Bagi Egi, ada banyak hal yang menggambarkan Dikta dan dia. Si Tampan dan si Buruk Rupa, sempurna dan tidak sempurna, atau yang anti mainstream Pangeran dan pembantunya. Egi nggak merasa bangga sebab bisa setahun pacaran dengan Dikta. Ibarat nih dia tuh kacang rebus yang udah gepeng, berair, rasanya asam lagi. Sedangkan Dikta itu kacang atom yang putih mulus dan gurih.Kalau jalan bareng Dikta, Egi bahkan nggak berani menyombongkan diri. Dia takut jika ada orang yang mencemoohnya, membandingkannya dengan Dikta, atau parahnya orang akan bilang jika dia pakai pelet untuk menarik Dikta.
"Gi, kamu nggak denger aku ngomong apa?"
Egi yang sedang sibuk mengupas kulit kacang tersentak. Gadis itu menanggapi Dikta dengan mengerjap polos, tanda bahwa sejak tadi tidak memperhatikan.
Dikta menghela napas. Sempat membuka tudung hoodie Egi sebelum merapikan rambutnya. Lalu katanya, "Tadi aku nanya, kamu mau PKL di mana?"
"Oh itu, Mas Juan yang nyari sih. Deket-deket sini, masih di Jogja kok."
Dikta mengangguk-angguk. Ikut menyemili kacang rebus yang tadi mereka beli. Seperti malam minggu sebelum-sebelumnya, dia dan Egi akan menghabiskan waktu bersama. Entah hanya mengobrol di pinggir Alun-alun Kidul sambil membeli banyak makanan, jalan-jalan di Malioboro, atau sekedar nongkrong berdua bersama kopi dan kacang rebus di teras atas bengkel Bang Yunus seperti sekarang. Meski gangguannya banyak sebab bagian atas bengkel itu semacam kost gratis yang ditinggali Mas Yunus dan teman-temannya.
"Halah, bosen banget gue ngeliat kalian ngebucin mulu." Kepala Jaler muncul di sela pintu. Dengan ekspresi yang dibuat-buat seolah dia muak.
Egi dan Dikta hanya menanggapinya dengan dengusan malas.
"Lagian ngapain sih kalian di sini?" Kali ini tanya itu datang dari Dru, adik Daru yang baru-baru ini sering ikut nongkrong di sana. Bocah itu ke teras hanya untuk mengambil segenggam kacang lalu kembali lagi ke dalam, mungkin untuk membagi kacang itu dengan kakaknya.
"Dih bocah ini, kek gak tau aja! Mojok lah berdua."
"Heh Ler, nggak usah solimi lo!" Diksa melempar Jaler dengan segengggam kulit kacang. Egi yang melihat itu sontak tertawa.
Suasana teras makin ramai begitu Bang Damian dan pacarnya ikut duduk di sana untuk mengerjakan tugas. Bang Damian melirik Dikta sebentar sebelum tertawa kecil. Lalu katanya, "Mojok doang nggak poppo mah nanggung banget, Dik."
Yang langsung disahuti Mas Juan dari dalam, "Heh Dikta! Nggak usah nyosor-nyosor adik gue kalau nggak mau titit lo gue mutilasi!!"
Iya, Mas Juan itu kakak Egi. Satu tongkrongan dengan Dikta karena memang sejak kecil mereka sudah bareng-bareng. Makanya waktu tahu Egi dan Dikta pacaran, Mas Juan langsung julid ke keduanya. Lebih banyaknya ke Dikta, karena dengan statusnya sebagai pacar adik Juan, otomatis Dikta harus berhenti jadi buaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity | ON HOLD
Roman pour Adolescents"You only need to find a definition of happiness, not a definition of perfection." Treasure Kim Doyoung//2021