2

643 106 0
                                    

Waynne membuka mata, melihat ke sekelilingnya dengan waswas. Sedangkan Jeonghan yang tidak terbiasa dengan teleportasi berusaha berdiri dengan tegap setelah membuka mata. Keduanya berada di dalam sebuah ruangan yang terletak di backstage Massey Hall. Waynne tidak pernah masuk ke belakang panggung Massey, jadi ia meminta Jeonghan membayangkan tempat itu saat mereka berpindah tempat dari Universitas Toronto ke Massey.

"Woah... keren sekali." Kata Jeonghan dengan senyum super lebar. Ia menghampiri Waynne yang tengah mengintip di balik pintu, memperhatikan lalu lalang staff yang sibuk.

"Kita masih punya urusan." Ujar Waynne menahan Jeonghan di belakangnya. Ia lalu menutup kembali pintu itu, menguncinya dari dalam.

Jeonghan mengacak pinggang. "Yaa! Aku sudah terlambat! Aku yakin orang-orang akan mencariku sekarang!"

"Sebentar. Lima menit."

"Satu menit." Tawar Jeonghan pada Waynne yang menghela napas sambil bersandar di belakang pintu.

"Oke. Tolong jangan beritahu orang lain soal kejadian hari ini dan... aku tetap harus menghapus ingatanmu ketika aku sudah bertemu dengan Wanda."

"Tidak mau."

Kedua mata Waynne melebar. "Hei!"

"Aku tidak mau ingatanku dihapus. Tapi aku berjanji akan menutupi semua rahasiamu."

"Sorry. Tapi aku akan tetap melakukannya."

"Tapi kau tidak mengenalku, kan?" Jeonghan bertanya retoris sambil menunjuk kipas berwajah D.K yang masih dipegang Waynne dengan erat. "Kau juga tidak akan bisa teleportasi kalau tidak tahu gambaran sebuah tempat. Jadi... kau tidak akan bisa melakukannya dengan mudah."

Waynne mendecakkan lidah. Ia tidak paham mengapa orang yang diajaknya teleportasi hari ini sangat menyebalkan. "Aku akan cari caranya. Pasti aku akan menemuimu lagi dan menghapus ingatanmu."

"Coba saja." Jeonghan menantang sambil menyeringai.

Menyebalkan. Keluh Waynne di dalam hatinya.

"Sudah satu menit."

Waynne melirik jam tangannya. Belum pas satu menit tapi ia pun sudah terlanjur kesal dengan Jeonghan sampai enggan meneruskan pembicaraan. Gadis itu ingin mengucapkan sesuatu, tetapi knob pintu bergerak mengejutkannya. Ia maju beberapa langkah, memperhatikan knob pintu lalu menatap Jeonghan yang bersidekap dengan sombong di hadapannya.

"Aku akan menemukanmu." Kata Waynne sambil menunjuk Jeonghan dengan kipasnya. "Aku akan menghapus memorimu!"

Dan JLEB!

Gadis itu menghilang begitu saja di hadapan Jeonghan dalam hitungan detik. Selama beberapa saat Jeonghan terperangah. Ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Hei! Is there someone inside!!"

"JEONGHAN HERE!!" Pekik Jeonghan sambil menggeleng-gelengkan kepala, membuka pintu dengan santai. Pokoknya Jeonghan tidak akan pernah melupakan kejadian hari ini. Tidak akan pernah!

 Tidak akan pernah!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Janette tertawa riang sambil menyetir kendaraannya membelah jalanan Toronto yang diterangi lampu jalan dan gedung bertingkat di sekitar mereka. Ia memang riang, senang bisa menonton konser Seventeen di Massey Hall bersama Waynne yang daritadi diam saja di sampingnya. Bahkan saat Seventeen bernyanyi dan berdansa di atas panggung, Waynne bersidekap di kursinya, menonton pergerakan idolanya dengan sorot mata yang tajam.

"Menyenangkan, bukan, Waynne?"

Menyenangkan apanya!? Hari ini aku terpaksa menggunakan kekuatanku. Tentu saja kalimat tersebut hanya bisa diucapkan Waynne di dalam hati. Tidak ada yang tahu soal kekuatannya kecuali keluarganya sendiri--dan sekarang bertambah satu manusia bernama Jeonghan yang bahkan tidak dikenalnya secara baik.

"Sorry." Kata Janette lirih. "Kau beneran tidak suka, ya?"

"Nggak." Sergah Waynne cepat. "Aku capek sekali setelah berlari."

"Itu juga maaf. Sayang sekali kita tidak bisa melihat Jeonghan. Larinya kencang sekali!" Kata Janette sembari terkekeh. Waynne ikut terkekeh dengan terpaksa lalu membaringkan tubuhnya di atas punggung kursi. Janette tidak tahu saja kalau dirinya sudah bertemu, bahkan mengobrol empat mata dengan Jeonghan.

"Kau tahu alamat rumah anggota Seventeen, nggak, Janette?"

"Hah?"

"Aku... cuma penasaran. Kau, kan, selalu update dengan keberadaan mereka. Kalau rumah... kau tahu?" Tanya Waynne kikuk mencoba menahan diri untuk tidak mengaku kalau sebenarnya ia ingin tahu alamat rumah Jeonghan dan menyergap pria itu bila ia sudah berada di Seoul.

"Kalau rumah... aku tidak tahu, sih. Tapi idol-idol Korea seperti mereka tinggal di satu dorm--kalau Seventeen, sih, sekarang sudah tinggal di tiga dorm karena anggotanya banyak. Semacam asrama, kau tahu? Tapi aku tidak tahu alamat tepatnya di mana, fans gila mereka lebih tahu." Jelas Janette dengan lancar. Waynne menatap sahabatnya itu dengan intens. Bukannya Janette juga termasuk fans yang gila?

"K-kenapa?" Tanya Janette kikuk.

Waynne menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa."

"Omong-omong dari semua anggota Seventeen tadi... yang paling tampan, siapa menurutmu?"

Ditanya seperti itu membuat Waynne memgerutkan kening. Ia mencoba mengingat kembali wajah-wajah pria yang ditontonnya di atas panggung. Tapi nihil. Diingatannya hanya ada Jeonghan yang Waynne perhatikan dari awal hingga akhir konser.

"S-semuanya tampan... hmm... semuanya."

"Benar, kan!? Kau lihat D.K, nggak? Tuhan!! Kalau dilihat langsung ternyata lebih tampan!!"

"Y-ya." Dengan kikuk Waynne bergeser ke sisi jendela mobil, membiarkan sahabatnya berbicara dengan penuh semangat soal Seventeen dan D.K atau entah siapa. Kedua matanya memperhatikan gedung-gedung tinggi di Toronto, bertanya-tanya mengapa keeksistensinya di kehidupan yang fana ini harus dirahasiakan.

Ia memang tahu alasan utamanya, tapi rasa lelah kadang membuat pertanyaan-pertanyaan di otak beranak-pinak. Mengapa ia harus ada? Mengapa kejadian seperti ini harus terjadi? Mengapa buyutnya tetap ingin hidup? Mengapa buyutnya tetap ingin menurunkan gen-nya hingga mereka memiliki sesuatu yang berbeda dari orang kebanyakan?

Waynne menghela napas pelan-pelan. Ia ingin sekali menjadi manusia normal seperti Janette atau Jeonghan atau siapa pun yang hidupnya aman, tentram, damai tanpa kekuatan super yang kalau digunakan secara sembarangan bisa membuatnya dikejar agen-agen pemerintah dunia. Memiliki kekuatan super memang tidak semenyenangkan yang orang kira.

Memory [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang