Chapter 1

9 1 0
                                    

Dalgon, tatum, dan polan masih melongo menatap keindahan sekitar istana pandora yang di kelilingi pemukiman warga yang bersih dan ramai, beberapa pasar menjual rempah-rempah atau barang antik.

Mereka tidak pernah melihat seperti itu didesa mereka, yaa klan mereka jauh sekali disana, beberapa pasar menjual kalung yang dihias batu halus, dimana batu itu batu yang sulit untuk dipecah, mungkin bisa dipecah sekitar 4 tahunnan, dan itu membuat takjup dalgon.

Beberapa orang sibuk dengan aktivitasnya, menjual barang mereka, membeli atau sekadar berjalan-jalan, jika dilihat dari pakaian mereka terlihat lebih higenis ketimbang dalgon, tatum, dan polan yang hidup jauh disana.

"Mungkin kita bisa ganti baju?" Tanya tatum

"Dimana kita akan ganti baju?" Polan masih terlihat kebingungan.

Dalgon mendekat kepenjual yang menjual kalung batu hias itu.

"Coba lihat, menghaluskannya butuh 4 bulan purnama muncul" tangan dalgon tidak henti-henti mengelus batu yang tertata rapi didepannya.

Polan dan tatum mendekat.

"Bagaimana caranya kita bisa memiliki ini?" Polan mengikuti gerak gerik dalgon.

"Kita benar-benar tidak tahu cara menukar barang, kita disini orang asing" tatum menjelaskan.

Tiba-tiba datang seorang laki-laki tampan bak kesatria, postur tubuh yang besar, wajah yang dihiasi brewok, mata yang bersinar terang, ia menggunakan pakaian seperti penjaga istana.

Laki-laki itu mendekat kearah mereka bertiga yang masih kebingungan, gerak geriknya mencurigakan, lalu ia membuka suara.

"Butuh tempat untuk istirahat?"

***

Mereka bertiga berjalan disebuah jalan setapak yang kotor, dan penuh genangan air, pohon kering yang berjajar rapi di kanan-kiri mereka, hanya ada beberapa obor yang dipasang disekat pohon, 1 jam berlalu tapi mereka masih melewati tempat kotor, laki-laki brewok itu hanya diam di depan tidak bicara sama sekali, sesekali ia menyodorkan pedang yang ia bawa untuk memastikan tidak ada siapa-siapa yang menganggu mereka berjalan.

Laki-laki itu sedikit tua, bisa di tebak kalau ia sudah memiliki keluarga, dia disini hanya bekerja. Tiba-tiba langkahnya terhenti.

"Tunggu"

Dalgon, tatum, dan polan terdiam kaget, laki-laki itu sudah beberapa kali berhenti dan  menyodorkan pedang tapi tidak kali ini, ia bersuara.

"Sudah hampir 1 jam setengah kita berjalan, apakah masih jauh?" Polan bersuara.

"Suuuuutttttttt" laki-laki itu beranjak dadi posisinya.

Laki-laki itu hanya menatap sekeliling lalu berkata.

"Habis berjalan dari sini, ada sebuah rumah dekat hutan, rumah itu milik adik saya yang telah tiada, kalian bisa menepatinya" ucap laki-laki itu.

Lalu ia menyodorkan sebuah kain yang isinya seperti penuh batu didalamnya, lalu ia beranjak pergi dengan tergesa-gesa.

Mereka bertiga tampak kebingungan, dan akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya.

***

Orc itu berhenti di sebuah goa tengah hutan, ia bisa melompat dari tebing ke tebing lain, dan berlari dengan sangat cepat, ia sudah menduga kalau dirinya akan dikejar-kejar oleh para zero.

"Sudah ku duga"ucap orc itu.

Para zero datang.

"Dimana dewamu?"

Tiba-tiba zero itu menyodorkan pedang emas miliknya, orc itu lalu dengan cepat lari kedalam goa. Sesaat orc itu menghembuskan nafas lega ditangah goa yang petang itu akrena zero itu sepertinya kehilangan jejaknya, tiba-tiba batu nesar roboh didepanya, orc itu melompat dengan siaga, tetapi kaki kirinya meleset dan batu itu mengenai kakinya, ia berteriak kesakitan.

"Sial!!!!!!"

"Sial?"

Suara itu familiar ditelingan orc itu, ia seperti mengetahui suara itu, ia mencari dimana sumber suara, dan deg ia kaget. Dewa luzes didepanya.

"Kenapa dengan kakimu?"

Orc itu hanya terdiam membisu.

"Kau menghianatiku?"

Orc itu hanya mengangguk takut, tapi dia berani beropini.

"Dewaaa, apa aku salah membeberkan rencana licik anda, membeberkan kebenaran yang anda simpan selama ini, semua suku-suku takut dan kehilangan kekuatanya, kau takut bukan mereka akan kuat melebihi dirimu?" Dengan sisa energinya orc itu bersuara.

"Bukannya aku takut, tapi ini lah tugasku, tugas dimana aku harus menjaga semesta dan mengabdi"

"Aku bahkan tahu semua tentang dirimu"

Luzes terdiam kaget, lalu dia mendekat dan menyentuh kepalanya dan menatap tajam.

"Apa yang kau ketahui?"

"Kau anak haram, yang tak pantas jadi dewa!!!!!"

Dewa luzes terseyum.

"Sedetail itu kau mencari tahu tentang ku?"

"Kau bisa mati jika meneguk air dari pohon suci!!!!!, karena memang kau bukan dewa kau setengah dewa"

Orc itu akhirnya terdiam dan menahan sakit kaki kirinya itu.

"Kau sungguh berani ya, berbicara tidak baik didepan ku, ingin ku apakan dirimu dulu sebelum ku bunuh"

"Baik, akan ku ceritakan awal dimana aku bisa menjadi dewamu"

Dewa draka sedikit sakit hati karena istri pertamanya tidak mengandung-mengandung padahal istrinya adalah dewi dari kejaraan terpencil yang sebagian orang tidak tahu, karena kerajaan itu telah diutus oleh dewa draka, ia menyesal menciptakan kerajaan itu ditempati dewi-dewi tidak berguna, ia akhirnya memutuskan untuk menaruh istrinya itu didalam sebuah goa bawah tanah, dewa draka akhirnya menikah dengan seorang wanita biasa yang bisa menjaga dirinya dengan baik, dan lahir lah luzes, dewa draka pun menjadikan luzes sebagai dewa.

"Hanya dirimu yang tahu tentang kebenaran dan kebusukan ayahku, seperti itu lah dia, bahkan kesalahannya yang membuat dia mengutuk dirinya sendiri, bahkan draka seorang dewa semesta ini pun tidak akan abadi dengan kesalahnya, dan itu lah yang membuatku sedikit tidak percaya dengan ayah, yah aku menjadi dewa aku memutuskan untuk menyembunyikan kesalahanya dan benar aku ingin tidak ada yang menandingi ku"

Orc itu meloto kaget seolah tidak percaya apa yang dikatakan dewa luzes di depannya.

Luzes pun dengan cahaya yang keluar dari matanya, memuculkan sebuah pedang besi panas dan luzes memeggal kepada orc itu dengan penuh emosi.

"Aku bahkan menikmati hidupku yang penuh kebohongan mengapa dirimu tidak bisa?"

"Bahkan aku menjadi dewa tanpa benar-benar dewa saja sudah sangat kuat bagaimana aku akan menjadi dewa yang benar-benar dewa?"

"Aku membenci orang-orang seperti mu yang berkhianat"

Dewa luzes pun lenyap begitu saja dengan diiringi cahaya putih.

Zero pun datang dan melihat orc itu sudah tergeletak dengan badan dan kepala yang terpisah.

The Alliance of Clans from the EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang