27

4.2K 506 16
                                    

Masih ada yang nunggu?


Selamat membacaaaaaa,


Pagi itu, Tara sengaja memilih beberapa bunga. Dia ingin mengunjungi Valent hari itu. Setidaknya dia ingin merealisasikan janji pada lelaki itu. Meski untuk itu, dia harus berbohong pada Leon.

Tidak mudah mendapatkan izin dari Leon. Tara yakin seratus persen, jika Leon akan menentang niat hatinya itu. Daripada ribut, maka Tara memilih untuk tidak mengatakan apapun pada Leon. Meski dalam hati, Tara merasa memiliki dosa besar kepada suaminya.

Padahal Tara sudah berencana akan mengatakan kepada Leon, tepat setelah makan siang kemarin. Hanya saja lidah Tara terasa begitu kelu. Dia tidak sanggup mengatakan hal itu. Entah karena apa. Seakan ada sesuatu yang menahan, agar dia tidak mengatakan hal tersebut.

Ketika dia sedang memasang pita, ponselnya berdering nyaring. Tara melirik sekilas, dan melihat nama Leon tertera di sana. Kemudian bunga itu dia letakkan di atas meja, sebelum berjalan menuju ke belakang toko.

"Haru, apa hari ini kamu sibuk?" tanya Leon di seberang tanpa basa basi.

Tara berdecak tidak suka. Dengan nada sedikit kesal, diapun menjawab, "Ada apa? Mau mengajakku ke Antartika?"

"Sayangnya aku belum mempersiapkan tiket dan akomodasi ke sana. Bagaimana jika kita pergi ke Vila? Ada tunggangan baru yang datang, dan aku sudah sangat ingin menaikinya. Lima belas menit lagi, sopir akan menjemputmu!"

"Apa itu tidak terlalu lama? Kamu bahkan tidak bertanya apakah hari ini aku sibuk atau tidak!" gerutu Tara begitu menyadari sambungan itu telah ditutup secara sepihak.

"Dasar tukang paksa!" Tara kembali ke dalam toko, dan menghempaskan tubuh ke atas kursi. Lila dan beberapa pegawai kebetulan sedang ada pekerjaan di luar. Tara menatap hasil karyanya. Dia mendesah, sedikit frustasi. Bahkan sepertinya alam juga berkolaborasi dengan tidak merestui dirinya mengunjungi Valent.

Apa boleh buat. Tara terpaksa mengikuti kemauan Leon. Untung saja dia belum mengatakan apapun pada Valent. Lelaki itu pasti akan sangat kecewa, jika mengetahui Tara akan datang hari itu tapi ternyata dibatalkan. Sekali lagi Tara menghibur diri, bahwa akan ada lain hari. Lebih baik lagi, jika Valent sudah sembuh dalam waktu dekat.

Tara mengirimkan pesan singkat kepada Lila. Tentu dia tidak mau kejadian kemarin terulang lagi. Terlebih dia juga tidak tahu, berapa hari mereka akan tinggal di Vila.

"Kita tidak berangkat bersama Tuan, Pak?" tanya Tara ketika mobil yang dibawa Pak Malik justru langsung meluncur menuju luar kota.

"Maaf, Nyonya. Kata Tuan besar, saya harus mengantarkan Nyonya, langsung ke Vila," jawab Pak Malik tenang.

"Lalu di mana Tuan sekarang? Kenapa dia tidak berangkat bersama kita?" Tara mengecek ponsel, dan menemukan pesan singkat dari sang suami.

Aku berangkat duluan. Ada klien yang harus aku temui. Pak Malik akan mengantarmu sampai di Vila. Jangan ngambek. Aku menyayangimu.

Tara menutup ponsel, sebelum memasang headset dan memutar lagu kesayangan. Di sela kesibukan Leon, lelaki itu seolah berusaha menyempatkan waktu untuk bersama dirinya. Tentu saja Tara menghargai hal itu. Hanya, Tara merasa ada sesuatu yang selalu mengganjal di dalam hatinya. Entah apa.

"Pak Malik sudah bekerja di rumah berapa lama?" Tara melepaskan headset ketika merasa sudah bosan, dan beralih menatap punggung Pak Malik.

"Sepuluh tahun ada gitu, Nyonya," sahut Pak Malik sedikit melirik dari kaca spion.

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang