"Anda seharusnya lebih meluangkan waktu untuk Duchess. Sejak Anda berdua tiba di mansion ini, saya nyaris tidak pernah melihat kalian berinteraksi." Earl Jaden, salah satu rekan bisnis Dukedom Rosiatrich, berkomentar.
"Itu benar, saya mendengar rumor kalau Duke Edmund terlalu sering bepergian dan meninggalkan istrinya. Kalau saya jadi Anda, saya akan memaksa para bawahan saya untuk bekerja lebih keras, agar saya tidak perlu meninggalkan mansion," komentar bangsawan lainnya.
Edmund meneguk kopinya dengan perasaan tidak nyaman. Ini adalah malam pergaulan para pria bangsawan yang tinggal di kota Caleigh. Mengetahui duke Rosiatrich berkunjung ke Caleigh, maka pertemuan ini direncanakan. Seharusnya Caleigh Mansion—tempat para pria terpenting Teutonia ini berkumpul—menjadi tempat pembicaraan bisnis atau pertukaran informasi.
Ternyata yang Edmund temukan hanyalah pria-pria yang penasaran terhadap istrinya.
"Duchess baik-baik saja, sejak awal dia sudah paham kalau suaminya orang yang sibuk." Edmund tersenyum tidak tulus. Kemudian dia kembali menyesap kopinya bersahaja.
Dia lelah, masalah di perkebunan belum selesai dan masih ada setumpuk perkamen di kamarnya yang harus dibaca. Kenapa dia harus menyetujui ada acara pertemuan malam ini? Ini buang-buang waktu.
Ruangan santai di Caleigh Mansion kini berbau tembakau. Para pria itu menghirup dan mengembuskan asap putih dari cerutu mereka bersamaan. Edmund yang mulai merasa tidak nyaman dan sesak, bangkit dan membuka beberapa daun jendela di ruangan luas berplafon tinggi itu, kemudian memandang ke luar. Hari sudah cukup larut dan saat ini bulan purnama. Dia bisa melihat jelas semak mawar yang tumbuh subur terawat di pekarangannya.
Sebentar lagi acara basa-basi ini seharusnya segera usai. Edmund hanya perlu menunggu pelayan datang mengantar makanan ringan untuk menutup hari mereka. Pintu ruangan pun diketuk.
Dia melihat dua orang pelayan membuka pintu dan mendorong troli mereka yang berisi aneka makanan ringan manis yang menggiurkan. Tart susu, blueberry cake, serta pai daging dengan rosemary. Dia tidak paham pertimbangan dari koki, kenapa menyajikan makanan yang sedikit berat seperti itu.
Tapi yang membuat Edmund benar-benar terusik adalah Gwen, istrinya hadir bersama para pelayan dengan gaun cantik serta riasan tipis yang seharusnya tidak dia kenakan di malam hari.
"Mohon maaf, saya hanya ingin menyapa Anda semua. Saya baru pertama kali berkunjung ke Caleigh. Semoga Anda semua menikmati malam Anda." Gwen membungkuk anggun, kemudian mengerling singkat kepada Edmund.
Para pria itu tersenyum dan mengangguk dengan pandangan mendamba. Sesaat mereka seakan lupa dengan para istri dan kekasih mereka.
Gwen tahu bagaimana cara bersikap sebagai wanita bangsawan. Dia tidak berlama-lama dan tidak duduk di antara para pria itu. Dia segera membungkuk kembali dan pergi menyusul para pelayan tadi.
Desahan panjang terdengar.
"Luar biasa."
"Bagaimana bisa ada wanita seperti dia?"
"Anda beruntung, Your Grace."
Komentar bernada sanjungan terdengar bersahutan. Namun Edmund malah tidak nyaman karenanya.
"Hari ini, perasaan saya sedang tidak terlalu baik. Saya akan kembali ke kamar saya untuk bekerja." Hanya itu tanggapannya.
Dia tahu, Gwen memang terbiasa menjadi pusat perhatian. Dia jelita dan memikat di mana pun dia berada. Pria mana pun mudah jatuh hati padanya. Tapi Edmund tidak suka itu.
Sang duke berjalan cepat begitu keluar dari ruangan tadi. Dia menyusul istrinya yang melangkah perlahan. Edmund melihatnya dan segera meraih lengannya sedikit kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess Wants a Divorce
Fantasy***WATTYS WINNER 2021 KATEGORI FANTASI*** --- Setelah menikah dengan seorang duke paling berpengaruh di negaranya, Gwen harus berperang melawan intrik politik, sihir, dan patah hati. --- Gwen pikir menikah dengan Edmund, cinta pertamanya, akan memba...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi