20

5.5K 673 54
                                    

Maleeeeemmmm, adakah yang masih terbangun jam segini?

Sebelumnya makasih untuk yang udah ngasih dukungan di part kemarin.

Berhubung sekarang sedang mewabah virus corona, tolong patuhi himbauan dari pemerintah ya sayang-sayangkuuu

Sebisa mungkin hindari keluar rumah, or bepergian jika itu nggak perlu-perlu banget. Tetep stay di rumah, jaga pola hidup sehat, jaga pola makan, minum air putih yang banyak, dan yang sangat utama, jangan pernah melupakan ibadah.

Ambil hikmah positif dari bencana ini. Seenggaknya di rumah kalian bisa ngumpul bareng keluarga, kamar kalian jadi bersih, kulkas kalian jadi isi banyak makanan, dan mungkin nanti setelah keadaan normal kembali, berat badan kalian juga nambah, heheee

Pokoknya tetap jaga pola hidup sehat yaaa. Dan yang belum beli novel-novelku, beli dooong. Bisa dibaca buat ngurangin kegabutan kalian di rumah.


Jangan lupa vote dan komennya yaaaaa. 




"Kenapa tidak membuatkanku nasi goreng seperti waktu di Vila?" Leon mengangkat cangkir berisi cairan kopi hitam kental, menghidu kemudian menyesapnya sedikit demi sedikit. Tara baru mengetahui, jika Leon ternyata menyukai kopi Toraja.

"Di sini, aku tidak memiliki dapur!" sahut Tara acuh. Gadis itu masih sibuk memindahkan nasi goreng dengan telur dadar ke dalam mulutnya.

"Apa kita perlu ke Vila lagi, agar kamu mau membuatkanku nasi goreng itu?" tanya Leon lagi, dengan nada serius.

Tara menghentikan suapannya. Benaknya mulai bertanya, apakah Leon sungguh-sungguh? Benarkah lelaki itu menyukai masakannya? Orang itu bisa mengabaikannya selama satu bulan penuh. Lalu tiba-tiba sekarang seperti mengajaknya liburan. Ah, mungkin Tara yang terlalu cepat menyimpulkan.

"Kerjaanku sedang menumpuk! Lagipula aku sudah janji dengan Valent, untuk menemaninya latihan sore ini!" ujar Tara santai.

Hawa dingin yang tidak kasat mata, seperti menyerang tengkuknya. Ketika dia mendongak, Tara melihat Leon tengah menatapnya dengan tajam. Wajahnya datar seperti biasa, hanya saja aura membunuh benar-benar dapat dirasakan oleh Tara.

"Kenapa? Itu semua juga salahmu! Dia yang mengurusku dengan sangat baik! Sudah seharusnya aku juga melakukan hal yang sama kepadanya!" Tara tentu saja tidak akan melupakan kekesalannya begitu saja, "Tidak seperti seseorang, yang katanya sibuk mengurusi bisnis hingga lupa menanyakan kondisi istri sendiri! Katanya bisnis, tapi pemberitaan yang beredar justru berbeda jauh."

Leon menghela napas berat, mungkin dia lelah dengan sikap Tara yang dianggapnya kekanakan. Belum tahu saja dia, jika wanita memang selalu menang. Apapun alasan yang dia kemukakan, semua akan masuk telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri.

"Pemberitaan itu tidak ada satupun yang benar! Hubungan itu murni masalah bisnis semata!"

"Oh, maling mana mau teriak maling? Siapa yang tahu, apa yang sudah kalian lakukan di balik makan malam itu? Mungkin saja itu hanya kedok! Naif sekali, jika aku mempercayai semua kata-katamu!"

"Jika kamu bersikap seperti ini terus, dan tidak mau mempercayaiku, maka hubungan kita hanya akan berjalan di tempat!" Dingin nada bicara Leon tidak membuat Tara luluh.

"Aku dan Valent juga hanya berteman! Kenapa sikapmu seolah-olah aku sudah selingkuh dengannya? Kamu boleh bersama dengan teman-teman wanitamu, yang nyata-nyata memendam perasaan kepadamu. Sementara aku tidak boleh memiliki teman lelaki, hanya karena aku berstatus sebagai istrimu?"

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang