2-- Dia

280 18 2
                                    


°°°°°°°°°°°°°°°°°
Sanae merasakan tangannya tersentuh dengan lembut,kemudian ia menolehkan pandangannya. Tangan kekar milik Tsubasa menggenggam tangan kecil Sanae. Semburat merah dipipinya muncul. Ia merasa sangat gugup.

Tsubasa mendekatkan wajahnya pada wajah Sanae. Sedangkan Sanae memejamkan kedua matanya. Hembusan nafas saling dirasakan oleh satu sama lain.

"Tsubasa?"
Tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Dengan cepat ia membuka matanya. Dan menjauhkan wajahnya dari wajah Sanae.

Terdapat seseorang berdiri dihadapannya dengan menggunakan baju training berwarna hijau putih,mengenakan sepatu bertali berwarna hitam.

Tsubasa mendongkakkan kepalanya menatap wajah seseorang yang memanggil namanya.

"Kau..."
.
.
.
.
.
.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Flashback on..

Sanae P.O.V

Hari ini adalah hari yang paling kutunggu-tunggu dari sekian lamanya. Hari dimana aku dan dirinya akan bertemu kembali setelah beberapa tahun lalu.

Setelah kemarin aku mendapatkan telepon darinya,pagi esok dia akan datang kembali. Mendengar suara nya saja sudah membuat jantungku berdebar tidak terkontrol, apalah nanti saat bertemu.

Ah, sudahlah.. lenyapkan pemikiran bodoh ini.

Sekarang aku tengah bersiap untuk pergi ke rumahnya.
Aku berdiri di depan cermin berukuran besar yang ada di kamarku, memampangkan tubuhku dengan jelas dari pucuk kepala hingga kaki ku di depan cermin dihadapanku.

Berkali-kali aku melihat penampilan ku,apakah sudah benar-benar cocok dengan tubuhku atau tidak. Melihat pada cermin,apakah dengan wajah seperti ini pantas bertemu dengannya.

Setelah segala persiapan ku selesai,aku melangkah kan kaki ku keluar dari rumah menuju ke suatu tempat yang akan ku datangi.

Silir Angin berhembus sejuk, burung-burung berkicauan ikut bersenandung menyambut pagi ini, kupu-kupu berterbangan disekitar bunga-bunga yang bermekaran.

Sampailah aku pada sebuah rumah besar dihadapan ku. Kulangkahkan kakiku memasuki halaman rumah itu. Terdapat bunga berwarna-warni bermekaran disekitar halaman depan rumah itu. Memanjakan setiap mata yang melihatnya.

Dengan ragu,aku mengetuk pintu besar berwarna cokelat dihadapanku. Aku menghembuskan nafasku perlahan menatap pintu besar yang kini ada dihadapanku. Bersamaan dengan ketukan pertama, pintu tersebut terbuka membuat ku terlonjak kaget.

Terdapat seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri menatap ku. Kedua maniknya yang berwarna cokelat yang senada dengan rambutnya dengan potongan pendek. Melihat wajahnya yang mirip dengan dia,seeakan seorang wanita paruh baya dihadapan ku ini adalah dia.

Kemudian ia mengulas senyumannya, membuat ku tersadar dari lamunanku.
"Aku sudah menunggumu, kukira kau tidak jadi datang hari ini.." ucapnya dengan senyuman nya yang tidak memudar.

"Ah,maaf..telah membuat menunggu.." Jawabku dengan kekehan kecil diakhiran kata, yang mungkin terlihat kikuk.

Beliau tersenyum kemudian mengajakku masuk kedalam rumah besar miliknya itu. Banyak pigura-pigura yang terpajang pada dinding tembok, foto-foto kenangan tentang dia. Medali-medali dan banyak penghargaan lainnya yang tertata rapi di dalam etalase besar.

Dapat kucium harum masakan yang lezat memenuhi ruangan ini. Yap, sekarang aku berada di dapur. Wanita paruh baya itu tampak tengah mengaduk masakan didalam sebuah panci. Tak lupa,ia menggunakan sebuah apron berwarna merah muda agar bajunya tidak kotor.

Captain Tsubasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang