23

63 4 0
                                    

***

10 menit berada di atas, mampu membuat Athena terengah-engah dan nyaris kehilangan kesadaran. Setelah ia kembali ke belakang gedung di mana acaranya terselenggara, ia menarik napasnya dalam. Tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya.

"Soal perempuan yang mendorongmu tadii, aku sudah mengurusnya. Aku harap kau jangan mengungkitnya saat ia mendorongmu. Jika, kau tidak ingin pusing dengan jawabannya nanti."

Athena menoleh ke arah laki-laki itu.

"Kau... muncul di mimpiku," celetuk Athena.

"Hoh? Kau memimpikanku?"

Athena mengangguk.

"Beberapa kali," kata Athena.

Laki-laki itu tersenyum mendengar ucapan Athena,"Apa kau begitu ingin bertemu denganku?"

Athena mengangguk.

"Aku tidak tau kau siapa. Tapi, aku ingin berterima kasih sudah menolongku."

Ucapan serius Athena membuat suasana berubah jadi haru. Tatapan mata Athena yang berkaca-kaca membuat laki-laki itu ikut iba.

"Selama ini, tidak ada yang berusaha menolongku. Mereka hanya hidup memenuhi rasa bahagia mereka. Tidak perduli seberapa keras aku butuh pertolongan."

Laki-laki itu melangkahkan kakinya ke hadapan Athena.

"Pertolongan apa yang kau butuhkan?"

"Lari."

Laki-laki itu terdiam. Mendengarkan ucapan Athena dengan serius.

"Aku ingin lari dari hidupku."

Mata Athena pun mengeluarkan buliran air mata. Pipi merahnya yang merona pun tersapu air mata. Laki-laki itu langsung mengusap air matanya.

"Aku ingin bebas."

Mendengar ucapan demi ucapan Athena dengan nada parau, membuat tangan laki-laki itu bergetar.

"Katakan padaku apa yang kau inginkan. Dan, akan ku penuhi segalanya."

Di tengah tangisannya, Athena tersenyum tipis.

"Tidak ada yang berkata seperti itu padaku sebelumnya."

Tanpa pikir panjang, laki-laki itu meraih tangan Athena dan meletakannya di dada.

"Aku akan mengabulkan apa yang kau inginkan. Jika kau ingin lari, katakan saja. Akan ku temani kau kemana pun kau ingin."

Laki-laki itu mencium tangan Athena dengan lembut. Membuat perempuan yang ada di hadapannya semakin berdebar.

Saat-saat mengharukan keduanya harus berakhir saat suara seorang laki-laki datang memanggil.

"Athena!"

"Enggar."

Dengan cepat, Athena mengusap air matanya.

"Aku harus pergi."

Laki-laki itu perlahan melepaskan tangan Athena.

"Bagaimana jika aku ingin menemuimu?"

"Aku akan selalu datang tiap kali kau memikirkanku."

Athena tersenyum.

"Namamu..."

"Panggil saja aku Biru."

"Biru?"

Laki-laki yang menyebut namanya dengan panggilan Biru itu pun mengangguk.

"Sampai berjumpa lagi Athena," ucapnya sambil melambaikan tangan perpisahan, sebelum akhirnya menghilang.

"Biru..."

Athena yang sudah menghilang selama hampir satu jam membuat Enggar panik. Sayangnya, saat Enggar menemukan Athena, ia sudah bukan Athena-nya. Ada yang berubah. Ada yang berbeda.

Pancaran matanya.

EdelweissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang