Semoga kalian menikmatinya.
Selamat membaca...
"Apa yang kamu pikirkan?" Leon memeluk pinggang sang istri dari belakang. Angin pagi berembus lembut menerbangkan anak-anak rambut Tara.
Tara menyandarkan tubuh lebih dalam di pelukan Leon. Hangat dan nyaman. Seperti sudah satu abad, dia tidak merasakan kedamaian itu. Semua sudah berlalu, dan rasa cinta di dalam hatinya tak pernah memudar. Bahkan kini seperti tumbuh tunas-tunas baru yang segar dan harum mewangi.
"Tadi malam, kamu dan Valent mengikuti kami ke Kelab, kan?" tuduh Tara sedikit kesal.
Lelaki itu menggeser tubuh, hingga posisi mereka kini saling berhadapan. Kedua netra tajamnya tampak menatap lembut pada wanita itu. Apa dia pikir, dirinya akan melepaskan tanggung jawab begitu saja?
"Kamu istriku. Keselamatanmu adalah prioritas utama. Tempat itu bukanlah tempat yang aman." Leon tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya.
Tara mencubit dada liat sang suami yang hanya tertutup kimono tidur sutra tipis. Dia kesal. Apa susahnya mengakui jika suaminya itu mencemaskan dirinya. Cemburu pada seorang pemilik butik cukup ternama, yang tadi malam menggoda Tara.
"Mike cukup tampan. Dia juga sangat pandai minum. Dia menghabiskan 2 botol minuman beralkohol mahal, tanpa mabuk."
Tara mengaduh sambil mengusap pelipisnya yang tiba-tiba kena sentil Leon. Tidak terlalu sakit, tapi membuat sedikit kaget.
"Tapi kamu yang teler dan hampir bisa dia bawa ke ranjangnya! Masih saja bodoh! Keledai saja takkan jatuh ke lubang yang sama dua kali!"
Tara dan Lila memang mencoba sedikit minuman terlarang itu, karena desakan Mike dan teman-temannya. Kepala Tara memang terasa sedikit pusing setelahnya. Tapi tubuhnya seperti bisa diterbangkan angin. Ringan, dan mulutnya tiba-tiba tidak bisa direm.
Dia bahkan tidak menolak, ketika Mike menggandeng tangannya menjauh dari hiruk pikuk tempat itu. Tara ingin menolak ketika Mike hendak memaksakan ciuman kepadanya. Tapi semua persendiannya seperti melumer.
Hal terakhir yang dia ingat, seseorang datang entah dari mana. Dia mendengar suara tinju melayang, dan mengaduh dari mulut seseorang. Setelahnya dia tidak ingat apapun.
Kemudian dia terbangun, dan telinganya mendengar pengakuan dosa dari mulut Leon. Setelah itu mereka berakhir di atas ranjang, di kamar yang bukan dia pesan dengan Lila.
"Aku tahu, suamiku akan selalu peduli padaku. Aku memang ceroboh, dan sedikit bodoh. Aku suka bertindak impulsif, tanpa berpikir akibatnya. Kamu masih mau memaafkanku, kan?"
Leon menarik tubuh sang istri, sebelum mendekapnya erat, "Jangan membuatku tersiksa lagi. Kamu tahu jika aku sangat takut kehilanganmu. Kita lupakan masa lalu, dan kita buka lembaran baru untuk hidup yang lebih baik lagi."
"Tapi aku tidak mau kembali ke rumah itu lagi," ujar Tara tercekat. Kenangan terakhir di sana, sungguh penuh dengan kesedihan. Tara tidak mau dirinya dibayang-bayangi ketakutan dan duka terus menerus.
Leon mengerti perasaan sang istri. Diapun tak pernah menginjakkan kaki di rumah itu, semenjak Tara pergi dari sana. Tapi dia tak mau mengatakannya.
"Aku juga."
"Lalu kita akan tinggal di mana?" tanya Tara lagi. Sejujurnya, dia ingin mengatakan jika dia mau tinggal di rumah biasa. Rumah sederhana tapi penuh kehangatan. Tapi Leon tak mungkin akan memilih Perumnas untuk tempat tinggal.
"Untuk sementara, kita akan tinggal di hotel ini saja dulu. Anggap kita sedang berbulan madu. Bagaimana?"
Tara tertawa kecil. Dia teringat dengan rumah sederhana miliknya di desa, juga perkebunan kecilnya. Seperti dapat membaca pikiran sang istri, Leon kemudian mengatakan hal mengejutkan pada Tara, "Aku sudah mengurus orang untuk mengurus rumah dan kebunmu di desa. Tempat itu takkan terbengkalai. Jika kita ada waktu, kita bisa berkunjung ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Semanis Cinta (Selesai)
RomanceKarena sebuah kesalahpahaman, Tara terpaksa menikah dengan Leon. Karena sebuah tragedi, Tara yang hanya gadis biasa dipersunting seorang pengusaha kaya raya. Karena sebuah kesalahan, Tara mencintai lelaki yang usianya dua puluh dua tahun lebih tua d...