Tangisan Musangki dan Peri

38 4 0
                                    

A story by  VhidyVL

Dinginnya malam menusuk badan seseorang yang bernama Musangki sedang tertidur lelap namun harus terbangun karena tiupan angin yang sangat kencang hingga membuat rumahnya roboh seketika.

Ia menangis menangis berterik-teriak memanggil ibunya, namun sayang saat ia menjumpai ibunya telah tergeletak kaku tak bernyawa. Sedangkan ayahnya masih hidup dan berusaha meminta bantuannya.

Dia masih saja menangisi ibunya. "Nak, tolong  ayah uhuk ... uhuks" teriak ayahnya dengan batuk yang mengeluarkan darah. Setelah mendengar panggilan itu Musangki pun berlarian menuju ayahnya untuk di selamatkan.

Mereka pun selamat dari robohan rumah. Musangki yang masih menatap tajam pada robohan itu seakan tak rela jika harus kehilangan seorang ibu.

Ayahnya membawa Musangki untuk meminta bantuan kepada tetangganya yang berada jauh di sebrang jalan untuk menginap semalam di rumahnya.

Tetangganya pun menyetujui dan memberikan bantuannya. "Mari saya antarkan ke kamar tamu" ujar tetangga itu, Musangki dan ayahnya pun mengikuti pemilik rumah menuju kamar tamu.

Pagi yang cerah saat ayah Musangki terbangun melihat di sampingnya sudah tak ada Musangki. " Apakah mbak Keny lihat Musangki?" Tanya ayahnya.

"Tadi dia bilang ingin pulang kerumah" jawab Keny si pemilik rumah. "Ta ... tapi rumah kita sudah roboh terkena angin semalam" ucap ayah Musangki.

"Baiklah terimakasih mbak sudah mau memberikan bantuan kepada kami, saya permisi terlebih dahulu" lanjut ayah Musangki. "Sama-sama pak, tak usah sungkan sesama manusia sudah sewajarnya saling membantu" jawab Keny.

Ayah Musangki pun mencarinya kerumah yang roboh itu. Terdapat Musangki sedang menangis tersendu-sendu di samping jasad ibunya. "Musangki anak ayah sudahlah ikhlaskan saja ibumu" ujar ayah Musangki.

Namun musangki tak menghiraukan ayahnya dia tetap saja menangis dan memeluk erat ibunya, sungguh dia tak mau kehilangan ibunya karena dia masih kecil dan butuh susu juga.

Ayahnya yang tak tega melihat Musangki pun ikut memeluk erat. "Nak semua akan baik-baik saja, jadi tenanglah" ucap ayah Musangki yang kemudian membawanya pergi jauh dari rumah itu tujuannya agar Musangki bisa kuat dan bahagia tanpa ibunya.

Membawanya jauh ke suatu tempat untuk memulai hidup baru tanpa ibunya membuat Musangki berat, namun  jika tidak dia pasti akan terus-terusan terpuruk dengan keadaan seperti ini.

Tempat yang begitu makmur dengan penghuninya yang ramah-ramah dan bisa menerima kedatangan mereka berdua. Tempat yang sejuk di dekat danau itu di dirikanlah rumah kecil yang cukup untuk kehidupan Musangki dan ayahnya.

"Ayah ... ayah minum" ucap Musangki dengan mata yang membendung air. "Bentar nak ayah buatin" ayah Musangki pun pergi ke warung untuk membeli susu yang ia minta.

Namun uangnya tak cukup.   Saat hendak pulang kerumahnya Ayah musangki menemui perempuan cantik duduk di bawah pohon terlihat dengan badan yang kurus, bersayap, dan memiliki telinga runcing layaknya seorang peri.

"To ... tolong!" Ucap perempuan itu. "Kau terlihat terluka" jawab ayah Musangki yang mendekat dengan rasa terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Tolong bantu aku untuk menyembuhkan sayap ini!" Peri itu meminta bantuan. "Kau ... kau seorang peri, siapa namamu?" Tanya ayah Musangki.

"Panggil saja aku peri Se Yin" peri Se Yin pun memperkenalkan diri pada ayah Musangki. "Baik, dan kenapa kau bisa terluka?" Tanya ayah Musangki yang begitu ingin tahu penyebab peri Se Yin terluka.

ANTOLOGI KEEMPAT KCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang