Warning! Typo nyangkut di mana-mana.
"Sorry lama Bro! " seru Aron pada teman-temannya yang sudah sampai duluan di kafe tempat mereka nongkrong.
"Santai aja, " sahut Heri kalem diikuti oleh anggukan yang lainnya.
Lalu Aron pun bergabung dengan mereka dia mengambil tempat duduk di samping jendela kaca yang langsung menghadap ke luar.
"Mau minum apa Ron?" tanya Randi seraya berdiri.
"Gue sekalian mau pesen lagi nih, " lanjutnya.
"Es susu pink aja kayak biasa, " sahut Aron seadanya.
Randi mengangguk paham dan langsung beranjak untuk memesan itu.
"Lo nggak mau gitu sekali-kali nyoba bir?" celetuk Heri sambil menyesap birnya.
"Arif aja berani padahal belum 17, kita kan udah legal, " lanjutnya.
Arif hanya nyengir merasa dirinya disindir.
Dia memang belum menginjakkan usia 17 meski sudah kelas dua belas, dia terlalu awal masuk sekolah.
Aron menarik senyum kecut.
Dia tidak mau merusak citranya hanya karena mabuk yang tidak bisa memberinya apa-apa selain hilang akal dan gila sesaat.
Lagi pula Aron tidak pernah berniat menodai tubuhnya dengan minuman itu.
Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri sejak lama.
Dia memang anak nakal, tapi dia tidak mau jadi bajingan.
Aron akan selalu ingat pada ibunya jika ada dalam situasi seperti ini.
Situasi yang mencoba menjerumuskannya pada hal seperti ini.
"Mending minum susu, sehat. Apalagi kalau langsung dari sumbernya, " sahut Aron akhirnya setengah asal.
Heri yang sedang minum sampai dibuat tersedak mendengar itu.
Otaknya sudah jalan-jalan ke mana-mana sedangkan Arif malah menatap kedua kakaknya itu bingung.
"Maksud lo langsung dari sapinya Bang? " celetuk Arif dengan ekspresi polos.
Heri tambah tersedak mendengar celetukan Arif yang terdengar konyol itu.
Sedangkan Aron malah tertawa keras tidak peduli meski itu akan menggangu pengunjung lain.
"Haduh Rif, gayamu doang berani minum bir tapi otak masih kek bayi. Hahaha! " ucap Aron di sela tawanya.
Sesaat Aron bisa melupakan kesedihannya karena kepolosan Arif yang membuatnya tertawa keras.
Arif tidak paham, otaknya tidak sampai untuk mikir hal seperti itu.
Dia terus berpikir keras, memangnya ada yang salah dari omongannya?
Benar kan kalau minum susu langsung dari sumbernya itu berarti minum langsung dari sapinya.
Kecuali kalau susunya itu bukan dari sapi.
"Weh, kenapa nih? Apa yang lucu, " tegur Randi yang baru kembali setelah memesan minuman dan kembali duduk.
"Nggak tau tuh Arif ngelawak, " sahut Aron yang sudah bisa menghentikan tawanya.
"Apa Rif? "
Arif yang sedari tadi masih berpikir keras menoleh saat Randi menanyainya.
"Bang, kalo minum susu langsung dari sumbernya itu ya berarti minum langsung dari sapinya iya kan? " tanya Arif polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
B.L [End, Yaoi/BL Lokal] ✔
Roman pour Adolescents[Tamat] Setelah kisah cintanya yang berakhir dengan tragis tepat di hari ulang tahunnya Baron mulai membenci hari kelahirannya itu. Setelah dua tahun berlalu seperti permainan takdir yang menyakitkan, saat akhirnya Baron bisa sedikit merelakan kisah...