Mereka membuka pintu dengan perlahan, menelusuri bagian-bagian rumah itu, terlihat kotor memang tetapi cukup untuk ditinggali, terlihat beberapa kursi kayu yang sudah rusak, tanggake atas yang keropos, jendela kayu yang sudah terpotong, dalgon sempat menghelan napas, tapi dia berterima kasih ada yang perduli dengan mereka sampai meminjamkan tempat ini.
Tatum dengan sigab beranjak dan membersihkan beberapa tempat yang yang terdapat banyak sarang laba-laba, bahkan ada beberapa sapu yang sedikit rusak tapi lumayan bisa digunakan. Polan hanya menunduk kaget melihat apa yang ada didepannya.
"Kenapa?" Dalgon berjalan kearah wajah polan yang terlihat lesu.
"Ditempat seperti ini kita akan beristirahat?"
"Ini sudah lumayan dari pada tempat kita bukan?"
"Coba lihat desa di bawah sana, mewah dan bersih, kenapa kita dipojok hutan dengan rumah yang kotor seperti ini?"
"Aku tahu alasan orang itu membawa kita ketempat ini jadi nikmati saja" dalgon beranjak membantu tatum.
"Hei bokong kuda!!!!!!!! Bantu aku mengangkat kayu ini sialan kau mengomel terus seperti wanita hamil tua!!!!" Ucap tantum teriak
"Apa katamu???? Sialan bokong rubah!!!!!!!!" Seketika polan terdiam karena mengingat sesuatu lalu menatap dalgon begitu pun tatum.
Mereka terdiam beberapa saat hanya terdengar suara jangkrik.
"Ada apa?" Dalgon yang dari tadi diam bersuara.
"Ahhhhh tidakkkk aku hanya sedikit merasa canggung, iya kan tatum?"
"Tidak" ucap tatum dengan nada suara yang menjengkelkan.
"Sialan!!!"
"Yang kalian maksud rubah ku ya? Sudahlah aku yakin dia juga hidup bebas sekarang aku bahkan sudah ada kalian"
Tatum dan polan menatap iba ke arah dalgon.
"Aku bahkan hidup disana seperti tidak hidup, aku yang tidak tahu orang tua asli ku, dijauhi oleh orang-orang karena katanya aku aneh, banyak pelajaran yang aku ambil dari desa itu, sedikit sakit hati harus meninggalkan desa itu, desa itu dikutuk gara-gara siapa lagi kalau bukan aku?"
"Dalgon, aku ingin kau istirahat dulu, mungkin kau sekarang butuh tidur" tatum menyela.
Malam yang tenang, dingin yang menyelimuti, beberapa bintang yang tampak kemerlap di langit, suasana diatas bukit yang sejuk.
Tatum beranjak dari tempat tidurnya, ia tidak bisa tidur, berkeringat sepanjang malam, aneh padahal cuaca sangat dingin, tatum berjalan kedepan rumah gubuk itu, ia bisa melihat beberapa desa dibawah bukit itu dan kerajaan yang menjadi ratunya, kemerlap cahaya lampu api, dia mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya yang sudah terasa dingin.
Tatum menatap langit yang indah itu, banyak bintang bertaburan, sesekali ia menutup mata merasakan hawa enak di bukit ini, bukit ini terletak di atas kerajaan pandora, dan berpisah dari desa-desa yang singgah di kerajaan, sepertinya ini adalah rumah gubuk bekas prajurit-prajurit yang sedang berburu atau menjaga perbatasan kerajaan, namun sepertinya sudah di pindah alihkan, dan gubuk ini menjadi kosong.
Sempat terlintas dipikiran tatum, kenapa bapak prajurit itu membantu kita bertiga ini? Tatum masih terdiam. Kerajaan pandora yang dikelilingi sungai biru, yang melintang seperti pemancar kehidupan, beda dengan desa milik tatum, yang entah bagaimana nasib mereka disana.
"Kau tidak tidur?" Tiba-tiba polan datang.
"Aku belum mengantuk" jawab tatum singkat.
"Hari ini memang sangat dingin, karena tengah malam kita diatas bukit" ucap polan seraya membenahi selimut ditubuhnya.
Tatum hanya terdiam, dia bingung harus membalas apa.
Polan melanjutkan.
"Kau masih memikirkan desa terkutuk itu ya?"
"Hah gila, tidak aku bahkan sangat membencinya" jawab cepat tatum.
"Singkat saja, entah bagaimana kita akan melewati perjalanan ini, tapi aku berharap jangan ada penghianat dianata kita bertiga"
Polan melanjutkan.
"Seiring berjalannya waktu, kita akan terus selalu berbeda pendapat, dan aku ingin berbeda pendapat itu yang membuat kita sadar betapa pentingnya diri kita sendiri"
Tatum menatap tajam polan.
"Bokong kuda...." jawab tatum dengan tatapan mejelajah.
"Apa katamu?"
"Tidak akan ada yang berbeda pendapat aku yakin itu"
"Kita tidak akan tahu masa depan, aku akan bertanya kepadamu, apakah sudah terukir jelas dipikiran masing-masing dimana tujuan kita sebenarnya?"
"Entah apa yang dipikirkan dalgon, tapi aku harap kita mati bersama"
Polan lalu beranjak meninggalkan tatum sendirian yang masih terpaku diam, memang sempat pikiran itu terlintas di benak nya, namun selalu ia tangkis tak ingin dipikirkan terlalu dalam, ia hanya takut mereka berdua berpisah dengan dirinya.
***
"Apa yang kau lakukan?" Mediv menatap tajam luzes.
"Bukankah ini perintahmu?" Luzes duduk santai ditempat istirahatnya.
"Memang benar, tapi..."
Luzes melanjutkan.
"Diam, kau ku suruh kemari untuk menceritakan awal mula di orc bisa menjadi penghianat" ucap dingin luzes
"Aku menjadi ragu kau benar-benar dewa"
Luzes yang sedari tadi menatap kosong didepannya, mengalihkan padangan ke arah mediv yang berdiri disampingnya.
"Ragu?" Luzes berdiri.
"Tidak ada waktu untuk berkelahi denganmu" mediv beranjak namun ketika ia berjalan, meja didepan mereka melayang dan jatuh didepan mediv.
"Apa katamu???"
"Luzes...."
"Walaupun kau bukan adik kandungku, tapi tetap saja kau adikku bukan, bisa lebih lembut lagi??"
Tiba-tiba mediv menarik pondasi istana dengan kekuatanya hingga roboh, terjadi pertarungan mediv dengan luzes dikerajaan pandora.
Luzes keluar dan membawa pedang miliknya, sedangkan mediv yang sudah mengeluarkan cahaya kekuatanya dari tanganya, ia terbang dan berlari kearah luzes, menyerang dengan kekuatanya.
Pertarungan yang terjadi di istana itu membuat para orc datang.
"Dewa luzes dewi mediv!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Alliance of Clans from the Earth
FantasySebuah cerita fantasi, tentang sebuah kehidupan prasejarah yang fana, petualangan yang meneggangkan, kekuasaan yang menggila, tentang sebuah persekutuan klan. Dewa Luzes, seorang dewa yang kejam menguasai dunia, semua klan dari ujung bumi kehilangan...