Akhirnya

361 22 11
                                    

Aldi mengetuk pintu kamar hotel tempat Lia menginap, dia menghela napas lega ketika melihat wanita itu memunculkan wajahnya di balik pintu. "Kamu sungguh kekanakan Lia," ujar Aldi saat ia malah mendapat pandangan santai dari Lia, padahal dia sangat khawatir beberapa jam yang lalu karena nomor Lia tidak dapat dihubungi.

"Maafkan Lia, Kak. Ayo masuk!" Lia menggapai tangan Aldi lantas menyuruh laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya. 

"Aku tunggu di sini saja, ayo bereskan pakaianmu lalu pulang bersamaku!" kata Aldi tegas.

Lia memandang wajah Aldi lama, ada guratan lelah nampak dari wajah mulus pria itu. "Kenapa pulang? Nanti saja ... Lia masih betah di sini, Lia tidak mau pulang," sahut Lia. Sengaja mengulur waktu, kapan lagi dia bisa berdua dengan sang kekasih pikir santai Lia.

"Kedua orangtuamu khawatir Lia, mereka sampai datang ke rumah besar mencarimu." Aldi akhirnya mengikuti langkah Lia, masuk ke dalam kamar.

Lia nampak tidak kaget akan penuturan Aldi, sejak awal dia sudah menduga ini pasti akan terjadi. Kedua orangtunya pasti melibatkan Sofia dan kekasihnya, akan tetapi itulah yang ia syukuri sekarang.

Setidaknya, dia tidak perlu lagi menjelaskan masalah apa yang terjadi diantara dia dan orangtuanya.
Aldi pria cerdas, laki-laki itu pasti paham kenapa ia kabur dan kenapa orangtuanya melarang keras hubungan mereka berdua.

"Duduklah dulu, kakak sepertinya lelah." Lia mengambil sebotol minuman kemasan yang sebelumnya ia beli di mini market dekat hotel. Ada rasa bersalah sekaligus khawatir bahwa Aldi bisa saja mundur dari hubungan yang baru berlangsung ini.

"Aku datang bukan untuk beristirahat, aku datang untuk menjemputmu Lia, menurut lah!" Aldi tak suka berbasa-basi.

Lia menarik tangan lelaki yang masih bersikukuh mengajaknya pulang, menyuruh laki-laki yang dia cintai itu untuk duduk dulu sebentar, ada banyak hal yang ingin ia bicarakan berdua saja dengan si bodyguard. "Lia akan pulang tapi setelah Lia memastikan pendapat Kak Al tentang masalah ini, dan Kak Al bisa mencari solusi yang baik untuk hubungan ini." Lia duduk di sofa dekat Aldi, tidak menghiraukan Aldi yang sedari tadi berusaha menjaga jarak dengannya.

"Kita bicarakan masalah ini di tempat lain, jangan di sini." Aldi mengambil botol minuman di meja lalu ia meneguk minuman itu secepatnya. Dia memang sedikit kehausan karena berkeliling mencari keberadaan Lia.

"Apa mama dan papa sudah mengatakan pada Kakak semuanya?" tanya Lia.

"Tanpa mereka menjelaskan secara rinci Kakak juga sudah mengerti dengan kondisi kamu, tapi kenapa kamu tidak memberitahukan masalah ini lebih cepat dari orangtua kamu?" Aldi menoleh Lia yang duduk di sampingnya.

"Lia belum menemukan solusi dari masalah ini, makanya Lia belum ingin memberitahukan hal ini dengan kakak, Lia takut kakak akan menjauh dari Lia setelah mendengar keributan ini."

"Kita pulang sekarang dan langsung menemui kedua orangtua kamu, Kakak akan membuktikan bahwa Kakak serius dengan hubungan ini, dan juga membuat mama dan papa kamu percaya bahwa Kakak pantas untuk mendampingi putri mereka." Aldi memberi sebuah janji yang tentunya membuat Lia tak mampu lagi menahan rasa kagumnya pada sang bodyguard tampan.

"Kakak ... i love you." simbol hati dengan menggunakan jarinya ia tunjukkan pada Aldi yang kala itu masih mengenakan stelan jas hitam kerjanya.

"Jangan berlebihan, Lia!" Aldi berlagak tak peduli, padahal wajah imut yang Lia tampakkan sedikit membuat hatinya goyah. Bagaimana tidak, saat ini mereka hanya berdua di dalam kamar hotel dan Aldi pria normal.

"Tidak ada yang berlebihan untuk Kakak, Lia mencintai Kak Al apa adanya, Lia juga rela melepas segalanya demi Kakak, meskipun nanti kedua orangtua Lia tidak setuju dengan hubungan ini, Lia pastikan akan tetap memilih Kakak." tegas gadis itu tanpa keraguan, cintanya untuk sang bodyguard memang sudah merekat kuat.

"Jangan terlalu mencintai manusia, karena manusia bisa saja berubah ... pasrahkan hubungan ini dengan takdir, Lia." Aldi kembali menasehati Lia, dia juga tidak ingin hubungan yang baru dibangun ini berakhir, meskipun ia merasa cintanya pada gadis di sebelahnya ini tidak sebesar rasa cinta gadis itu padanya, tapi aldi sudah yakin akan perasaannya untuk Lia. Lebih dari wanita lainnya.

Kalimat Aldi sukses membuat Lia bungkam serta terpaksa bangkit lantas menyambar kopernya, memasukkan barang-barangnya yang sempat ia keluarkan dari dalam koper.

Menoleh Aldi sesaat. "Apa tidak bisa kita menginap semalam dulu di sini?"

"Apa kamu sudah gila?!" ketus Aldi menjawab.

"Ya ... Lia sudah tergila-gila dengan Kak Al, makanya cepat nikahin Lia!"

"Kamu pikir menikah itu bisa diputuskan sembarangan? Menikah itu bukan hanya kita berdua, ada dua keluarga yang harus disatukan juga, menikah  juga bukan hanya bermodalkan saling suka dan cinta, karena bila hanya mengandalkan cinta cepat atau lambat perasaan bisa saja akan berubah, sedangkan penikahan tidak bisa diputuskan begitu saja dengan alasan cinta sudah tak ada lagi." Aldi menasehati Lia panjang lebar.

Lia membalas dengan helaan napas panjang, sungguh apabila Aldi sudah menasehatinya panjang lebar, hanya itulah yang bisa Lia lakukan, mendengar dan diam tanpa menyela. 
"Iya Kakak."

"Kamu tidak ingin menikah sekali seumur hidup?"

"Ya mau la, Kak Al tercinta." Tersenyum lebar ke arah satu-satunya pria di sana.

.

.

.

Aldi membantu Lia membawa kopernya setelah keduanya turun dari mobil yang Aldi kemudikan. Saat sampai di depan pintu mereka telah disambut Bagas dan Hana di ruang tamu dengan tatapan penuh kekecewaan.

Lia mendekati kedua orangtuanya dengan Aldi di sampingnya.

"Maafkan Lia, Ma--Pa," ucap Lia bersungguh-sungguh.

"Duduklah!" suruh Bagas pada Aldi dan Lia.

Aldi dan Lia mengambil posisi duduk berhadapan di depan Bagas dan Hana.

"Katakan apa rencana kalian?!" Kali ini Hana yang membuka suara, sejujurnya dia belum bisa menerima sosok Aldi, tapi mendengar bagaimana sosok Aldi begitu dihormati dan dipuji majikan si pengawal, Hana jadi sedikit tersentuh untuk mengenal sosok pengawal yang memang Hana akui Aldi memiliki daya tarik sendiri dalam hal fisik.

"Saya tidak ingin menjanjikan apapun, tapi saya sudah berencana ingin menjadikan putri anda istri saya, walaupun mungkin pekerjaan saya tidak menjamin kecukupan materi putri anda, tapi sebisa mungkin saya tidak akan membiarkan putri anda merasa kekurangan." Aldi menatap kedua orang tua Lia satu-persatu dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi serta berharap mereka menyetujui niat baiknya.

Semakin berbunga-bunga hati Lia mendengar ucapan Aldi. 

Bagas dan Hana saling melirik, sebenarnya memang alasan yang keji bila mereka menentang pria ini masuk ke keluarganya hanya karena alasan materi.

Aldi pria yang sehat, pekerja keras dan mencintai putrinya, terlebih lagi pria ini nampaknya telah membuat putrinya bersikap jauh lebih baik dari sebelumnya lalu kenapa mereka tidak menilai pria itu dalam segi itu?

Pujian untuk Aldi dari Sofia dan pembantunya yang mengenal Aldi akhirnya membuat Hana dan Bagas menurunkan egonya.

"Baiklah, Papa akan setuju dengan hubungan kalian," tutur Bagas akhirnya.

Lia dan Aldi menoleh Hana bersamaan.

"Mama juga setuju," kata Hana.

"Asiik ...." Lia memeluk Aldi secara spontan hingga ketegangan terjadi beberapa detik saat gadis itu tanpa malu menempel pada Aldi.

"Lia, lepaskan!" Aldi mendorong tubuh Lia agar menjauh, malu dan ia merasa ini tidak pantas dilakukan di depan orangtua gadis itu.

Hana dan Bagas menggeleng kepala merasa malu akan tingkah sang putri.

"Kamu bikin Mama malu saja, Lia," ucap Hana pelan.

"Maaf ... khilaf, Kak."

Bagaimana pendapat kalian sampai bab ini?
Jangan lupa tinggalkan jejak!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sweet BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang