iya, maksudku, abis makan?" Kataku.
Ia tampak berpikir. Lalu mengedikkan bahunya.
"Terserah ujan deh. Kalau ujannya nggak berhenti.. ya, kita ngobrol aja sampe jelek disini," katanya ringan.
"Aku segitu mbosenin, ya?" Tanyaku.
"Siapa yang bilang?" Adam nampak terkejut.
"Katanya kamu tadi takut kejebak sama aku," jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renai Kinshi Jourei ~ Aturan Anti Cinta
FanfictionAkimoto Ami, cucu Akimoto Yasushi mempunyai kekuatan khusus: melihat makhluk astral dan melompat ke masa lalu. Ami mengidolakan kakeknya. Ia sudah pergi ke seluruh teater grup48 di Jepang. Sekarang, ia sangat bersyukur dengan di-pindah-tugaskan-nya...