Membatasi Diri

192 22 0
                                    

"Kak Al ... ayo ikut Lia!" Rengek seorang gadis muda yang akhir-akhir ini membuat Aldi sedikit jengah, tapi entah kenapa ia tak mampu menolak. Namun ia juga selalu berusaha membatasi diri.

Lia adalah sahabat istri majikannya. Sebagai pengawal pribadi untuk istri sang bos, Al mau tak mau mengenal beberapa teman dekat majikannya.

Dan tak menutup kemungkinan, bahwa perempuan akan mudah jatuh hati pada sosok Aldi yang tampan dan terkesan misterius.

"Jangan seperti ini, Nona! Sebaiknya kamu jaga sikap!" Aldi menjauhkan tangan Lia yang menempel erat pada lengannya.

"Hanya jalan-jalan sebentar Kak, ayolah ... Lia juga sudah izin dengan Sofia supaya bisa bawa Kak Al jalan-jalan."

"Sebentar lagi adzan ashar, Nona jadi sebaiknya kita pergi setelah saya shalat," kata Aldi akhirnya. Percuma bersikeras menolak, Lia akan tetap merengek sampai keinginan gadis kota itu terpenuhi.

"Baiklah, Lia akan menunggu sampai Kakak selesai shalat."

"Kenapa kamu tidak sekalian shalat juga?"

"Nanti saja!" Lia bergegas menjauh dari tubuh Aldi. Kalau sudah membahas masalah shalat Lia masih belum terketuk hatinya. Entah berapa lama dia tidak melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim itu. Islam hanya tertera di KTP saja. Terlahir dari keluarga kaya raya dan kedua orangtua yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Lia menjadi perempuan yang sedikit bebas.

"Kapan? Menunggu sampai di shalatkan?" Aldi menggeleng lantas pria itu pergi meninggalkan Lia di ruang tamu rumah besar milik tuannya.

"Sampai Kak Al mau menikahi Lia." Lia berkata pelan setelah punggung Aldi melewati pintu utama.

Aldi berjalan keluar rumah lalu menuju rumah berukuran sedang di belakang rumah sang majikan. Tempat istirahat khusus para pengawal dan para pelayan.

Aldi membuka stelan jas hitam yang ia kenakan seharian ini. Mengambil handuk lalu mandi. Para pelayan dan pengawal diizinkan melakukan ibadah sesuai agama masing-masing bila sudah waktunya. Tidak ada larangan untuk hal beribadah.

Beruntung sekali Aldi mendapat majikan yang begitu baik dan pengertian seperti tuannya. Sudah setahun lamanya Aldi bekerja dan selama ini Aldi sangat nyaman bekerja di rumah ini.

***

"Sudah siap?" Ceria Lia saat melihat sang pujaan hati sudah rapi dengan pakaian santai.

"Saya harus izin dengan tuan terlebih dahulu," ujar Aldi melewati Lia yang selalu sabar menunggu pria idamannya itu membuka hati untuknya.

Lia mengangguk seraya tersenyum tipis. Meski ia harus berkorban, Lia benar-benar sudah yakin pada hatinya untuk memilih Aldi sebagai pria pendamping hidupnya. Sudah lelah Lia hidup bebas, kini ia ingin ada yang mengawasinya meski pria yang ia cintai berasa dari keluarga biasa.

"Sudah?" tanya Lia saat Aldi sudah keluar dari dalam ruang kerja sang bos.

"Sudah, kita mau kemana Nona Lia?"

"Sudah Lia bilang, kak Al jangan panggil nona lagi!" Lia memelas. Apa Aldi tidak bisa melihat dirinya sebagai wanita biasa? Bukan sebagai sahabat majikannya?

"Maaf, saya sudah terbiasa." Aldi tak enak hati. Sejujurnya dia juga tidak tau perasaan apa yang ia rasakan pada gadis muda di sebelahnya. Ada suatu jarak yang membuat Aldi membatasi hubungan di antara mereka.

"Ubahlah sebisa mungkin Kak." Lia masuk ke dalam mobil setelah Aldi membuka pintu mobil.

Sungguh besar harapan Lia untuk segera memiliki Aldi sebagai pasangan masa depannya.

Bukalah segera hatimu Kak Al

My Sweet BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang