"Jungkook-ah."
"H-hyung? A-apa yang kalian lakukan disini?"
Maniknya berkaca-kaca. Mereka yang telah lama hilang, kini kembali lagi. Setelah apa yang dilaluinya seorang diri. Kini mereka datang lagi. Dengan kata maaf, yang bahkan terdengar asing di telinganya.
"Mianhae-yo, jeongmal mianhae Jungkook-ah."
"P-pergi! Pergilah lagi, aku tidak butuh kalian!! Hiks... hiks kalian meninggalkan aku!"
"Jungkook-ah kami minta maaf. Sungguh, jangan seperti ini."
"Jangan seperti ap hyung?! Kalian meninggalkan aku!"
Bukan tidak ingin memaafkan. Tapi, masih terekam jelas dalam ingatannya. Saat satu-persatu pilar itu meninggalkannya seorang diri. Saat ia terbangun dipagi hari, hanya kosong yang ditemukannya dirumah besar itu.
Dia ketakutan, saat tidak menemukan seorang pun. Bolehkah dia egois dengan membenci mereka? Walau dia tau, dia tidak benar-benar membenci mereka.
"Namjoon hyung, kenapa kau pergi dengan Hoseok hyung? Aku tau itu demi cita-cita kalian. Tapi, bisakah tetap memberi kabar pada kami? Lalu setelah semuanya hancur dan pergi meninggalkan aku, kalian kembali. Menyalahkan aku atas semuanya. Hiks... kalian pikir aku ingin itu terjadi?!"
Mereka yang merasa namanya disebut pun hanya mampu menundukkan pandangan. Mereka tau mereka salah. Dengan kurang ajarnya menuduh adik mereka sendiri. Tanpa tau hal apa saja yang harus adik mereka alami.
"Yoongi hyung!"
Yoongi mengangkat kepalanya. Memandang Jungkook yang wajahnya telah dibanjiri air mata. Padahal, dulu dia dan yang lainnya sangan menjaga agar kristal bening itu tidak pernag keluar dari mata indah itu. Namun apa, justru mereka lah sebabnya kristal itu selalu mengalir.
"Kenapa kau pergi dengan Taetae hyung? Kau meninggalkan aku, menyalahkan Jimin hyung!"
"Taetae hyung! Kau janji akan menghubungi aku. Tapi sampai sekarang kau bahkan tidak pernah melakukannya. Kau ingkar janji hyung. Hiks... kau melupakannya."
"Mianhae Jungkook-ah, aku bisa jelaskan"
"Jimin hyung! Kenapa kau terus merasa bersalah?! Kenapa kau malah meninggalkan Taetae hyung? Dia tidak marah pada mu! Dia mencari mu saat pertama kali bangun."
"Dan Jin hyung, hiks... hiks...hiks."
Tangisannya makin deras. Lidah mereka kelu, walau hanya sekedar memberi kalimat menenangkan. Tubuh mereka seperti membeku, walau hanya sekedar membawa tubuh itu dalam rengkuhan mereka.
"Kenapa kau juga pergi hyung. Kau berjanji akan terus bersama ku. Tidak akan pergi seperti yang lainnya". Lirih, bahkan nyaris seperti gumaman.
"Kau bahkan pergi tanpa pamit! Tidak mengatakan apapun. Kau bahkan pergi saat aku masih tertidur! Kau hanya meninggalkan note di atas meja!". Kalimat itu sarat akan emosi. Mereka tau, Jungkook tidak membenci mereka. Jungkook hanya kecewa. Mereka yakin.
"Kami minta maaf Jungkook. Aku tau aku salah meninggalkan mu. A-aku aku hanya ingin meyembuhkan lukaku."
"Tapi kau tidak memikirkan aku hyung. Kau pikir aku tidak terluka?! Keluarga ku hancur! Dan aku tidak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya. Ini sakit hyung! Jeongmal appo-yo! Hiks hiks"
"Pergi hyung, anggap aku bukan siapa siapa. Seperti biasanya."
Jungkook tersenyum. Tapi, itu lebih terlihat seperti senyuman penuh kepedihan. Mungkin benar, yang datang akan pergi. Dan yang terjadi akan menjadi kenangan.
END
Ini tuh sebenernya, aku terinspirasi dari cerita kak Dianraa12 yang US. Kalian wajib baca. Awalnya emang kek bosenin gitu, tapi kalo udah hampir pertengahan itu seru banget. Apalagi endnya.
Nahhh, aku bikin ini karna aku mau bikin end yang berbeda dari yang dibuat kak Dianraa12. Kalian bisa cek ceritanya di profil aku.
Jangan lupa like nya gengs.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]LIMBO✅
Fanfictionooh, but this is all that I am I only show you the best of me, the best of me Ooh, tryin', but I'm just a man Hopin' it won't get the best of me, the best of me - song by keshi DRABBLES OF BANGTAN