Kedua mata Waynne terbuka perlahan, sinar matahari segera menerpa membuatnya mengerjap beberapa kali. Pemandangan plafon yang berbeda segera menyadarkan Waynne kalau ia tidak sedang berada di kamarnya, semerbak bau antiseptik juga memenuhi penciumannya. Ada rasa takut menyergap Waynne, apakah ia melakukan teleportasi secara tidak sengaja ketika ia tidur?
"Waynne! Waynne!!" Declan berseru, ia berdiri untuk menahan Waynne untuk tetap berbaring di atas brankar--kasur rumah sakit tempat temannya itu terlelap selama dua hari. Waynne hampir melompat dari atas kasurnya sangking kaget melihat pemandangan asing di matanya.
"Kita di mana, Declan!?"
"Calm... be calm. Kau masih harus beristirahat." Kata Declan sama sekali tidak menjawabnya.
"Oh? Kau sudah siuman?"
Waynne mengernyit saat melihat Beryl datang membawa kantongan plastik. Pria itu tampak santai menghampirinya dan menaruh plastik di meja dekat kasur, lalu tangannya bergerak memencet sebuah tombol di dinding. Waynne melirik tangan kirinya, ia diinfus. Pertanyaan yang tadi diutarakannya kepada Declan terjawab sendiri. Tentu saja ia berada di rumah sakit.
"Kau pingsan dua hari, kau tahu?"
Kedua mata Waynne membulat. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Declan barusan.
"Declan benar." Beryl menimpali.
"Seru sekali saat mendobrak pintu kamarmu. Kami pikir kau mati." Kata Declan lagi.
"Kau serius?" Tanya Waynne khawatir. Ia sudah terduduk di kasur, menatap Declan tidak percaya dan pria itu hanya mengangguk menjawabnya.
"Kata dokter kau kelelahan dan dehidrasi."
"Serius? Aku?"
Beryl mengangguk. "Aku akan menelpon Kim, sebentar lagi dokter akan datang mengecekmu." Ujarnya kemudian berlalu keluar kamar yang juga diisi oleh beberapa pasien itu.
Sejujurnya Waynne masih belum bisa memproses segalanya. Ini pertama kalinya ia masuk rumah sakit karena kelelahan, pingsan dua hari bertutut-turut. Sejauh ini, ia masuk rumah sakit karena terkena DBD dan Malaria saat melakukan syuting di pedalaman Papua. Waynne menduga, ketidaksadarannya selama dua hari kemarin ada sangkut pautnya dengan perjalanan melintasi waktu yang ia lakukan bersama Jeonghan. Batas yang awalnya dikira Waynne tidak pernah ada akhirnya muncul juga.
"Oh, ya, Waynne... sorry, aku nggak berniat mengurusi kehidupan pribadimu, tapi sejak kau dibawa ke rumah sakit aku menghubungi Ibumu."
Waynne meringis. "Terus... apa kata Ibuku?"
"Katanya kalau kau sudah bangun, kau disuruh menelponnya."
Hal yang tidak akan dilakukan Waynne, tentu saja, apalagi kalau Ibunya tahu kalau ia baru saja meningkatkan kekuatannya. Paling Waynne hanya akan menghubungi Wanda, menyuruh adiknya itu meneruskan pesan kalau ia sudah bangun dari pingsan kepada Ibunya.
"Satu lagi, Waynne." Declan mengangkat jari telunjuknya ke udara, "maaf, tapi aku tidak sengaja melihat notifikasi ponselmu. Dua orang bernama Tian dan--ah! Satu lagi aku tidak tahu siapa tapi namanya bertuliskan aksara Korea. Dua orang itu terus mengirimkan pesan untukmu."
"Mana ponselku!?" Waynne refleks memekik, ia meremas lengan Declan dengan kuat.
"W-wow... be calm, girl! Sorry, I don't mean it, really."
"Mana ponselku, Declan!?"
~~~
Tian
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory [Complete]
FanfictionSemua orang menginginkan kekuatan, tapi tidak dengan Waynne. Berusaha menutupi kekuatannya, Waynne malah terperangkap dengan seorang pria bernama Yoon Jeonghan di sebuah gang dekat Massey Hall Toronto. Tidak punya cara lain untuk menolong pria itu...