Apa kabar semuaaaaaa, balik lagi nihhhh. Maaf ya lama banget nggak update.
Oh, ya. Sudah mampir ke lapakku di KBM App belum?
Yang belum punya aplikasinya, download dooooooong. Insya Allah aku bakalan upload cerita baru di sana aja. Heheheee, meski lapaknya masih sepi, belum seramai di sini. Tapi sesekali pengin nyoba rumah baru lah yaaa, meski mungkin kalian nggak mau pindah huhuuuuuuuu syedihhhhhh.
Cerita-ceritaku yang sudah jadi buku juga bakalan aku upload di sana. Kali aja dari kalian ada yang belum punya buku-bukuku, dan belum baca sampai akhir dan dulu udah dihapus aja. Sekarang bisa kalian baca lagi di sana.
Untuk Tara dan Leon, insya allah bakalan aku selesaikan sampai tamat. Tinggal beberapa bab aja, kok. Susah banget ini buat nulis kata "Tamat" bagi mereka.
Terima kasih untuk dukungan kalian yang selalu bisa menyemangatiku. Semoga ke depannya akan semakin baik nulisnya, meski temanya mainstream gitu. Terima kasih untuk vote dan komen kalian, maaf ya suka telat bales, bahkan ada yang kelupaan nggak dibales. Bukan kesengajaan, tapi terkadang dunia nyata begitu menyita waktu. Yang jelas, aku mencintai dan menyayangi kalian semua.....
Dua bola mata indah itu mengerjap sejenak. Dia tampak bingung, dan sedikit kehilangan orientasi. Dia menatap sekeliling. Kamar itu terlihat luas. Semua berdinding putih. Hingga Tara nyaris percaya, jika dia berada di salah satu kamar rumah sakit.
Tapi perabot mewah yang ada di hampir seluruh penjuru kamar, menyadarkan Tara jika dia tengah berada di kamar milik seseorang. Tara berusaha duduk, tapi perut bagian bawahnya terasa sakit luar biasa.
Dia menggigit bibir kuat-kuat, agar tidak berteriak. Matanya membelalak lebar, manakala melihat genangan darah segar di bawah kakinya. Sakit itu semakin mengiris hingga ke ulu hati, ketika wanita itu mulai sadar akan satu hal.
Seseorang membuka pintu, tepatnya mendobrak dengan suara begitu kencang. Antara rasa sakit yang kian luar biasa dan tanda tanya besar di benak, Tara menatap wanita cantik yang tidak dikenalnya itu.
"To...tolong ak...aku!" Tara berusaha menggeser posisi tubuhnya, meski hal itu semakin membuat dirinya tersiksa. Keringat sebutir jagung mulai membasahi dahi dan punggungnya.
Wanita itu berdiri bersidekap. Begitu angkuh dan sombong. Tampak sekali dia menikmati kesakitan yang kini tengah dirasakan Tara. Kentara dari senyum sinis yang menghias bibir bergincu menyala itu.
"Menolongmu? Mengapa aku harus repot-repot menyelamatkan hidupmu? Kita tidak saling mengenal," ujar wanita itu enteng. Semakin Tara meringis kesakitan, semakin senang raut wajah itu, "Oh, aku lupa mengatakan padamu. Mungkin kamu tidak mengenalku, tapi aku teramat sangat mengenalmu!"
Kedua tangan Tara memegangi perut yang terasa semakin dicabik-cabik. Sementara darah kian banyak membasahi paha dan kakinya. Rok yang dia kenakan kini telah berubah warna menjadi merah kehitaman.
"Apa yang sudah kamu lakukan kepadaku?" Tara bertanya dengan suara terbata. Telinganya mulai berdenging, dan sepertinya sebentar lagi dia akan kehilangan kesadaran.
Tuhan! Tolong aku! Aku belum mau mati sekarang! Setidaknya, aku harus tahu terlebih dahulu, siapa wanita ini!
"Baru dua minggu! Yah, janinmu baru berusia 2 minggu. Jadi, dia pasti masih sangat kecil dan tidak terlalu repot untuk menghilangkannya," Suara wanita itu terdengar seperti malaikat pencabut nyawa, "Sayang sekali, Leon tidak akan pernah melihat anak itu. Oh, aku senang! Tentu saja, dia hanya boleh memiliki anak dariku. Tidak dari wanita lain. Terlebih wanita sangat biasa sepertimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Semanis Cinta (Selesai)
RomanceKarena sebuah kesalahpahaman, Tara terpaksa menikah dengan Leon. Karena sebuah tragedi, Tara yang hanya gadis biasa dipersunting seorang pengusaha kaya raya. Karena sebuah kesalahan, Tara mencintai lelaki yang usianya dua puluh dua tahun lebih tua d...