-21-

509 84 24
                                    

Lisa menatap Nanda yang sedari tadi tidak berhenti melihat ponselnya. Pemuda gemas itu sedari tadi men-scroll dan membuka tutup aplikasi chatnya. Belum lagi denguskan yang pemuda itu keluarkan.

Bukannya apa-apa, cuma ya tolong kasihani hati Lisa dan Jenny yang lemah ini. Mana kuat mereka di suguhi Nanda yang memasang muka segemes itu.

Kalau tidak ingat jika mereka bisa saja di tempeleng oleh ayah mereka, rasa-rasanya Lisa dan Jenny ingin sekali menculik Nanda dan mengurungnya untuk mereka saja. Lucu sekali pokoknya.

"Kamu kenapa sih mbul?" Jenny bertanya setelah mengumpulkan kesadarannya.

Pemuda yang masih mecucu itu hanya melirik sekilas kembali lagi pada pesannya yang hanya centang dua tanpa di baca. Eskrim kesukaannya sekarang jadi cair sebab terlalu lama di anggurkan.

"Axel tuh nyebelin!" Celetuk si manis tiba-tiba. Membuat Lisa dan Jenny mengerutkan keningnya.

"Ya memang dia nyebelin kan? Dari dulu malah." Ucap Lisa.

Bibir Nanda yang asalnya sudah mecucu, tambah panjang. Ya, memang sih Axel itu nyebelin,ngeselin, tapi dia kan juga nyenengin.

"Iya tau! Tapi Axel gak pernah tuh cuekin aku, gak pernah gak ada kabar sama sekali kaya gini. Pasti kalo mau offline bakal bilang dulu ke aku. Ini, dia online, tapi gak ada kabarin aku sama sekali." Mata pemuda manis itu berkaca-kaca dengan tangan yang meremat ponselnya. Kentara sekali bahwa dirinya sangat kesal sekarang ini.

Dua gadis yang sedang menemaninya itu kini bertatapan. Mereka juga tau kok Axel itu bucinnya seperti apa ke Nanda. Jadi mereka juga heran dengan cerita teman manis mereka ini.

"Nanda udah coba chat Axel?" Tanya Jenny.

Nanda mengangguk sebagai balasan. Matanya masih menatap room chatnya dengan Axel.

"Udah jangan sedih dulu. Paling Axel lagi sibuk kan? Atau jangan-jangan dia sakit jadi gak bisa kabari Nanda. Sekarang Nanda makan duku es krimnya, tuh udah cair. Mau Lisa ganti lagi gak?" Gadis dengan rambut yang di kucir ekor kuda itu mengelus pundak Nanda. Berusaha menghilangkan pikiran negatif yang ada pada kepala si manis.

"Pulang... Mau sama Nando aja."

Gadis kembar itu bisa apa jika Nanda sudah bilang begitu. Dari pada menangis lebih baik cepat di bawa ke separuhnya.

"Ya udah, pulang yuk."

______

"Chim..." Nanda menubruk Nando yang sedang duduk bersandar di kasurnya.

Matanya yang berkaca, mengundang tanya dari Nando. Kembaran Nanda itu meletakan ponselnya sembarangan untuk memeluk balik tubuh kembarannya.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Axel udah gak sayang Nanda ya? Kok Axel gak balas chat Nanda!?"

Nando mengerjap bingung. Ini kenapa Nanda bilang begitu, kan Axel itu udah terverifikasi bucin ke Nanda.

"Kok ngomong gitu? Tuh anak kan bucin akut ke kamu gak mungkin dia nyleweng! Kalo pun iya aku pukul kepalanya nanti!"

"Berarti Axel sayang Nanda kan?"

"Sayang lah. Udah deh. Kali si Axel lagi hibernasi jadi gak bales chat mu, mbul." Nando mengusak sayang rambut Nanda.

"Dah sekarang bobok, besok Chim anterin kerumah Axel oke?"

Nanda mengangguk, lalu membenamkan tubuhnya di selimut Nando. Kepalanya bergerak-gerak mencari posisi yang nyaman di pelukan Nando.

Ting!

Enemy? Seriously?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang