Update lagi nihhh, makasih untuk dukungan kalian buat pasangan koplak ini.
Percaya deh, mereka tak selamanya koplak dehhh
Kalo suka kasih vomentnya dooong, share juga boleh biar tambah banyak pembacanya
#membungkukalajepang
Btw, ini baru nulis, karo banyak typo dan kawan-kawan, koreksi aja
Nggak tau juga ini masuk adegan 21+ apa bukan, mohon kalian bijak aja dalam memilih bacaan yaa
Mungkin ini karena otornya lagi ngayal romantis #gubrakkkk
Tara merasa malu luar biasa. Dia bahkan memilih mengurung diri di dalam kamar. Dia ingin waktu cepat berlalu, hingga tidak perlu makan siang dengan Leon. Biarkan saja dia terdengar kekanakan.
Pipinya masih memerah. Jantungnya juga masih bertalu tidak sopan. Semua yang dilaluinya dengan Leon tadi pagi, tidak bisa terhapus dari ingatan. Berkali-kali dia memegangi bibirnya. Tempat di mana Leon mengambil tanda kepemilikannya. Untung saja sekarang sudah tidak kelihatan.
"Sudah waktunya makan siang, haru. Cepat keluar dari sini, atau aku akan membopongmu ke sana!" tegur Leon yang tiba-tiba sudah duduk di samping Tara, yang masih asyik melamun.
"Jangan menyebutku begitu!" sahut Tara sedikit jengah. Haru, musim semi. Leon memberinya panggilan baru, setelah apa yang terjadi di antara mereka di hutan.
"Aku tidak akan mengubah panggilanku, haru. Aku sudah lapar, dan jika kita tidak segera keluar dari kamar," Tatapan tajam Leon mengamati tubuh Tara yang masih tertutup selimut, "aku bisa-bisa lapar yang lain, dan segera akan memakanmu habis!"
"Leon! Hentikan itu!" teriak Tara dengan pipi sudah semerah tomat. Dia menyingkirkan selimut, dan bergegas berdiri. Leon ikut berdiri dan dengan cepat meraih pinggang Tara. "Leon! Apalagi?"
"Beri aku satu ciuman selamat siang, dan kamu akan keluar dari sini dengan aman."
Dasar setan!
"Sejak—sejak kapan ada hal semacam itu?" tanya Tara tergagap. Dia berusaha melepaskan diri, tapi rengkuhan tangan Leon seperti capit kepiting. Kuat dan tak tergoyah, atau tubuhnya akan terkoyak jika mencoba melawan.
Leon menunduk, membuat Tara tanpa sadar mendongak. Wajah lelaki itu begitu dekat, hingga Tara dapat melihat kerut-kerut halus di sudut bibir dan kedua mata Leon. Wajah itu tampak sempurna. Perpaduan yang menawan, antara keindahan Asia dan Eropa.
Apakah kau baru menyadarinya sekarang?
Tara tahu, tidak seharusnya dia terhanyut dengan perasaannya sendiri. Jika begini, semua berantakan. Rencana untuk berpisah, seperti terbawa angin. Tara seperti baru tersadar, jika dia menyukai kedekatan mereka.
Jika dia membenci lelaki itu, tidak seharusnya dia mencemaskan keadaan Leon tempo hari. Dia menangis seperti orang tolol. Sekarang Leon pasti akan lebih memanfaatkan dirinya, setelah tahu sesuatu tersembunyi di hati Tara.
Sepasang telaga kelam itu seperti mengunci Tara, mengurungnya dalam badai penuh prahara. Tidak ada kata mundur. Hanya ada janji di sana. Janji sehangat mentari, yang sungguh sulit untuk ditolak.
Tara mengalungkan kedua tangan di leher Leon. Memilih untuk menyerah. Kini kakinya terasa lumer seperti agar-agar. Lelaki itu menyunggingkan sebuah senyum miring, sembari mengeratkan pelukan tangannya di pinggang ramping Tara.
Wajah Leon kian dekat, hingga tak ada lagi jarak yang tersisa. Cadangan oksigen terasa menipis di sekitar. Tanpa sadar Tara menahan napas, demi menahan ketegangan yang dia rasakan. Tara memejamkan mata erat, tidak mau melihat aksi yang dilancarkan Leon. Dadanya kian berdebar kencang, begitu bibir kenyal dan hangat itu kembali menempel di atas bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semanis Cinta (Selesai)
RomanceKarena sebuah kesalahpahaman, Tara terpaksa menikah dengan Leon. Karena sebuah tragedi, Tara yang hanya gadis biasa dipersunting seorang pengusaha kaya raya. Karena sebuah kesalahan, Tara mencintai lelaki yang usianya dua puluh dua tahun lebih tua d...