A fantasy story by MariyaUlfa139
Badai besar dengan hujan yang memukul-mukul jendela dengan keras berhasil membangunkan Jordan dari mimpi buruk. Napas Jordan terengah-engah dengan tubuh yang setengah basah oleh keringat. Mimpi buruk itu selalu menghantui tidurnya sejak Jordan berusia 17 tahun, bahkan selalu membuatnya terganggu meski telah 5 tahun berlalu.
Jordan bangkit dari tempat tidurnya lantas menatap kosong jendela apartemen yang selalu dia biarkan tanpa tirai. Langit di luar masih tampak gelap ditambah dengan lebatnya badai. Meski begitu, Jordan tidak lantas kembali ke peraduannya. Dia merasa takdirnya semakin dekat dan dia harus bersiap untuk segalanya.
"Kau bangun lebih awal." Suara lembut seorang wanita tiba-tiba terdengar dari balik punggung kekar Jordan. Wanita berambut pirang dengan telinga runcing yang aneh tiba-tiba berdiri dengan percaya diri di belakangnya. Kedatangan wanita misterius itu tak sedikitpun membuat Jordan takut. Pria bermata hazel itu seperti terbiasa dengan kedatangan tamu seperti itu di kamarnya.
"Aku merasakan kedatangannya," ujar Jordan tanpa mengalihkan pandangan.
"Waktunya semakin dekat. Aku bisa merasakannya," timpal wanita itu.
Jordan berbalik menatap langsung ke dalam kedua mata wanita itu. "Freya, aku ingin mendengar bait terakhir ramalan itu."
"Kau yakin sudah siap mendengarnya?" Freya menantang Jordan. "Kau tahu akibat dari ramalan yang sudah dibacakan para peri kan?"
Jordan tahu akibat apa yang harus ditanggungnya setelah mendengar ramalan dari Kitab Besar Sihir yang dibacakan oleh peri penjaga. Penyihir yang telah mendengar ramalannya dari peri penjaga akan terikat oleh ramalan itu hingga berhasil menunaikan takdirnya. Seperti penyihir normal lainnya, Jordan memiliki seorang peri penjaga yang akan menemaninya dalam menunaikan takdir bernama Freya.
"Aku tahu ini tidak mudah, tetapi aku benar-benar ingin mengakhiri semuanya." Jordan terlihat sangat yakin dengan ucapannya.
Sebagai seorang peri, Freya tidak bisa membantah keputusan penyihirnya. Yang bisa dilakukan Freya hanya memberikan masukan dan gambaran tentang takdir yang akan diterima penyihir masternya. Entah nasib baik atau buruk yang tengah melingkupi perjalanan hidup Freya, master penyihirnya sekarang adalah Jordan—penyihir terakhir dari klan Lumina. Freya tahu takdir besar apa yang harus dijalankan Jordan dan dia harus memastikan keselamatan masternya sampai takdir itu terpenuhi.
Freya memejamkan mata sembari menengadahkan telapak tangan kanannya. Buku bersampul cokelat tua bertuliskan Rune kuno tiba-tiba muncul begitu saja di atas telapak tangannya. Freya membuka buku itu lantas membacanya dengan suara yang dalam.
Penyihir terhebat telah datang
Lumina terakhir berlomba dengan bayang-bayang
Kegelapan akan meraung
Di bawah bulan merah yang menggantung
Fajar kemerahan akan menjadi saksi
Penyihir terakhir berdiri menguasai bumi
Freya menutup kitab tua itu kemudian menatap Jordan yang tengah memejamkan matanya.
"Besok lusa," ujar Jordan yang sudah kembali membuka matanya. "Bulan merah itu akan datang dua malam dari sekarang."
Freya menganggukkan kepala. "Kau harus siap menghadapinya," ujar Freya. "Kalau kau melakukan seperti saat kita latihan, kemungkinan besar kau bisa memenangkan duel ini."
Jordan meraih tongkat yang sejak tadi tergeletak begitu saja di nakas. Digenggamnya erat tongkat hitam berukiran rumit itu dengan tubuh yang sedikit bergetar. Malam-malam latihan yang sulit sudah Jordan lalui. Sekaranglah saatnya bagi Jordan untuk menunjukkan hasil latihannya selama ini. Dendam kedua orang tuanya harus dibayar dengan tuntas. Setelah menunggu sekian lama, kesempatan itu akhirnya akan datang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTOLOGI KEEMPAT KC
FantasyKisah-kisah yang akan menarikmu dan membawamu berkelana ke dalam dunia yang berbeda. Bebaskan imajinasimu dan kau akan mengerti.