7

4.9K 663 38
                                    

Ayeeeeeeeem baaaaaaaaaaaaaaaack

Adakah yang kangen emak? maafkeun ya karena baru bisa update sekarang. Biasa, kesibukan dunia nyata sumpah bikin baper dan keki.

Insya allah, kalau kalian selalu ngasih suport ntar up seminggu sekali deuh.

Terima kasih yang sudah setia menanti cerita gaje bin ajaib ini.


Jangan lupa klik tanda bintang, dan kasih komen yang membangun yaa

Kalian punya gambaran siapa cast untuk kedua tokoh kita?



Tara tidak mungkin terpesona. Tara yakin, penglihatannya telah menipunya. Namun, berapa kalipun dia mengerjap, sosok lelaki itu masih berdiri di depannya.

Wajahnya benar-benar tampan. Seakan Dewa Kamajaya sedang menjelma dan turun di depan Tara. Bahkan Tara seperti meleleh, begitu lelaki itu tersenyum lebar memperlihatkan dua lesung pipinya.

"Maaf, bisakah aku menunggu?" Suara bariton lelaki itu seperti sudah menyihir Tara menjadi ubur-ubur.

Suara deheman keras lelaki itu akhirnya mengembalikan kesadaran Tara. Gadis itu terlihat gugup, dan salah tingkah. Tara sadar, dia sudah bertindak berlebihan. Tidak seharusnya dia bersikap memalukan seperti ini. Namun, siapa yang bisa menahan diri, ketika mendapatkan klien baru yang begitu menggoda mata.

"Maaf, bisakah anda mengulang pesanan anda?" tanya Tara berusaha menyembunyikan kegugupannya, dengan melemparkan senyum termanis.

"Buket seratus mawar putih, dan aku ingin membawanya sekarang juga." Lelaki itu mengulang pesanannya, yang tadi sama sekali tidak terdengar oleh Tara.

"Apa anda akan menunggunya? Mungkin membutuhkan waktu agak lama, karena ini masih sangat pagi. Para pegawaiku biasanya baru masuk kerja jam setengah sembilan," jelas Tara sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Tidak masalah. Lagipula ini juga masih terlalu pagi untukku masuk kantor. Jadi, aku masih bisa menunggu. Kamu bisa melakukannya sendiri, bukan?"

Tara mengangguk, sebelum mempersilahkan lelaki itu untuk duduk di ruang tunggu. Sebelum ke ruang penyimpanan bunga-bunga segar, Tara terlebih dahulu menjerang air di dapur. Rasanya tidak pantas saja, membiarkan seorang tamu menunggu tanpa diberi secangkir kopi.

Sembari menyeduh kopi, Tara mengingat-ingat jika dia memang tidak kekurangan stok mawar segar. Dia belum mengetahui siapa lelaki itu, tapi dia berjanji dalam hati akan memberikan pelayanan terbaik.

"Terima kasih, aku memang membutuhkannya," Senyum lelaki itu kembali menghias semesta Tara, begitu gadis itu mengantarkan secangkir teh hitam.

"Maaf, kami tidak menyediakan kopi instant atau jenis lain. Karena menurut kami, kopi hitam adalah cairan paling efektif untuk menahan kantuk ketika harus menyelesaikan pekerjaan," sesal Tara yang tidak mungkin menyalahkan selera kopi para pegawainya.

"Menurutku juga begitu. Aku kurang tidur, dan tidak sempat minum kopi barang setetespun."

"Baiklah, selamat menikmati. Saya akan mengerjakan pesanan anda sekarang."

Tidak dipungkiri, lelaki itu sungguh pemandangan segar di kala pagi. Tara hampir melupakan perseteruannya dengan Leon. Jika mengingat lelaki itu, hanya akan membuat Tara lelah jiwa dan raga.

"Kenapa kamu bekerja sendiri?" pertanyaan itu seketika membuat Tara menjatuhkan gunting potongnya. Dia tadi sedang asyik melamun, hingga tidak menyadari sosok lain di ruangan itu.

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang