***
"Jika ada hal terindah yang terjadi di alam semesta ini, adalah kehadiranmu."
"Tidak ada bunga mana pun yang mampu menandingi kecantikanmu."
"Aku akan selalu mencintaimu. Walau langit dan bumi sekali pun akan menghukummu karena rasa cintaku."
Penggalan-penggalan kata ini menghantui Athena dalam mimpinya. Begitu pun dengan Biru. Penggalan-penggalan kata ini terus terngiang di pikirannya.
Keduanya dihantui dengan potongan kecil kenangan yang entah datang dari mana.
-
"Aigoo, anak Mama yang sebentar lagi mau menikah, kenapa wajahnya sedih?" goda Anisa pada Athena.
Athena hanya tersenyum. Pikirannya semakin tak karuan sekarang.
Matanya berpendar ke sekeliling rumah. Seakan sedang mencari seseorang.
Dan, benar saja, matanya berhenti pada sosok laki-laki yang sedang berdiri di kejauhan dan memandangnya.
Aiden.
"Enggar akan menjemputmu hari ini?"
Mendengar nama Enggar, membuat Athena langsung teralihkan.
"Enggar?"
Anisa mengangguk.
"Kalian akan melihat venue bersama-sama, 'kan?"
Athena seolah lupa.
Tapi, bagaimana mungkin?
Ia tidak pernah melupakan hal penting seperti ii.
"O-oh, iya, Ma," jawabnya kikuk. "Kalau gitu, Athena pergi sekarang, ya. Dah, Mama."
Athena mencium pipi sang Mama dan langsung menghampiri Aiden. Tanpa banyak kata, ia hanya memberi isyarat pada Aiden untuk segera pergi.
Aiden pun mengikuti langkah Athena.
-
"Kemana saja, kau?" tanya Athena ketus.
Aiden tidak menjawabnya. Pandangannya hanya lurus ke jalanan yang ada di depannya.
"Ya!!! Aiden."
Setelah panggilan kedua Athena, Aiden hanya menatap perempuan itu dari kaca spion mobilnya.
"Aku bertanya padamu," kata Athena kesal.
"Aku hanya istirahat sebentar karena tidak enak badan."
Sontak, Athena memajukan tubuhnya mendekat ke arah Aiden.
"Kau sakit?" tanya Athena sambil melihat ajudannya itu.
"Tidak."
Athena berdecih.
"Kau sedikit berbeda hari ini. Kenapa? Kau marah denganku?"
Lagi, lagi, Aiden hanya menatap Athena dari kaca spion mobil.
Athena menghela napas.
"Whatever."
-
Sesampainya di venue tempatnya menikah, Athena langsung senyum saat Enggar menyambut kedatangannya di sana.
Hanya tinggal 3 hari.
3 hari lagi.
Athena menghela napasnya saat melihat altar tempatnya berjalan nanti. Ia berdiri cukup lama di sana. Memandangi Enggar dari kejauhan.
Namun, lagi, lagi, tiap kali ia memandangi wajah laki-laki itu, bersamaan dengan hal itu pula keinginannya selalu pupus. Ia tidak bisa mematahkan hati banyak orang. Ia tidak bisa mengecewakan kedua orang tuanya.
Tentang hubungannya dengan Jihan, ia sanggup menahannya. Ia akan berpura-pura tidak mengetahuinya.
Saat Athena dan Enggar pamer kemesraan, Aiden justru memalingkan wajahnya. Ia seakan muak menyaksikan sandiwara dan kebohongan yang Athena lakukan.
Dan, ia memilih untuk pergi dari tempat itu.
Sudut mata Athena mengekori Aiden yang meninggalkannya dengan Enggar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss
FantasySeorang Dewi Perang Dunia Langit bernama Athena, jatuh cinta dengan Pempimpin Kaum Iblis. Ia harus menghadapi dunia dan seisinya yang menentang perasaannya. Bahkan, ia harus menghadapi rasa sakit yang luar biasa sebagai hukumannya. Mampu 'kah Semest...