5

6 3 0
                                    

"Ah, Zelene disini ya? Azura cariin dari tadi ga ketemu-ketemu." Azura berdiri dihadapanku dengan nafas terengah-engah.

"Ada apa emang?"

"Tadi dipanggil Ustadzah Moyna di kantor. Zelene datang kesana aja dulu. Kalo urusannya udah kelar, langsung ke lantai dua ya. Ariana, Carissa, kak Sherianne, sama Uzma juga udah nunggu pasti."

Aku mengernyit, tapi kemudian tersenyum simpul. "Oke."

Aku langsung berlari kearah kantor pondok, dan memang kudapati Ustadzah Moyna duduk dikursinya seolah menunggu seseorang.

"Assalamu'alaikum Ustadzah.." aku menghadap dengan senyum segaris.

"Wa'alaikum salam, Zelene. Alhamdulillah, akhirnya kamu datang.. Ustadzah mau memberitahumu sebuah kabar gembira.."

"Kabar apa ya Ustadzah?"

"Cerpen mu dimuat dimajalah pondok. Uangnya sudah ditransfer ke rekening ibumu."

'Alhamdulillah!!'

"Terimakasih Ustadzah.. tapi, cerpen yang mana ya?"

"Saya baca tadi ada tiga Zelene. Lara yang pernah singgah, Kasat mata, dan Bersama bulan tanpa bintang, yang terakhir di terbitkan bulan depan."

"Terimakasih Ustadzah, syukron katsir." Aku menunduk hormat

"Sama-sama Zelene, kau boleh kembali"

Aku mengangguk dan langsung balik badan. Pikiranku kini tertuju pada lima teman yang kini sedang menungguku.

"Mending ga usah ikut deh, kalo cuma modal sok tahu semua orang juga bisa.."

Sayangnya, semua tak terlihat seperti harapku. Kukira yang akan menyambutku adalah antusiasme dari mereka tapi ternyata perdebatan memanas antara Carissa dan Helena.

"Ternyata kamu pelit juga ya.. ilmu masih cetek aja sombong selangit-langit.." sambar Helena

"Bukan pelit, tapi kamu disini niatnya ngerusak. Kan jadi males.." sembur Carissa.

"Apa lagi bawa-bawa pasukan segala.." tambah Ariana sembari melirik Idellia dan Early.

"Kami niatnya baik kok, dosa lho menghalangi niat baik seseorang.." sanggah Early

Aku mulai melanjutkan langkah kakiku yang tertunda tadi.

"Ramadhan adalah Syahrullahi, bulan Allah. Jadi jangan kotori bulan Allah dengan pertengkaran yang tidak perlu.." potongku.

"Ini nih, masa mau masuk majelis ilmu dihadang.." sorak Idellia

"Dosa tauk.." lanjut Early.

"Yang menentukan dosa atau tidaknya seseorang bukan kamu.." kak Sherianne angkat suara.

"Diem! Zelene udah datang tuh.. lanjut yuk!" Azura berusaha meredam kebisingan.

"Selesain dulu masalah kalian.." sodokku.

"Kita ga ada masalah apa-apa," Carissa tersenyum.

"Yaudah, maaf-maafan dulu.." pintaku.

"Apa-apaan... ini kan belum hari raya.." sanggah Carissa.

"Emang maaf-maafan nunggu hari raya dulu?" Uzma angkat suara.

"Oke deh... Helena, Early, dan Idellie, aku minta maaf mewakili semuanya.." Carissa dengan tampang lempeng menyatukan kedua telapak tangannya kedepan dadanya.

"Kesannya kurang ikhlas gitu..." sindir Helena membuat Carissa meradang.

"Maumu apa sih?!" Ariana membentak. Azura refleks mengelus punggung Ariana dan melafalkan istghfar berkali-kali

"Helena, marah di bulan puasa memang ga baik, tapi penyebab marah sendiri juga ga baik lho.." sindirku halus.

"Terus? Aku minta maaf? Ogah be-ge-te! Niat aku awalnya baik,  tapi mereka malah suudzon!" Helena berdecak.

"Maafin aja deh, Allah aja maha pemaaf.." celetuk Uzma.

"Ngomong gampang.." sahut Helena.

"Helena..." peringatku

"Iya Zelene, iya.... aku tahu aku salah.. aku minta maaf." Helena tersenyum tipis dan menatap Carissa yang alisnya berkerut.

"Udah kan ini? Malah buang-buang waktu tahu!" celetuk kak Sherianne.

"Iya-iya.." Ariana mengangguk.

"Nah, bisa dimulai?"










Bersambung

Ramadhan Kala ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang