Happy reading!
Hari ini sekolah tampak biasa aja ga ada yg beda. Saat ini mereka menduduki bangku 2 SMA. Amar dan zia berada disatu kelas, sedangkan geo berada di kelas lain. mereka sama sama berada dikelas unggul ko. Hanya saja geo berada disatu tingkat dibawah zia dan amar. Geo juga pinter ko, kayanya pas tes dia sengaja ngasal. Katanya cape di kelas unggulan.
"bawa bekel ga zi?" tanya amar yg berada di depan tempat duduk zia. Zia dan amar tidak duduk sebangku, tapi depan belakangan. Sebenarnya Cuma kebetulan, ya bisa jadi takdir. "engga" jawab zia lesu. Mereka baru menyelesaikan pelajaran matematika. Kadang kelas matematika benar benar menghabisi stamina.
"yaudah ayo ke kantin" zia hanya menggeleng. Amar sudah hafal, zia jarang sekali ingin pergi kekantin karena harus antri dan ramai. "yaudah gw beliin aja ya?" tanyanya. "boleh" zia tidak menyodorkan uang, karena pasti di tolak oleh amar. Zia tidak selalu menghabisakan uang zia dan geo ko, karena mereka selalu bergantian mentraktir.
"yaudah tunggu disini ya cantik." Amar beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan kelas.
"wah, ko bisa gitu si?" tanya rania. Rania teman sebangku zia saat ini. Rania anak yg manis, tutur katanya selalu lembut. Ini untuk pertama kalinya rania dan zia menjadi teman sebangku. Jadi maklum mereka belum begitu dekat.
"apa?" zia terlihat bertanya tanya. Pasalnya rania terlalu tiba tiba, jadi tidak dimengerti. "itu amar, bukan seperti amar. Tapi amar" mengerti itu zia hanya ber-oh ria, lalu tertawa kecil.
"iya seperti itu" kata rania lalu menidurkan kepalanya diatas meja. "kamu benar benar sahabatnya? Apa tidak lebih?" zia hanya mengangguk. Setiap dia dekat dengan teman lain, itu akan jadi hal pertama yg mereka ingin tau dari diri nya.
"serius??tapi pasti kamu punya sedikt perasaan, setidaknya dengan salah satunya?" zia menghela nafas panjang. "apa yg harus aku buktikan supaya kamu percaya. Aku sangat menyayangi keduanya, apa aku bisa memacari keduanya? Gila kan? Makanya. Lagi pula mereka terlalu berharga untuk jadi mantanku kelak", kini rania yg ber-oh ria.
"aku penasaran" katanya. "apa yg ingin kamu tau? Akan aku ceritakan jika bisa" zia tersenyum manis. "banyak, emm salah satunya bagaimana kamu bisa bertemu mereka dan bagaimana kalian bisa sedekat ini. Eh tapi.. apa aku boleh tau.."katanya ragu. Rania tau bahwa zia jarang sekali meceritakan tentang dirinya kepada temanya. Kecuali amar dan geo.
"emm aku percaya pada mu" zia tersenyum. Rania bersiap mendengarkan ceritanya dengan atusias. "kita bertiga seperti sodara bukan?, jadi kita pertama ketemu di tempat les saat aku kelas 1 smp..."
Flasback on
"tunggu yah, ayah kejebak macet. Klo jemput kamu pake mobil ga bisa gerak. Ayah kerumah dlu tuker pake motor ya" gw mengiyakan kata ayah yg berada ditelfon. Ini sudah jam pulang les, tapi gw blm juga di jemput.
Hari sudah mulai gelap, terlebih sepertinya akan turun hujan. Hari itu bunda ga bisa jemput karena sakit, jadi gw sama sakali ga kabarin bunda. Gw tinggal sendirian saat itu. Lalu seorang laki laki menghampiri gw. Ternyata gw ga sendirian. Geo , dia geo. Dulu gw Cuma kenal nama aja sama geo
"blm balik?" tanya nya, gw ngerasa ada yg nomong ke gw jdi gw nengok. "hem" gw menanggapinya hanyan dengan singkat. Karena saat itu canggung. "sedih banget gw, jawab panjangan dikit dong, sertai alasan knp blm balik" katanya panjang lebar. Gw kaget si karena ya dulu dia jarang ngomong, tiba tiba so akrab ke orang kaya gw?.
"oh. Iya blm balik, ayah masi dijalan kejebak macet harus tuker sama motor dlu di rumah. Lo ngapa baru keluar?"setelah ngmong gtu gw mikir lagi, apa perlu gw ngomong ini ya?. geo senyum saat itu "baru abis konsul tadi. Balik bareng gw aja. Searah gw anter sampe rumah" tawarnya.
"gausah deh ngerepotin.."
"ah gausah pake nolak nolak, gw tau lu bete bgt nunggu disini sendiri. Bentar lagi juga ujan. Ga ngerepotin ko, udah ayo" geo menyodorkan helm. geo hanya bawa satu helm, karena mau hujan dia berikan itu pada gw, dia hanya menggunakan topi yg dia bawa.
***
loading for the next part...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh dan Seutuhnya
Romance"lo berdua seperti diri gw, klo gw kehilangan salah satunya. berarti gw kehilangan setengah dari diri gw. sampe sini ngerti knp gw takut kehilangan lo berdua?" kekhawatiran zia terjadi. ketakutan zia menghantamnya keras. kebahagian yg tak terduga...