20

58 3 0
                                    

***

Pagi ini, Athena sudah disibukkan dengan beberapa desainer yang sibuk menyiapkan bajunya. Hari ini adalah farewell party untuk menyambut kedatangan para model baru yang bergabung di perusahaannya.

Dan, tahun ini, Athena yang mengusulkan konsep pesta topeng. Sama seperti konsep ulang tahunnya waktu itu.

Ia sangat berharap, laki-laki misterius itu akan bertemu dengannya hari ini.

"Pagi, baby," sapa Enggar di ambang pintu kamarnya. "Cantiknya calon istri aku."

Athena tersenyum.

"Ini, untuk calon istriku," Enggar menyodorkan sebuket bunga berwarna merah maroon.

Athena menatap buket itu sepersekian detik sebelum menerimanya.

"Aku akan menunggumu di bawah," kata Enggar sambil mencium dahinya.

Athena hanya tersenyum.

"Wah, beruntungnya nona bisa mendapatkan calon suami sebaik itu. Dia pasti sangat menyayangi nona," celetuk salah seorang desainernya.

Lagi, ia hanya tersenyum.

Dari balik pantulan cermin, ia menatap ke arah Aiden yang berdiri di ambang pintu kamarnya sambil menatapnya.

Pagi ini, ia enggan berkomentar. Tentang apapun. Dan, tentang siapa pun.

-

Athena memasuki ball room bersama dengan Enggar. Athena benar-benar terlihat sangat cantik dengan balutan gaunnya hari ini. Dengan rambut bergaya sanggul kepang dengan bunga berwarna putih dan crown. Dia benar-benar bak bidadari.

Saat kakinya mulai melangkah masuk, sontak semua mata langsung tertuju padanya. Ia bahkan dapat mendengar beberapa orang berbisik dan mengaguminya.

Athena benar-benar memancarkan aura kecantikannya.

Ia berbaur dengan beberapa model baru yang mengajaknya bicara. Ia menggunakan kesempatan ini untuk melupakan rasa penat yang ia rasa selama beberapa hari terakhir ini.

Saat ia sedang asyik berbincang, Enggar mengejutkan suasana dengan kehadirannya di atas panggung.

"Mohon perhatiannya sebentar," katanya.

Athena melihatnya dengan gusar. Ia bahkan menghela napas panjang, seolah sudah tahu apa yang akan Enggar lakukan.

"Di hari yang indah ini, saya ingin mengumumkan kepada kalian semua. Bahwa, kalian semua diundang ke pesta pernikahan saya dan Athena yang akan terselenggara beberapa hari lagi."

Bersamaan dengan itu, sorak suara pun langsung bergemuruh di seluruh ruangan. Seolah ikut merayakan kebahagiaan pernikahan keduanya yang tinggal beberapa hari lagi.

"Saya juga ingin memperkenalkan kepada kalian calon pengantin wanita saya yang tercantik di mata saya, Athena."

Lampu sorot secara tiba-tiba langsung menyorot ke arah Athena yang masih termenung. Saat semua orang benar-benar memperhatikannya, ia langsung tersenyum kikuk. Ia bahkan tidak tahu cara merespon ucapan selamat dari orang-orang. Pasalnya, ia tidak merasakan kebahagiaan itu hingga saat ini.

Ia tidak merasakan perasaan deg-degan menjelang hari pernikahannya.

Ia juga tidak merasakan perasaan bahagia menunggu hari pernikahannya.

Ia tidak merasakan itu semua.

"I love you, Athena," kata Enggar.

Bohong.

Semua itu bohong.

Athena yang mengetahui semua kebohongan ini pun hanya mampu tersenyum.

Meski ia tidak mencintai Enggar, namun rasa sakit dibohongi ini pun nyata.

Tak lama, lampu sorot tidak lagi menyorotnya. Dan, suasana kembali seperti semula.

"Bahagia, Athena? Jangan bahagia dulu. Aku sudah pernah bilang 'kan? Kalau aku tidak bisa mendapatkan Enggar, maka kau pun tidak," bisik seorang perempuan.

Athena menoleh dengan cepat.

"Jihan?"

EdelweissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang