26

3.9K 561 80
                                    

Haiii, apa kabar semua?

Alhamdulillah udah new normal yaa, baru sempet update 

Met bacaaaaaaa


"Sayang, aku mau masakin kamu buat makan siang. Terus nanti kita makan bareng di rooftop. Kamu sibuk, nggak?" tanya Tara sembari membantu Leon mengikatkan dasi.

"Hmm, aku akan menyuruh John mengosongkan jadwal makan siangku dengan klien hari ini."

Setelah memastikan ikatannya sudah bagus, Tara menggelayut manja di leher lelaki itu, "Waktu itu aku membawakan kamu bunga Lily, tapi sambutanmu sangatlah tidak beradab. Katakan kepadaku, kamu membuang bunga itu ke dalam tong sampah, kan?"

Leon pura-pura meneliti sisiran rambutnya yang sudah rapi. Ketika dia menurunkan tatapan, Tara masih memandang seakan menunggu kebenaran dari mulutnya. Leon berdecak jengah, sebelum meraih pinggang ramping Tara.

"Ah! Itu sudah berlalu begitu lama, mengapa kamu masih mengingatnya? Aku akan menggantikan lilymu waktu itu, dengan seribu lily paling indah. Bagaimana?" Melihat bibir cemberut Tara, Leon tahu jika jawabannya tidak memuaskan hati sang istri.

"Bukan itu yang ingin aku dengar darimu! Dasar lelaki tidak punya hati!" seru Tara berusaha menjauh. Leon tidak mau melepaskan Tara, justru lengannya semakin kuat membelit pinggang Tara, "lepaskan! Aku sungguh-sungguh marah padamu, karena tidak mau menghargai pemberian tulus seseorang! Walau kamu memiliki taman Babylonia sekalipun, kamu tidak boleh sesombong itu!"

"Aku minta maaf soal itu. Tapi kamu tahu sendiri, hubungan kita waktu itu tidaklah baik!" Leon memaksa Tara untuk membalas tatapannya. Dengan rasa bersalah diapun melanjutkan dengan berujar, "Ketika itu aku masih menganggapmu sebagai gadis matre. Satu dari sekian gadis yang mendekatiku, hanya karena menginginkan uangku saja."

Tara mengerjap, berusaha tidak mengingat kesialan pada malam itu, "Baiklah, aku memaklumi alasan ini! Tapi kamu tetap menyakitiku, karena membuang bunga itu begitu saja!"

Tara berteriak, begitu Leon mencubit ujung hidungnya, "Siapa yang bilang, jika aku membuang bunga itu?"

"Tapi tadi kamu tidak menjawab. Bukankah itu berarti kamu melakukannya?" Tara sekali lagi hendak berteriak, hanya saja bibirnya telah dibungkam dengan ciuman lembut lelaki itu.

Leon menjauh sebelum semua menjadi tak tertahan. Hari masih pagi, dan dia tidak mau terlambat menghadiri rapat, "Mulanya aku memang menyuruh Andara untuk membuang bunga itu. Tapi Andara ternyata justru menaruh bunga itu di ruanganku. Kelihatannya memang tidak terlalu buruk."

Tara menjilat bibirnya yang basah, sebelum menempelkan di atas bibir Leon. Namun bunyi ponsel dari dalam saku celana Leon, membuat mereka dengan enggan akhirnya memisahkan diri. Tara membantu Leon merapikan dasi dan kelepak jas yang sedikit berantakan. Setelah itu, dia pergi untuk mengganti baju tidurnya dengan pakaian biasa.

"Aku menyukai Mbak Andara. Dia memang sangat bisa diandalkan!" ujar Tara begitu bergabung dengan Leon di meja makan.

"Dia memang selalu mengira kita adalah pasangan serasi yang sangat harmonis. Dia bahkan menghiburku, katanya pertengkaran kecil kita pasti akan sering terjadi. Karena usia kita yang berbeda," cibir Leon terlihat keberatan atas fakta itu, "katanya aku harus banyak mengalah padamu, karena usiamu yang mungkin masih labil."

Tara urung mengambil setangkup sandwich. Jarinya menunjuk hidungnya sendiri. Entah mengapa, dia sedikit tidak percaya dengan kalimat terakhir yang diucapkan Leon. Dia dengan pasti menduga, jika Leon telah melebih-lebihkan ceritanya.

"Labil dan pencemburu itu beda tipis. Lagipula aku adalah wanita dewasa, bukan remaja lagi. Tentu saja aku sudah dapat mengelola emosiku dengan baik. Aku tidak pernah bergantung kepadamu. Aku juga tidak pernah mengiba-iba kasih sayang darimu. Menurutmu, dari sisi mana labil itu bisa menjadi bagian dari sifatku?" cerocos Tara merasa tidak terima dengan tuduhan tak berdasar itu.

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang