Naomi Matsuyama Maisaka
Tak henti-hentinya kedua tanganku mengibas-ibaskan selembar karton tebal guna menghasilkan udara agar dapat kau hirup. Berharap kau segera tersadar. Dan benar, tak lama kemudian kedua kelopak matamu terbuka.Entah perasaan apa yang membuat darahku mengalir deras saat kedua mataku beradu denganmu.
"Sudah diamlah! Sebentar lagi bel pulang berbunyi. Pulihkan kondisimu, dan aku akan mengantarmu pulang." Jelasku dengan mempertegas setiap kata ku katakan agar kau tak mencoba membuka mulut untuk melontarkan sepatah kata apapun. Tak lama, bel pulang pun berbunyi.
"Aku masih tidak percaya dengan semua ini. Semua terasa membingungkan bagiku. Terjatuh kemudian terbangun, dan mendapati diriku yang seperti ini. Oh iya, hampir saja lupa. Terimakasih telah menyelamatkanku tadi." Ujarmu tak percaya sesaat setelah kutemui kau sepeeti kebingungan, linglung, tepat di depan gerbang sekolah.
"Tidak perlu berterimakasih. Oh iya, namaku Naomi Matsuyama Maisaka. Kau tak perlu memperkenalkan dirimu, karena aku tahu lebih dari yang kau tahu, hahaha..." Ucapku.
Kita berdua berjalan bersama di bawah rintikan butiran salju yang turun secara perlahan. Berjalan berdua menyusuri jalanan kota yang hiruk pikuk dengan keramaian lingkungan perkotaan.
"Ah, iya sudah sampai. Mari, ikutlah denganku."
Kita berdua melangkah menuju bangunan klasik yang terbuat dari kayu. Meninggalkan kesan asri dengan arsitektur kuno. Setelah memencet bel, terbukalah pintu dengan sosok yang familiar di hadapanku. Membungkukkan badan sejenak untuk memberi salam, melemparkan senyuman, lantas meninggalkanmu untuk beranjak pulang tanpa meninggalkan sepatah kata apapun. Laki-laki paruh baya itu mengedipkan kedua matanya perlahan seolah memberi isyarat, seraya melambaikan tangan kanannya saat langkah kakiku beranjak pergi.
"Aku masih tidak mengerti dengan semua ini." Mata hitammu menyisiri seluruh sudut ruangan hangat itu. Sementara Paman Hiroshi hanya menghela napas panjang mengamati tingkah lakumu yang aneh.
"Naomi, anak semata wayang. Sebuah tragedi merenggut kebahagiaannya. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 13, kecelakaan itu membuatnya yatim piatu. Beruntung, Naomi masih bisa diselamatkan. Keadaan itu yang membuatnya mengalami syok berat dan berujung pada penyakit jantung kronis. Sebagai pertanggung jawabannya, Pemuda yang menabrak keluarga Yamamoko mendonorkan jantungnya untuk Naomi. Ku harap kau bisa menjaganya dengan baik. Ku harap, lambat laun kau bisa mengerti arti dari semua perkataan ku ini." Ujar Paman Hiroshi dengan senyuman dan sedikit menepuk pundakmu perlahan untuk menenangkanmu. Mendengar penjelasan Paman Hiroshi, kau hanya duduk terdiam. Menundukkan kepala, dan merenung.
Hari berlalu begitu cepatnya, ketukan detik yang menjelma menjadi hitungan jam dalam waktu yang terus berputar menjadikan dirimu mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang mungkin sangat asing bagimu.
Langit musim semi menyapaku sekarang. Kini saatnya aku menanti kedatanganmu untuk menyaksikan Festival Hanami, trasidi orang Jepang dalam menikmati keindahan Bunga Sakura saat musim semi telah tiba. Kau berjanji padaku untuk menunggumu di area Taman Kota Yokohama sepulang sekolah.
Tiba-tiba kedua mataku ditutup dengan kedua telapak tangan seseorang dari belakang tempatku duduk. Tak asing lagi, aroma khas favoritku dari orang terdekat dalam hidupku tercium berada sangat dekat denganku. Lantas ku buka kedua telapak tangan itu dan benar, ku dapati seseorang yang selama ini ku nanti.
"Hm... Di sini kau rupanya? Darimana kau tahu itu aku? Maaf, telah membuatmu menunggu terlalu lama." Bisa ku lihat jelas lengkung senyum di bibirmu.
"Andai kau tahu, cemasnya aku ketika kau tak juga muncul di hadapanku. Ku pikir kau lupa dengan perkataanmu. Atau kau memanh ingin menyaksikan festival ini bersama dengan orang lain." Protesku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTOLOGI KEEMPAT KC
FantasyKisah-kisah yang akan menarikmu dan membawamu berkelana ke dalam dunia yang berbeda. Bebaskan imajinasimu dan kau akan mengerti.