SR - FIVE

4 1 0
                                    

Tekan Bintang Sebelum Membaca
💜



🌵🌵


Malam ini terasa menyenangkan untuk Khansa, langit pun menampilkan keindahannya tanpa ragu. Bulan dan bintang tampak bersemangat memancarkan cahaya indahnya. Ah, alam seakan mendukung perasaan bahagia Khansa malam ini. Didepan balkon kamarnya, dia duduk dengan ditemani secangkir coklat panas. Matanya lurus menatap keindahan langit malam.

"Heh, seharian lo ngga di rumah?"

Khansa enggan untuk menoleh.
"Ketuk pintu dulu kali."

Devara duduk di kursi kosong, menatap sang adik. "Lo pergi sama Rama? Kenapa nggak ngabarin gue?!"

"Gue lupa, Dev." Ujarnya sembari menyesap minumannya. "Lagian lo pagi-pagi udah nggak dirumah. Sok sibuk tau ngga lo."

"Gue ada urusan mendadak di kantor."

"Ya, ya, ya gue tau lo orang sibuk, Dev."

Devara diam, tak lagi menyahuti ucapan gadis disebelahnya itu. Dia memilih menatap kearah langit sejenak.
"Lo beneran okay?"

Khansa menoleh, "Maksud lo?"

"Soal perjodohan.. lo gakpapa? Kalau emang lo gak bisa, gue bisa bantu lo buat batalin semua ini, Sa." Devara sudah menatap kearah Khansa serius.

"Gue fine, Bang."

Devara menggeleng pelan.
"Terus, hubungan lo sama Gibran bagaimana?"

Khansa menoleh cepat kearah Devara. Dia tidak terkejut, Kakaknya itu memang mengetahui hubungannya dengan Gibran. Dia selalu terbuka pada kakak laki-lakinya itu, hanya Devara dan Mama yang dia punya. Ah, ya. Lalu bagaimana dengan Gibran, bahkan Khansa belum memikirkan itu. Dia terlalu percaya diri bahwa semuanya akan baik-baik saja, sampai di tidak mengambil pusing mengenai Gibran.

Bahkan, kekasih hatinya itu selalu memberi kabar padanya. Dia selalu memberitahu kegiatannya selama di Bengkulu, lantas Khansa masih menutupi masalah yang terjadi padanya. Soal perjodohan dan bahkan, siang tadi dia habiskan waktunya bersama laki-laki yang menjadi calon tunangannya.

"Gue ngga tahu, Dev." Khansa menghela napas kasar. "Gue cuma mau bikin Mama bahagia."

"Apa lo bahagia?"

"Dengan melihat Mama bahagia, gue rasa hidup gue udah cukup bahagia."

"Kenapa lo nggak nolak kalau emang lo gak mau jalanin ini. Lo nggak kenal dia, Sa."

"Gue gak bi--"

Prang!

Suara benda-benda terjatuh masuk ke pendengaran Devara dan Khansa, keduanya saling menatap tak percaya. Khansa menghela napasnya kasar, lalu dia berlari masuk kedalam kamar dan meraih pintu kamar untuk segera turun kebawah untuk melihat apa yang terjadi, diikuti dengan Devara yang sama-sama berlari pelan menuju lantai bawah.

Khansa menghentikan langkahnya, saat dia berada didepan kamarnya. Dia berjalan kearah pagar pembatas, melihat dari atas apa yang sedang terjadi dibawah sana.

"Apa-apaan kamu, Mas. CUKUP!!" Teriak Mama dengan kesal.

"Apa? Ini rumahku, aku berhak membawa siapapun kesini!!" Tantangan Papa, tak peduli pada Mama yang terlihat menitikkan air mata.

"Bawa pergi wanita sialan itu dari rumahku!!" Usir Mama.

Khansa yang melihat itu tak habis pikir dengan kelakuan sosok kepala keluarga di rumah ini. Kenapa? Kenapa selalu ada air mata jika laki-laki itu ada dirumah?

Samudera RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang