Bersatu Kita Runtuh

14 3 0
                                    

Karya Nafazzah

***

_"Air dan minyak yang sama-sama cair saja tidak bisa bersatu, apalagi aku dan kamu yang pada dasarnya saja sudah beda jauh."_

***

"Nona masih kuat?" tanya seseorang pada anak perempuan yang sudah kehabisan banyak energi. Ia mengangguk perlahan lalu melanjutkan latihannya.

"Paman! Cukup, Paman. Nona Iraja sudah kelelahan." Seseorang itu menghentikan serangan yang nyaris menyentuh anak bernama Iraja. Setelah mengakhiri latihan dengan menangkupkan telapak tangan dan sedikit menunduk sebagai salam, Iraja tiba-tiba terduduk di lantai.

Lantai yang terbuat dari kayu itu sedikit berderit ketika seseorang mendekat ke arah Iraja. Ia memberikan minuman untuk mengembalikan sedikit energi pada Iraja.

"Aku ingin berhenti saja Joa. Percuma saja, aku tidak sama dengan teman-teman seumuranku yang sudah mahir menguasai teknik dasar pengendali angin."

Orang yang dipanggil Joa itu tersenyum tipis. "Teman-teman Nona dan Nona sendiri tentu tidak sama. Nona pewaris kerajaan Klan Angin, sedangkan mereka tidak. Nona bukannya tidak mahir, hanya kurang berusaha lebih keras. Nona tidak lupa, kan?"

"Tolong biarkan aku sendiri dulu Joa."

Joa mengangguk, sebelum meninggalkan tempat latihan ia memberi peringatan kepada Iraja untuk tetap di sini dan tidak melakukan hal nekat itu lagi. Iraja mengiyakan dengan sedikit nada kesal. Setelah memeriksa keadaan, Iraja menyelinap keluar dan melesat menuju angkasa.

"Maaf, Joa. Kamu tahu sendiri aku tidak tahan berlama-lama di ruangan membosankan itu."

Kemampuan terbang merupakan salah satu sisi spesal dari Klan Angin. Meskipun begitu, dalam menguasai kemampuan ini cukup sulit. Hal ini tidak menyurutkan tekad Iraja untuk menguasai kemampuan ini. Sebagai putri Pemimpin Klan Angin ia dipandang sebelah mata karena fisiknya lemah dibanding anak-anak seumurannya. Namun, ia berhasil menguasainya dalam kurun yang waktu yang cukup singkat dari kebanyakan pengendali angin untuk menguasainya.

Iraja yang lemah tidak putus asa dalam menguasai dasar-dasar pengendalian angin. Beruntungnya ada Joa yang setia di sisinya. Joa yang ditugaskan ayah Iraja menjaga putrinya itu tidak hanya dianggap pengawal oleh Iraja, tetapi juga sebagai kakak.

Latihan 'paksa' hari ini menyebabkan Iraja memanfaatkan kemampuan terbangnya untuk melarikan diri ke hutan terlarang yang menjadi pembatas antarklan. Terlalu berbahaya jika sampai menerobos terlalu jauh, tetapi hal itu tidak membuat Iraja gentar sedikit pun. Hanya dengan terbang ia bisa merasakan kebebasan yang selama ini dikurung rapat-rapat oleh ayahnya.

Saking senangnya, Iraja tidak sadar jika ia sudah pergi terlalu jauh. Rasa bahagianya pun hilang seketika. Sebuah bola api hampir mengenai wajahnya. Jika tidak memiliki refleks yang baik, entah apa yang akan terjadi padanya.

_Sial. Aku terbang terlalu jauh. Ini bukan di hutan Klan Angin lagi. Bagaimana ini?_

Meskipun sudah terbang jauh, penjaga Klan Api terlalu banyak dan membuat Iraja terkejar. Sampai akhirnya, lengan atasnya terkena bola api dan membuat keseimbangan Iraja goyah. Iraja terus berusaha terbang, tetapi pada akhirnya ia jatuh juga.

Iraja terduduk lemas di bawah pohon. Rasa sakit pada tubuh ia lupakan, sejenak ia dibuat bungkam oleh seseorang yang berada tidak jauh darinya. Raut terkejut mereka saling beradu. Tidak berselang lama, mereka kembali pada situasi saat itu. Dentuman keras yang berasal dari perbatasan membuat orang tersebut menoleh pada Iraja.

Iraja yang ketakutan dengan luka di lengan membuatnya mengambil keputusan cepat. Ia mengajak Iraja untuk mengikutinya. Tentu saja Iraja diambang kebingungan, di depannya adalah salah satu orang dari Klan Api. Bisa saja ia dibawa ke pemimpin mereka. Ia terus mendesak Iraja untuk mengikutinya. Setelah mencoba percaya pada orang asing itu, akhirnya Iraja mengiyakan. Tanpa aba-aba tangan Iraja ditarik. Mereka berlari menuju sisi selatan hutan.

ANTOLOGI KEEMPAT KCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang