Chapter 09
---
Tapi meski begitu, meski ucapan Akashi entah kenapa terasa menyakitkan, Tetsuya tidak beranjak dari sana. Dia tetap duduk di meja yang berarti kini ada mereka bertiga disana. Dia butuh penjelasan mengapa Akashi berbuat demikian, juga tentang apa yang tengah Tetsuya rasakan.
Dan seakan menganggap Tetsuya tidak ada, dua insan itu tetap saling bercanda dan bicara.
"Aku belum pernah kesana," Wanita itu menopang dagunya, menatap Akashi dengan intens serta secara tidak langsung mengirimkan godaan.
"Lain kali aku akan mengajakmu kesana." Akashi menyesap kopinya dengan elegan, "Jika kau mau."
"Tentu saja aku mau, apalagi bersama Sei-san."
Tetsuya mencibir itu semua. Apa-apaan itu pembicaraan saling menggoda didepannya? Dasar menyebalkan!
"Baiklah. Aku bisa kapan saja."
"Nah, begitu. Jangan sedih, kau bisa mengandalkanku kapanpun kau mau."
Dengan pahit, otak Tetsuya mengulang ucapan Akashi yang pernah dia terima. Rasanya begitu sakit mendengar Akashi mengucapkan itu pada orang lain, ternyata. Apa yang kemarin memang hanya untuk menggodanya? Apa yang kemarin itu hanya gombalan saja?
Sungguh, Tetsuya merutuki dirinya sendiri yang sempat merasa istimewa. Ternyata, ucapan itu memang tidak berarti apa-apa.
Tapi kenapa.. rasanya sakit didada?
Mengapa Tetsuya terluka?
Obrolan-obrolan mereka berdua terus berlanjut. Dan masih sama, seakan Tetsuya tidak ada disana. Seakan Tetsuya benar-benar menyatu dalam udara. Namun, tentu saja hati Tetsuya bukan baja jika diabaikan begitu saja.
BRAK!
Dia menggebrak meja dengan cukup kencang, dan mengakibatkan minuman yang berada diatas meja menjadi sedikit tumpah. Juga perhatian para pengunjung lainnya kini mengarah kepada meja mereka bertiga.
"Apa-apaan kau?!" Tanya si wanita yang jelas menampakan raut wajah yang begitu kesal.
"..." Tapi Tetsuya tidak menjawabnya, dan itu membuat wanita itu bertambah marah.
"Sudah mengganggu, tidak tahu malu!" Tuturnya makin tidak karuan, lalu dengan tatapan lebih tenang menghadap Akashi, "Apa benar ini saudaramu, Sei-san?"
"Begitulah."
Tetsuya tidak tahan. Dia mengeluarkan uangnya, menaruhnya di meja dengan perasaan yang tidak mampu dia jabarkan, lalu beranjak pergi. Persetan dengan Akashi!
---
Warning:
Akakuro fanfiction
T+
Shounen ai/Yaoi
Fluff Romance Friendship
Out of character
---
Namun, baru saja dia berjalan, sebuah tangan menahan lengannya. Tapi Tetsuya merasa tidak peduli. Dia tidak mau peduli karena hatinya sekarang sedang sakit sekali.
"Sei-san?"
"Aku pamit dulu. Maaf tidak bisa mengantarmu."
"Tapi-" Suara wanita itu terdengar keberatan, namun Tetsuya sudah tidak mau mendengar. Dia mencoba melepaskan cekalan tangan, namun tidak bisa. Akashi mencekal lengannya dengan cukup erat dan kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE IT RIGHT.
FanfictionTetsuya tidak mengerti, mengapa dia harus punya bawahan semenyebalkan Akashi?! Dan apa yang harus dilakukannya agar Akashi tahu diri?