3

616 100 1
                                    

"Ibu menyuruhmu pulang sebelum kau berangkat ke Korea." Kata Wanda, adik perempuan satu-satunya Waynne, begitu Kakaknya membuka pintu apartemen, beringsut masuk dengan lemas.

"Kau ke mana tadi?" Tanya Waynne seakan perkataan Wanda sebelumnya sekadar angin lewat.

"Jalan-jalan dengan teman. Kenapa? Tadi kau seperti dikejar sesuatu. Apakah ada monster? Musuh yang harus kita basmi?"

Waynne tertawa. Ia melemparkan Wanda bantalan sofa lalu bergegas ke dapur untuk melepas dahaga. Sedangkan Wanda yang seharusnya fokus melanjutkan tugas kuliah, sudah berbaring di sofa, memandang Waynne dengan jahil.

"Aku benar, kan? Apa kau tidak pernah penasaran? Atau... berharap kalau suatu saat nanti kita akan menjadi superhero seperti Avangers? Ah... tidak... maksudku seperti The Incredibles karena kita satu keluarga yang memiliki kekuatan menakjubkan." Wanda menjelaskan dengan dua bola mata berbinar. Entah sudah berapa kali adiknya itu mengharapkan hal yang sama dan Waynne tetap tidak paham dengan jalan pikiran Wanda.

"Jadi, kau mau dunia ini tidak aman? Kau mau kita harus menggunakan baju superhero ketat? Menggunakan penutup mata yang harus aktif 24 jam seperti Waylon? Ya... meski Waylon tidak menggunakan penutup mata setiap saat, sih."

"Waylon, kan, pemadam kebakaran!"

"Ya... sebelas duabelas." Kata Waynne beringsut duduk di sofa setelah menepuk paha Wanda agar bergeser sedikit. "Bayangkan saja jadi Waylon, di hari natal tiba-tiba ia dapat panggilan tugas, saat ulang tahunmu dua tahun lalu... ia juga tidak sempat makan malam bersama karena ada kebakaran. Terus..."

"Oke oke... aku tidak mau itu terjadi." Kata Wanda pada akhirnya.

Waylon yang daritadi disebut adalah kakak laki-laki mereka. Salah satu keturunan Maksten yang mampu mengubah benda mati mau pun hidup menjadi air. Ia juga mampu menggerakkan air semaunya seperti Aang atau Katara dalam animasi Avatar. Sampai Waynne pernah memanggil Waylon sebagai penerus suku air dan pria itu ngambek berbulan-bulan padanya.

"Jadi, tadi kenapa?" Tanya Wanda pada akhirnya, menyadarkan Waynne yang daritadi memencet remot TV tanpa henti.

"Nggak ada apa-apa."

"Kau serius?"

"Iya."

"Baiklah. Aku kembali nugas lagi." Kata Wanda beringsut duduk di bawah sofa. Memfokuskan diri di depan laptop.

Waynne hanya bisa menghela napas. Ia ingin menceritakan kejadian tadi kepada Wanda tapi urung karena belum bisa mendapatkan lokasi terkini Jeonghan. Lagipula kalau tidak bisa diselesaikan sekarang, ia takut Wanda akan melapor kepada orang-orang rumah dan menggemparkan keluarganya. Pokoknya ia akan bilang kepada Wanda kalau sudah bertemu dengan pria itu lagi.

~~~

"Kau benar-benar tidak mau ke rumah nenek?" Chaerin atau biasa dipanggil Calude, Ibu dari Waynne bertanya dengan Bahasa Korea yang lancar saat anak keduanya itu turun dari tangga. Sebagai orang Asia Timur, Claude tidak bisa melupakan negaranya begitu saja sampai ia terbiasa berbahasa Korea dengan anak-anaknya--agar mereka tidak melupakan darah yang mengalir pada tubuh mereka. Tipikal orang Asia pada umumnya.

"Tidak." Jawab Waynne sambil duduk di atas couch, mengganti stasiun TV dengan sesuka hati.

"Yaa! Jangan diganti!" Seru Claude membuat Waynne memutar kedua bola matanya kesal, mengembalikan staisun TV yang menampilkan sebuah drama Korea. Terkadang Waynne kesal dengan Claude, berpikir mengapa Ibunya pindah ke Kanada kalau memang masih menyukai negaranya.

"Maaf, Mom."

"Kau ke sini menggunakan kekuatanmu lagi, ya?"

"Mom, mana mungkin aku menghabiskan uangku naik pesawat ke sini? Naik bus? Waktuku bisa habis percuma di jalan." Waynne memutar kedua bola matanya (lagi), membayangkan dirinya berada di dalam bus atau kereta selama 9-10 jam duduk tanpa melakukan apa-apa.

Selagi memiliki kekuatan teleportasi dan dengan tujuan bertemu keluarga, tidak masalah, kan?

"Oh. Bagus. Mom juga maunya begitu. Tapi kau benar-benar tidak mau ke rumah nenek di Seoul?"

"Aku akan berada di Pulau Jindo, Mom."

"Setahun itu?"

"Sekiranya begitu."

Calude menarik napas panjang, ia duduk di samping Waynne, menyesap teh hangatnya. "Sesekali pulang. Kau tahu, kan, Ayah selalu ingin ulang tahunnya dirayakan?"

"Nanti aku lihat."

"Pulang dengan kekuatanmu, maksud Mom."

"Aku tahu." Kata Waynne dengan lirih. "Ayah kapan pulang?"

"Tidak tahu. Katanya Mark sedang mencari anak anjing hilang. Tapi, Ayahmu cepat mencari, kok. Dia, kan tahu semua barang berada di mana." Jelas Claude sambil tertawa, membayangkan suaminya, Mark Maksten, mengulur waktu di kantor agar orang-orang di sekitarnya tidak curiga kalau sebenarnya ia bisa tahu lokasi setiap orang atau benda apabila diberikan sketsa hal yang dicari.

"Aku harus kembali sebentar malam."

"Tidak makan malam? Waylon akan datang, loh."

"Maaf. Tapi, aku harus menyiapkan peralatan syutingku besok pagi di kantor. Mereka akan mengirimkannya hari itu juga." Ujar Waynne membuat Claude mendecakkan lidah. Anak keduanya itu memang paling berbeda dengan anaknya yang lain.

Kalau Waylon adalah anak yang sangat sensitif--yang paling menyayanginya sebagai Ibu, Wanda yang selalu manja tapi lebih mencintai Mark, dan Waynne, anak yang paling jarang ada di rumah. Anak yang tidak begitu dekat dengan Mark ataupun dirinya. Claude tahu, karakter Waynne muncul karena cara ia dan Mark mengasuh Waynne paling berbeda dari dua saudaranya yang lain, jadi... apa yang harus dilakukan? Nasi sudah menjadi bubur.

"Ingat, ya, di mana pun kau berada, jangan sekali-kali menggunakan kekuatanmu di depan orang banyak." Kata Claude memperingatkan. Waynne menelan ludah. Ia jadi teringat akan Jeonghan. Ke mana pria itu sekarang!?

"Iya, Mom."

"Kekuatanmu dan kekuatan Waylon sangat berbahaya. Tidak seperti Wanda dan Mark. Untung saja Waylon memilih menjadi pemadam kebakaran, jadi aku dan Ayahmu sangat mendukung dan membiarkannya menggunakan kekuatannya untuk kepentingan orang banyak. Tapi, kau..." Claude berhenti sebentar, mempelototi TV saat dua toko drama saling menjambak rambut.

"Kau... kekuatanmu bagus tapi tidak bisa digunakan sembarangan." Lanjut Claude sambil menunjuk Waynne meski kepalanya tertumpu pada TV.

"Iya, Mom." Waynne bersungut. Di dalam hati ia memekik kesal karena beberapa hari yang lalu ia menggunakannya secara sembarangan untuk menyelamatkan seorang manusia yang kini entah berada di mana.

"Ah! Bersambung!!" Claude tiba-tiba membanting gelas di atas meja, kesal karena tontonannya bersambung. Waynne hanya bisa mengelus dada dan layar TV kini menampilkan sebuah Music Video sebuah boyband. Refleks Waynne memfokuskan telinga karena lagu yang terputar tidak asing baginya.

"Tunggu, Mom!" Sahut Waynne menahan jari Claude untuk mengganti siaran TV. Tepat pada saat itu juga wajah Jeonghan muncul di sana, rambutnya pirang dengan bibir merah. Ia tampak cantik dan Waynne melebarkan mata.

"Aku heran mengapa anak-anak muda Korea secantik itu... Waynne, bisakah kau belikan Ibu album BTS sekembalinya kau ke Kanada?"

 Waynne, bisakah kau belikan Ibu album BTS sekembalinya kau ke Kanada?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memory [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang