Update part ke dua gais, biar ga bosen-bosen amat idupku. Janlupa votmen lohh, awas aja kalian aku aduin ke Juna!!! So Happy reading😄
●●●
"Sudah sana keluar, sebentar lagi jam istirahat selesai" ujar pak Agung yang masih duduk dikursi kebesarannya.
Lelaki tua itu membolak balikan lembaran dokumen-dokumen penting yang entah apa isinya, dan kini sedang ia baca dengan seksama. Tak lupa kacamata kotak khas miliknya yang bertengger apik di hidung mancungnya.
Arjuna berdiri dari duduknya, membungkuk-kan kepalanya sopan didepan kelapa sekolah. Tak lupa ia juga menampilkan cengiran andalannya. "Iya pak, makasih hehe."
"Selamat siang pak" sambungnya, lantas menundurkan diri dari tempatnya.
Pak Agung menganggukan kepala sebagai balasan. "Siang" dia kembali menyibukan diri membaca dokumen ditangannya.
Arjuna berjalan membuka pintu, senyum senang tak luput dibibirnya. "Woahh" Dia hampir memekik kaget. Bagaimana tidak? Saat ia baru saja membuka pintu, tiba-tiba ia sudah dikagetkan dengan kepala yang muncul tepat didepan wajahnya. Arjuna mengusap-usap dadanya, lalu melakukan aksi hirup napas dan buang bak ibu hamil yang akan melahirkan. "Ngagetin aja lo"
Lelaki itu tak mengindahkan ucapan Juna. "Gimana?" tanya temannya, Nathan dengan wajah penasarannya.
"Ya gak gimana-gimana" balas Arjuna enteng, berlalu melewati Nathan yang menunggu ceritanya.
Nathan bedecak kesal karna balasan Juna, temannya itu memang susah sekali diajak serius. Dikit-dikit bercanda mulu. Nathan berjalan mengikuti langkah Arjuna disampingnya. "Serius Jun! Apa kata pak Agung tadi?!" tanya Nathan
"Gak sabaran banget lo, ntar dah." Arjuna menatap kesal sahabatnya ini. Teringat akan sesuatu, ia menghentikan langkahnya menoleh pada Nathan yang berdiri tak jauh didekatnya. "Oh iya, Kamal dimana?" Ia bertanya pada Nathan, karna sejak tadi ia tak melihat batang hidung sahabat bule nyasarnya itu.
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya acuh. "Mana gue tau, palingan juga ngapelin si Yuyun Yuyun itu!"
"Yuyun-Yuyun pala lo, namanya Yuna Goblok!" Sembur Juna. Sudah cukup rasa sabarnya selama ini, dia sudah tak sanggup lagi menanggung kekesalan bertahun-tahun lamanya pada Nathan. Pasalnya lelaki itu selalu saja mengganti nama orang seenaknya. "Lupa" kata itu yang selalu ia ucapkan sebagai alasan. "Dasar orang tua!" Arjuna membatin.
"Buruan ah, laper gue" ujarnya kemudian mempercepat langkahnya. Meninggalkan Nathan yang memandanginya kesal.
"Dasar bunglon" batin Nathan, berlari mengejar Juna yang sudah jauh didepannya. Benar-benar Juna ini, suka sekali membuat orang lain penasaran. Padahal Nathan sudah terlampau penasaran dengan pembicaraannya dengan pak Agung tadi, tetapi mau bagaimana lagi? Namanya juga Arjuna ngeselin orangnya.
____
Kantin SMA Garuda Bangsa terlihat sangat ramai, pasalnya ada ratusan murid yang berdesakan mengantri untuk membeli makanan yang ada disana. Tak ada istilah lady's first saat mengantri dikantin, para lelaki tak akan mau mengalah pada para perempuan disana. Mereka saling mendorong, dan memaki satu sama lain tanpa perduli tatapan murid lainnya. Siapa cepat dia dapat! Itulah peraturan yang secara tak langsung dipatuhi oleh semua murid.
Tak khayal sering kali terdapat kejadian piring pecah, gelas pecah, makanan dan minuman yang tumpah. Mereka juga tak jarang saling berebuat tempat dikantin, dan menge-klaim meja dengan seenaknya.
Arjuna dan Nathan berjalan santai melewati lautan manusia yang berdesakan. Arjuna mengedarkan pandangan ke sepenjuru kantin mencari keberadaan salah satu sahabatnya, Kamal. Sedangkan Nathan kini tengah melirik berbagai makanan yang disuguhkan, ia harus menjinjitkan kakinya agar dapat melihat makanan dibalik punggung murid lainnya.
Arjuna menepuk-nepuk lengan Nathan yang ada disampingnya. Tangan yang lain menunjuk meja di sudut kantin, dimeja itu sudah ada Kamal dan seorang wanita yang kalian tau Yuna. "Itu tuh anaknya, buru!"
Tangan Nathan ditarik Juna, mereka berjalan menuju meja yang tadi mereka lihat. "Hoyy, mojok-mojok bae kerjaannya!" Celetuk Arjuna yang kini sudah duduk disalah satu kursi yang ada.
Nathan menarik mangkuk bakso Kamal. Si pemilik langsung menoleh, melebarkan matanya menatap si pelaku penarikan mangkuk bakso miliknya. "Kok lo ambil si Tan" ujarnya, menatap tak percaya Nathan yang memakan bakso miliknya.
"Biarlah, emangnya kenapa coba? Lagipula lo kan udah makan semangkuk sama Yuyun?! Pakek suap-suapan lagi...maruk lo!" Sembur Nathan.
"Tan sumpah ya lo―" ujar Kamal terpotong oleh Yuna yang kini tengah mengelus-elus lengannya.
Yuna mendorong mangkuk baksonya kedepan Kamal, "Udah lah Mal, gausah diperpanjang nih makan punya aku aja." Potongnya.
"Hah?! Sorry ya Mal, gue ga bermaksud. Gue kebawa emosi, gara-gara Ajun nih! Bikin kesel aja." sesal Nathan, memijat kecil pilipisnya.
Yang dituduh menatap tak percaya Nathan, lalu menunjuk dirinya sendiri, "Kok gue?!" protes Arjuna yang dibalas dengan delikan oleh Nathan.
Kamal mengangukan kepalanya singkat, menerima suapan Yuna. "Hm, gak apa kok Tan. Gue tau susah banget ya jadi elo, makanya gue bilang juga apa kemaren. Jangan deket-deket sama setan! Bawaannya emosi mulu kan lo." Candanya, terkekeh kecil melirik Arjuna yang sudah tersungut.
"Gausah dibales, sekarang waktunya lo cerita! Jadi gimana tadi di ruang kepala sekolah?!" Sela Nathan, menuntut Arjuna bercerita.
Hahh, Arjuna. Lelaki itu menghela napas panjang, sahabatnya ini sudah terlampau benar-benar penasaran ternyata. "Ekhem" Ia berdehem singkat mempersiapkan diri sebelum bercerita. Didepannya Nathan, Kamal dan Yuna sudah merapatkan diri mendekatinnya, menunggunya bercerita.
"Jadi gini―"
●●●
Harus digantung dongg, biar kaliannya pada penasaran hehe. Oke bye, aku males ngetik banya-banya dah...
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET RIVAL | Choi Yeonjun
Teen Fiction❝ Keingin tahuan yang berujung timbulnya sebuah rasa.❞ Semua ini berawal dari rasa penasaran Arjuna akan sosok Shaluna yang maju didepan saat upacara kala itu. Raut wajah gadis itu tak tertebak, seperti es yang beku. Wajahnya begitu datar bagaikan t...