YoonJin : My Old Story

190 22 3
                                    

"YOON JANGAN GANGGU AKU!!" Seokjin menggeram marah. Sedari tadi, Min Yoongi adiknya selalu mengganggu.

"A-aku aku hanya minta diajarkan yang ini hyung," Yoongi adiknya mencicit takut sambil menunduk. Seokjin tidak tau lagi, adiknya bodoh atau bagaimana? Sudah berulang kali dia mengajarkan materi itu. Kesal? Tentu saja. Siapa yang tidak akan kesal.

"Kau bodoh atau bagaimana ha? Keluar!" Yoongi mengangguk samar dan keluar.

+++

Tidak ada yang menarik dari minggu pagi Yoongi hari ini. Paginya disambut pemandangan keluarga bahagia, tanpa dirinya. Didepan sana, di ruang makan. Terlihat ayah, ibu, dan kakaknya tertawa bahagia. Bercengkrama layaknya keluarga yang sebenarnya. Semuanya terlihat jelas oleh Yoongi, yang sedang berdiri di anak tangga terakhir. Yoongi tersenyum miris. Yoongi juga anak mereka kan? Anak ibu dan ayah? Tapi, kenapa dia disisihkan? Diasingkan layaknya orang lain. Tak ingin melihat hal itu lebih lama, Yoongi kembali ke atas, ke kamarnya. Melewatkan sarapan sepertinya tidak buruk.

+++

Dulu, Yoongi pernah bahagia. Pernah memiliki keluarga hangat dan bahagia. Ibu yang cantik, ayah yang hebat, dan kakak yang penyayang. Kriteria keluarga bahagia, seperti pada umumnya. Tapi, semuanya berubah saat dia berusia 12 tahun.

Siang itu, sepulang sekolah, Yoongi mendapati ayah dan ibu bertengkar sembari menyebutkan namanya. Juga Seokjin yang berdiri sambil menangis, tidak jauh dari sana. Sejenak Yoongi terpaku, hingga pandangannya dan Seokjin tidak sengaja bertemu.

Seokjin menarik dirinya kasar ke lantai atas. Tubuh kecilnya dilempar begitu saja kearah dinding, saat mereka sampai di kamarnya. Yoongi meringis, sakit di punggungnya merambat hingga ke kepala. Membuat kepalanya pening dan pandangannya memburam. Maniknya dia arahkan kepada Seokjin. Dengan sorot penuh luka dan kekecewaan. Tapi Seokjin tidak menghiraukan. Dia hanya berbalik dan menutup pintu dengan keras. Yoongi kecil yang polos tidak mengerti saat itu. Hingga hari hari berikutnya, semua berubah tanpa bisa Yoongi cegah..

Tidak ada lagi kecupan hangat ibu, tidak lagi dibacakan dongeng sebelum tidur oleh ayah, dan tidak ada lagi candaan garing dari kakaknya.

Awalnya, dia berpikir ada salah dengan dirinya. Hingga suatu malam, ayah pulang dengan keadaan mabuk berat. Pergi ke kamarnya, dan memukulinya dengan membabi-buta. Ibu dan kakaknya ada disana. Memandangi dirinya dengan datar, kemudian pergi dan berbalik pergi. Meninggalkan dirinya bersama ayah, tanpa ada niatan untuk berbalik. Hingga hari ini.

+++

Yoongi tersadar dari lamunannya. Memandangi air yang merendam kakinya, yang berada dalam kolam renang. Dia menghela napas. Mengingat kejadian beberapa tahun belakang membuatnya sakit. Pantulan dirinya didalam sama seolah memanggil. Memanggilnya agar masuk kedalam sana. Yoongi itu tidak bisa berenang. Jika dia masuk dan tenggelam, maka dia akan mati.

Tapi, apa jika dia mati dia akan bahagia? Apa semua akan baik-baik saja? Lagi pula mati tidak terlalu buruk?

+++

BYURR!!

Seokjin melihatnya dari balkon kamarnya yang berada dilantai dua. Dia melihat, bagaimana Yoongi yang terdiam kemudian menceburkan diri.

"Bodoh!! Kau pikir semua akan bersimpati? Cih!!"

Awalnya dia berpikir Yoongi hanya main-main. Hingga 5 menit kemudian tubuh itu tidak kunjung muncul ke permukaan. Airnya tetap tenang. Seokjin yang terpaku melihatnya pun kemudian tersadar. Dan berlari kesetanan menuruni tangga.

"Adeul, mau kemana? Jangan berlari sayang!" Bahkan saat sang ibu memanggil dia tetap berlari menuju kolam renang. Langsung menceburkan diri dan menarik tubuh mungil itu ke permukaan.

"Yoon bangun. Hyung mohon bangun Yoon," Seokjin terus bergumam sambil melakuksn CPR.

Dia menyesal telah mengasingkan Yoongi. Bagaimanapun Yoongi adalah adiknya. Mau bagaimanapun itu, selama 12 tahun terakhir Yoongi sudah jadi nomor satu dalam hidupnya. Kendati dalam 3 tahun terakhir dia mencoba untuk membenci, dia tetap tidak bisa. Yoongi sudah terlanjur menjadi poros hidupnya.

"ASTAGA YOONGI!!" Ibunya baru saja sampai di kolam renang saat melihat kekalutan Seokjin. "Bantu aku membawa Yoongi ibu," tak menghiraukan teriakan panik ibunya, Seokjin justru meminta ibunya untuk membantu.

+++

Berita duka menyambut mereka saat sampai dirumah sakit. Yoongi tidak bisa diselamatkan. Yoongi memilih pergi meninggalkan kesakitannya. Ibu bahkan pingsan dalam rengkuhan ayah yang baru saja sampai beberapa waktu yang lalu.

Mereka terlalu buta. Meninggalkan sosok rapuh itu seorang diri, tanpa ada niatan untuk berbalik.

END

Akhirnya draf yang udah seminggu ini selesai.

[1]LIMBO✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang