SR - THREE

9 1 0
                                    

Tekan bintang sebelum membaca
💜


🌵🌵

Jam ditangannya sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Kafe masih sangat ramai oleh kalangan anak muda yang selalu gemar menghabiskan waktu bersama teman-temannya diluar. Kafe Together yang dirancang oleh Devara sangat menarik minat para anak muda seusianya. Kafe dengan tema klasik dan cozy sangat nyaman untuk dijadikan tempat berkumpul bersama.

Apalagi, menu yang disediakan disini bisa dikatakan standar untuk kantung kalangan anak muda dengan rasa yang tentunya tidak mesti diragukan lagi.

"Selamat malam." Sapa ramah Khansa pada sepasang kekasih yang berdiri siap untuk memesan.

Pelanggan dihadapannya tersenyum hangat, matanya melihat kearah buku menu di hadapan mereka. "Chocolate machiatto and cake red velvet, Sama.." Ucap si perempuan, terpotong menatap kearah kekasihnya.

"Ice americano." Tutur laki-laki dihadapannya.

"Baik, totalnya tujuh puluh empat ribu." Khansa menerima selembar uang senilai seratus ribu rupiah.

"Silahkan ditunggu." Khansa memberikan nomor meja dan uang kembalian pada pelanggannya. Dia melayani para pembeli dengan ramah, tak ingin membuat para pembeli merasa tidak nyama.

"Ayo pulang, udah jam delapan malam." Seru Devara yang datang dari arah tangga.

Devara sudah berada di kafe sejak pukul lima sore, dia sibuk mengurus data-data penghasilan dan pengeluaran kafe, Devara sangat teliti mengenai kafe tak ingin ada kesalahan pada setiap perhitungannya. Khansa senang selama berada di kafe, dia sedikit lebih bisa merasakan kebahagiaan dengan bertemu banyak orang dan mampu memberikan pelayanan terbaiknya untuk pelanggannya itu.

"Iya, gue ambil barang diatas dulu."

Devara menunggu sembari berdiri didekat meja kasir, melihat keadaan kafe yang masih sangat ramai. Dihari biasa kafe akan tutup pukul sembilan malam, dan di hari Jumat sabtu minggu kafe akan tutup pukul sebelas malam. Shift pegawainya juga akan berganti dari pagi sampai pukul tiga sore, dan pukul tiga sampai kafe tutup.

"Yuk, Dev. Kasian Mama dirumah sendiri." Ajak Khansa menarik lengan Devara.

Laki-laki itu mengangguk, "Ngga, gue titip Kafe. Jangan lupa buat beresin kafe sebelum kalian pulang." Pesan Devara pada Angga, pegawai sekaligus teman dekatnya.

"Okay, Kafe aman sama gue. Lo tenang aja." Sahut Angga.

"Gue percaya." Devara melambaikan tangan sekilas, lalu pergi meninggalkan kafe untuk pulang kerumah. Tempat paling nyaman.

☘️☘️

Diperjalanan menuju rumah, Khansa teringat dia belum memberikan kabar pada Gibran. Ah, dia pasti sudah membuat kekasihnya itu khawatir. Buru-buru tangannya merogoh ponsel yang Khansa simpan didalam tas ranselnya. Dan, dapat

Khansa langsung membuka kunci pada handphone miliknya. Hanya ada dua panggilan dari Gibran, tidak biasanya. Seperti ada yang salah, Khansa tidak memberikan kabar pada Gibran sejak tadi siang. Biasanya laki-laki itu akan terus menelpon dan memberikan pesan padanya. Tapi kali ini, hanya tiga panggilan tak terjawab dari Gibran. Dan beberapa pesan dari kekasihnya itu.

Mr. Gii

Aku hari ini akan terbang ke Bengkulu. Kamu baik-baik ya selama aku jauh.
_

Jangan buat aku khawatir, By.
_

Love you

Matanya membulat tak percaya, bagaimana bisa Gibran pergi tanpa memberitahu Khansa sebelumnya, kenapa mendadak sekali. Urusan apa yang membuatnya pergi tanpa mengatakan apapun, dan sampai saat ini belum ada kabar lagi dari kekasihnya itu.

Samudera RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang