Hai guys, met malem semua. Dirumahku ujan dan yah dingin, suasana kayak gini tuh paling pas buat baca wattpad sambil tiduran kkk~
So, happy reading ya!
Jangan lupa buat klik vote and meninggalkan komen di part ini💜
●●●
Sekarang ini jam sudah menunjukan waktunya istirahat kedua. Banyak murid yang sudah berlarian ke kantin, KOPSIS dan tempat lainnya. Namun ada juga yang pergi ke perpus maupun menetap dikelas.
Disini, di depan kelas unggulan. Nathan dan Kamal menyeret Arjuna yang sejak tadi meronta-ronta tak ingin ikut bersama mereka.
Yang mereka tahu Arjuna itu memiliki gengsi yang terlalu tinggi, maka dari itu mereka mencoba membantu Arjuna menjalankan misi. Namun apalah daya, lelaki itu terlalu gengsi untuk mengakui apa yang ia rasakan.
Murid-murid dari kelas unggulan mulai satu-persatu keluar dari kelas dengan beberapa buku ditangan mereka. Hal itu sangat wajar bagi murid-murid yang berada di kelas unggulan, beda lagi dengan kelas biasa yang keluar kelas dengan meninggalkan pekerjaan sekolah di meja.
Arjuna menarik badan bongsor Kamal yang hampir sama dengannya kedepan tubuhnya. Badan Kamal ia gunakan sebagai temeng agar tak ada yang melihat dirinya.
"E eh Jun, lo ngapain sih" ujar Kamal yang bingung dengan kelakuan Arjuna. Dia berusaha melepaskan badannya dari tarikan Arjuna yang berada dibelakang tubuhnya.
"Cowok apaan tuh yang ngumpet dibelakang punggung orang yang gak lebih besar dari badannya sendiri, dasar payah!" Kata Nathan mencemooh kelakuan Arjuna yang menggelikan.
Arjuna memiringkan kepalanya agar dapat melihat wajah Nathan. "Ba to the cot... BACOT!" sahut Arjuna tanpa melepaskan tarikannya pada badan Kamal.
Nathan lantas tertawa sarkas, lalu dengan sekejab merubah mimik wajahnya menjadi datar. "Hahaha, serah lo!" balas Nathan sarkas.
Kamal yang sejak tadi diam melangkahkan kakinya kedepan. "Udah lah, buruan Tan masuk. Yuna udah nunggu gue tuh" ujar Kamal melerai pertengkaran mereka berdua.
"Jun, lo kalo gak mau ikut masuk juga, gak papa kok. Terserah lo aja sih, tapi kalo mau ikut yaudah masuk aja." Ucap Kamal pada Arjuna.
Ucapan Kamal barusan membuat Arjuna merasa dilema. Dia ingin ikut masuk tentunya, Arjuna benar-benar penasaran dan ingin melihat Shaluna dikelas. Namun dirinya juga merasa agak gengsi ikut masuk bersama kedua temannya itu, bisa-bisa mereka menganggap dirinya benar-benar menyukai Shaluna.
Ikut atau tidak. Dua kata itu terus terngiang dikepalanya. Dia bingung, dia tidak tahu harus memutuskan bagaimana.
"Kita masuk duluan ya Jun, dahh" pamit Kamal, berjalan lebih dulu masuk ke kelas unggulan.
Nathan yang masih diluar menolehkan kepalanya kebelakang. "Lo kalo mau ikut buruan ayok, gausah kebanyakan gengsi. Kalo lo penasaran ya di lihat langsung bukannya di liat dari jauh aja" desak Nathan, yang lama-lama merasa gemas dengan Arjuna hingga memberikan lelaki itu sedikit nasihat.
Walaupun childish begitu Nathan tetap memiliki sisi dewasa dari dirinya, terkadang ia bisa saja bersikap lebih dewasa dibandingkan Arjuna yang lebih tua darinya.
"Lo yakin gamau ikut?" Nathan mengulang ucapannya tadi karna dirasa Arjuna yang tak kunjung memberikan respon padanya.
"...."
Nathan menghela napas kasar saat Arjuna yang masih belum merespon ucapannya, padahal sudah ia ulang lagi.
"Hm, yaudah gue masuk duluan. Bye~" pamitnya lantas berjalan melewati Arjuna yang masih bergelut dengan pikirannya.
Ikut atau enggak ya? Aishh, batin Arjuna.
"Ikut" cicit Arjuna, seraya menarik lengan jas almamater Nathan.
Kalau begini jadinya, Nathan terlihat lebih dewasa dibanding Arjuna. Yah, walaupun ukuran badannya tak mengatakan seperti itu.
Tapi tak berbeda jauh kok, mereka hanya berbeda beberapa senti dengan Arjuna yang menjulang lebih tinggi dibanding dirinya.
****
Suara teriakan terdengar nyaring kala mereka mulai memasuki kelas unggulan.
Seorang gadis kini tengah menatap nyalang semua murid yang ada dikelas, mata gadis itu merah tampak berkaca-kaca jika di lihat dari dekat. Telinganya juga memerah menandakan dirinya yang marah.
"Gak ada yang mau ngaku hah?" desis gadis itu menatap sinis orang-orang yang berkumpul didepannya.
"Hah... kalian ini cuman harus ngaku, SIAPA YANG BUKA-BUKA TAS GUE TANPA IJIN HAH?!" Bentak gadis itu, dia Shaluna. Gadis itu menatap sekeliling dengan mata merahnya.
"Masih gak mau ngaku ya? Huh!"
Shaluna menarik kasar tasnya yang ada di atas meja. Dia membuka lesreting tas itu dengan kasar, lalu membaliknya hingga membuat barang-barang yang ada didalamnya terjatuh ke lantai. Buku-buku, bolpion, alat tulis, jepit rambut, dan yang lainnya jatuh berserakan dilantai.
Semua orang menatap kaget apa yang dilakukan Gadis itu. Menurut mereka ini hanya hal sepele tapi entah atas dasar apa gadis itu sampai berbuat seperti ini.
Arjuna memandang wajah Shaluna dengan pandangan yang tak dapat diartikan. Dia berdiri dibalik kerumunan dengan mimik wajah yang ambigu.
Shaluna menatap sekelilingnya, "Inget ini! Gue selalu nata buku yang gue bawa sesuai sama warna, dan ukuran. Gue juga nata bolpoin dengan rapih." Jelasnya.
"Jadi, terlalu mudah buat gue tau ada yang ngobrak-ngabrik tas gue tanpa ijin! Dari pada lo semua gue laporin ke guru konseling, mending ngaku deh!"
Salah satu murid perempuan disana maju dengan wajah kesalnya, "Lo tuh apa-apaan sih Lun, cuman hal sepele kaya gini gausah bawa-bawa guru konseling kali!" Protes gadis dengan name tag Sisil itu.
Shaluna mengangkat bahunya acuh. "Terserah lo mau bilang apa! Yang gue mau sekarang kalian ngaku, gue gak akan kayak gini kalau kalian ngaku dari awal" ungkap Shaluna.
"Lun"
Sebuah suara lirih terdengar dari belakang punggungnya. Shaluna lantas berbalik, memandang lekat gadis mungil di depannya ini.
"Apa?"
Kedua bola mata gadis itu melirik kesana-kemari, menunjukan begitu gugupnya dia saat ini. "Aku...aku, emm―"
Melihat gerak-gerik gadis itu, Shaluna sudah cukup paham apa yang akan dikatakan gadis itu.
"Lo yang buka tas gue kan? Balikin tipex gue sekarang." pinta Shaluna, mengadahkan tangan nya.
Gadis itu dengan gemetar merogoh saku rok nya, lalu meletakan tipex ke tangan Shaluna. "In-ni, sorry ya"
Shaluna menatap datar gadis itu, "Hm, lain kali kalau mau pinjem tuh bilang, jangan asal buka tas orang aja. Lo semua tau gue paling gak suka yang kayak gini." Ujar Shaluna, memperingati gadis itu akan apa yang ia tak sukai. "Sorry kalau gue bikin keributan."
●●●
Thank you for reading guys!
Aku harap kalian suka part kali ini, dan memberikan votement.
See you in the next chapter guys👋
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET RIVAL | Choi Yeonjun
Teen Fiction❝ Keingin tahuan yang berujung timbulnya sebuah rasa.❞ Semua ini berawal dari rasa penasaran Arjuna akan sosok Shaluna yang maju didepan saat upacara kala itu. Raut wajah gadis itu tak tertebak, seperti es yang beku. Wajahnya begitu datar bagaikan t...