4 - Berseteru.

6 2 1
                                    

Ana sesekali melirik jam di pergelangan tangannya, entah kenapa ia merasa canggung berada satu mobil dengan Adi.

Sementara itu Adi, menyetir mobil dengan pandangan yang lurus ke depan.

Ana menghembuskan nafasnya lelah, mengingat keputusan akhir dari pertemuan itu.

Pada akhirnya Ana menyetujui perjodohan ini, dan pernikahan mereka berdua akan di gelar dua Minggu lagi. Terlalu cepat? Ya menurut Ana ini terlalu cepat.

Namun ia bisa apa? Ia hanya mengikuti kehendak orang tuanya.

Ana masih bergelut dengan pikirannya, namun tiba-tiba mobil menepi dan berhenti di jalan yang sepi. Ana jadi bingung kenapa Adi tiba-tiba menghentikan mobilnya.

" Kok berhenti?." Tanya Ana dan menoleh kearah Adi.

Adi nampak memukul stir kemudi dan menatap kearah Ana kesal. Ana jadi tambah bingung dengan sikap Adi yang berubah-ubah ini. Apakah karena mereka rival?..

" Kenapa Lo nggak tolak aja perjodohan ini?!. " Tanya Adi dengan intonasi yang sedikit naik.

" Maksud Lo apa sih?. " Tanya Ana balik, ia tak mengerti karena Adi terlalu tiba-tiba.

" Bodoh!! Gue tanya kenapa Lo malah balik tanya!. " Adi sudah kesal, ia kesal karena Ana tak menolak perjodohan ini.

" Gue punya alesan pribadi! Terus Lo kenapa nggak nolak?! Padahal Lo udah tau duluan kalo kita bakal di jodohin. " Ucap Ana nampak tak bersahabat, mungkin jika ia mengatakan alasan mengapa ia tak menolak perjodohan ini, Adi pasti tak akan mengerti.

" Hèh..." Adi seraya tersenyum kecut, lantas memalingkan mukanya.

" Awalnya gue nolak, tapi ayah sama ibu maksa. " Lanjut Adi mulai memelankan intonasinya, ia masih memalingkan wajahnya menghadap jendela.

Ana menunduk. " Gue kira gue aja yang di paksa, ternyata kita sama-sama di paksa buat Nerima perjodohan ini. " Kata Ana tersenyum getir dalam tundukkan nya.

Adi lantas menoleh kearah Ana, begitu juga Ana. Pandangan mereka bertemu, beberapa lama mereka saling bersitatap dan Adi pun angkat suara.

" Jangan sampai anak-anak sekolah tau kalo kita akan di nikahin. " Ucap Adi membuat dahi Ana berkerut.

" Kenapa?. " Tanya Ana dengan tampang innocent nya.

" Lo bodoh atau gimana sih? Kita berdua kan di sekolah gak pernah akur, jadi gimana tanggapan warga sekolah kalo mereka tau kita nikah. "

" Ya juga sih, tapi sahabat gue. Sahabat Lo juga, gue gak bisa main rahasia-rahasiaan terutama sama Rakka. " Kata Ana seraya menunduk, memainkan jari-jarinya.

Adi terdiam, ia juga berpikir seperti itu. Ia tak bisa menyembunyikan ini, lama-kelamaan mereka pasti akan mengetahuinya.

" Ya pokoknya Lo diem aja, lakukan aktivitas Lo kayak biasa aja seolah nggak terjadi apa-apa. " Ucap Adi lalu menyalakan mobilnya dan mulai mengendari mobil menuju rumah Ana.

Ana menghela nafas lagi, pikirannya saat ini kalut. Ia pasrah, Ana akan menyerahkan semua ini kepada Tuhan. Karena Tuhan paling tahu yang terbaik untuk Ana.

****

Sebuah motor ninja berwarna merah memasuki lahan parkiran SMA Pelita. Adi memarkirkan motornya dan membuka helmnya. Ia menyugar rambutnya dan menyisirnya ke belakang menggunakan jari-jarinya.

Seketika siswi-siswi yang melihatnya berteriak heboh, melihat most wanted mereka yang kelihatan sangat tampan pagi ini. Ada yang bersorak, ada yang berbisik-bisik, dan ada juga yang terang-terangan mengatakan Adi tampan.

Namun beda lagi dengan Ana yang baru datang dan disuguhkan dengan pemandangan memuaskan menurutnya. Ia berdecih dan berlalu memasuki kelas.

Adi turun dari motornya dan berjalan menuju kelas. Seperti biasa ia akan membalas sapaan dari siswi-siswi yang melewatinya, tipe-tipe fuck boy. Canda  fuck boy Adi enggak gitu kok.

Sesampai di kelas ia duduk di sebelah sahabatnya Rakka, di belakang mereka ada Fabian yang duduk sendiri.

" Tumben si Fabian dateng pagi, biasanya dateng pas mepet sama bel masuk. " Ujar Adi.

" Gak tau gue, mungkin dia habis kesambet. " Kata Rakka.

" Dateng telat salah, dateng pagi juga salah. Terus gue benernya di mana?. " Tanya Fabian seolah semua kesalahan ada padanya.

" Gak gitu Fab, heran aja gue. Lo mah baperan. " Kata Adi seraya mengeluarkan ponsel.

" Gue dateng pagi, gara-gara adik gue nebeng sekolah sama gue. " Kata Fabian, ia nampak kesal.

" Gue lupa Lo punya adik. " Kata Rakka.

Tiba-tiba pak Bramantyo datang dengan buku paket di tangannya, semua murid diam saat melihat kedatangan guru itu.

" Woy woy bokap Lo dateng. " Ucap Fabian heboh seraya menyentuh-nyentuh bahu Rakka membuat cowok itu kesal.

" Diem goblok!. " Serkas Adi yang ikut kesal mendengar Fabian.

"Selamat pagi anak-anak, hari ini bapak akan kasih kalian soal latihan untuk materi Minggu ini. " Ucap pak Bramantyo seraya menulis soal di papan tulis.

" Soalnya ada lima, jadi kalian tidak perlu terburu-buru mengerjakan. " Lanjut pak Bramantyo setelah menulis soal di papan tulis.

Semua murid di kelas itu mengerjakan soal latihan yang di berikan, tak ketinggalan Adi dan teman-temannya.

Mereka nampak fokus mengerjakan, tak terkecuali Fabian meski mata cowok itu kesana-kemari entah apa yang ia cari.

20 menit kemudian, terdengar suara decitan kursi dari dua sisi. Adi dan Ana saling memandang sengit dan berjala ke depan tepatnya meja pak Bramantyo dengan kertas jawaban di tangan mereka masing-masing.

Pak Bramantyo menatap Ana dan Adi bergantian, ia nampak sangat puas melihat lagi-lagi dua orang ini yang paling pertama mengumpulkan tugas.

Adi meletakan lembar jawabannya di bangku pak Bramantyo berbarengan dengan Ana. Lagi-lagi mereka saling menatap sengit satu sama lain, seolah mereka berdua adalah musuh abadi.

Itu pun tak luput dari pandangan pak Bramantyo. Ia sudah tahu, kalau dua murid unggulan di kelas ini tak pernah saling akur, dan selalu memperebutkan gelar juara.

" Sudah-sudah, kembali ke bangku kalian. " Titah pak Bramantyo membuat Adi dan Ana berhenti saling bertatapan dan kembali ke bangku mereka.

****

Jam istirahat adalah waktu yang di tunggu-tunggu bagi para pelajar. Selain mengisi perut dan menuntaskan dahaga mereka, juga mengistirahatkan otak yang lelah karena menerima pelajaran.

Adi, Rakka, dan Fabian. Mereka tengah berjalan melewati koridor menuju kantin.

Beberapa siswi yang melewati mereka, ada yang menyapa dan ada juga yang memuji. Tentu Adi akan membalasnya dengan ramah.

Lain halnya dengan Rakka, ia pasti menghiraukan mereka. Rakka terkenal cowok yang dingin di sekolah, dingin bukan berarti tak ramah, cowok itu hanya menyapa jika ia kenal dengan orang tersebut. Selebihnya tidak, Rakka akan bersikap acuh.

Fabian? Gini-gini Fabian itu enggak suka nyapa orang loh, sama kayak Rakka. Kalo kenal pasti di sapa.

Saat sampai di pintu kantin, Adi tiba-tiba saja tak sengaja menabrak seseorang membuat kedua temannya ikut berhenti.

" Aduhh. "

****

To be continue.

ADIBRATA ( ON GOING. )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang