Sebenarnya apa mau Axel?
Pertanyaan itu yang sedari 3 hari ini terus berputar di otak Nanda. Membuatnya uring-uringan tidak jelas hanya karena penasaran.
4 hari setelah Axel menangkap Nanda dimobil Indra. Pemuda itu selalu menempelinya kemanapun Nanda pergi. Bahkan dia juga mendapat izin menginap dari ayahnya. Seperti memastikan bahwa dia ada didekat Nanda jikalau Nanda mencoba untuk menghindari Axel lagi.
Tapi, dihari ke 5 Nanda bangun tidur dengan wajar. Maksudnya, tidak ada dekapan tangan dan belitan kaki Axel ditubuhnya. Normal seperti pagi-pagi saat Axel belum merusuhnya.
Pemuda itu meninggalkan kertas catatan yang mengungkapkan bahwa dia berterima kasih pada Nanda karna sudah mau menjadi gulingnya semalam. Membuat Nanda memiliki hasrat untuk melempar Axel ke kolam ikan lele milik ayah.
Setelah itu Axel tidak ada mengganggu Nanda. Padahal mengganggu Nanda bagi Axel sudah seperti waktu minum obat yang tidak boleh terlambat. Dan harus rutin pula. Jika tidak maka dipastikan kelinci Tonggos itu akan merasa gatal disisa harinya.
Tapi sudah 3 hari pun Axel tidak juga nampak batang hidungnya. Membuat Nanda bertanya-tanya.
Ingin bertanya langsung, tapi gengsi. Tapi Nanda juga penasaran.
"Kamu tuh kenapa si mbul? Gak biasanya bibirmu di kucir gitu. Dibeliin es krim juga cuma kamu ubek-ubek gitu. Padahal tadi mintanya setengah nangis."
Bibir Nanda tambah mecucu. Sebal dengan ucapan Nando. Tidak tau ya kalau Nanda sedang pusing? Dasar tidak peka.
"Kamu kangen Axel?"
"IH APAAN SIH?! KOK JADI AXEL?"
Nando yang di teriaki tiba-tiba jadi kaget. Untung tidak keselek.
Nando Hela nafas.
"Ya habis kamu semenjak si Axel pamit kemaren itu uring-uringan terus. Apa-apa salah, aku nafas aja kayak nya salah Dimata kamu."
"Masa sih?! Nggak tuh!" Jawab Nanda ngegas.
Buru-buru makan es krimnya yang udah cair karena diubek terus-terusan.
"Omongan sama prilaku beda jauh." Gerutu Nando.
"Bilang apa?"
Nanda mencubit pinggang Nando. Tapi wajahnya tersenyum. Duh, kayanya Nando salah lagi.
"Aaa... Gak ngomong apa-apa kok. Sakit mbul lepas. Ish!!"
"Tau ah, sebel sama Chim. Nanda pulang duluan. Sepedanya Nanda bawa. Chim jalan kaki! Jangan lupa bayar es krim Nanda."
Sehabisnya Nanda benar-benar beranjak dari duduknya. Menghampiri sepeda mereka dan meninggalkan Nando yang berteriak memanggil Nanda.
"Ini gue pulangnya gimana?"
Ya gak jauh sih sebenarnya. Orang mereka beli es krim cuma di taman dekat komplek perumahan mereka kok. Tapikan Nando lagi males jalan kaki mana hari ini panas banget. Kan tambah males.
Sebenarnya kalo Nanda tadi gak ngerengek sambil mewek juga Nando ogah tuh di suruh keluar rumah.
Setelah bayar es krim mereka tadi Nando mulai jalan pulang sambil ngedumel. Berjanji dalam hati bakal ambekin Nanda sesampainya di rumah.
Sesekali nendang kerikil kecil. Nando abai dengan sekitar. Toh jalanan komplek sepi kok, gak banyak kendaraan bermesin paling cuma ada beberapa. Paling banyak kalo weekend begini ya para pesepeda. Jadi amanlah buat Nando.
"Ngapain Lo kata orang abis kerampokan gitu mukanya? Nelangsa banget."
Nando kaget lagi. Noleh kesamping Nando liat Dian yang ngayuh sepedanya persis disebelah Nando.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy? Seriously?
FanfictionCinta sih... Tapi dia musuh, gimana dong? "Berantem mulu yeee kalian CINTA tau rasa!! "_Dian "GUE?? CINTA SAMA DIA?? HELL NO!! "_Axel/Nanda "Tau lahh"_Nando KookV lokal