Felicity 07: Baik-baik Saja

18 3 3
                                    

Biasanya setiap hari Minggu Egi akan bermalas-malasan sejak pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya setiap hari Minggu Egi akan bermalas-malasan sejak pagi. Dia baru beranjak dari kasur ketika matahari sudah tinggi. Namun pagi ini dia bangun lebih awal karena mendengar keributan yang tidak biasa.

Tidak mungkin jika Bapak atau Ibu sudah pulang, karena rumah akan senyap bila itu terjadi. Maka untuk memastikan, Egi menyingkap selimut yang menggulungnya. Gadis itu duduk sebentar, menghirup udara pagi yang bercampur dengan bau kamar Juan sebanyak yang ia bisa sebelum berdiri dan berjalan ke luar.

Keributan itu ternyata berasal dari arah dapur. Juan ada di sana, terlihat berkacak pinggang sambil mengomel pada sosok berambut ikal yang sedang berdiri di depan kompor.

Egi hanya terkekeh, memilih ke kamar mandi untuk menyikat gigi sebelum kembali lagi ke sana. Dua orang di dapur itu tidak menyadari kehadirannya sampai ia duduk di kursi bar yang terletak di sebelah meja makan.

"Loh udah bangun?" Juan mendelik kecil saat bertanya. Laki-laki dengan kaus hitam itu berhenti mengomel.

"Udah, denger kalian ribut jadi kebangun."

Berbeda dengan Juan yang mengernyit heran sebab sang Adik yang tumben sekali bangun sepagi itu di hari Minggu, Dikta yang sejak tadi di sana malah tersenyum. Cowok itu berjalan mendekati Egi sambil membawakan segelas air putih.

"Selamat pagi," sapanya, sebelum melayangkan kecupan singkat di pipi kiri Egi.

Tentu saja kelakuannya langsung dibalas jeweran oleh Juan, bahkan laki-laki itu menarik Dikta menjauh dari adiknya. "Main sosor-sosor kaya nggak pernah diajarin tata krama! Nih kalau si Yusuf liat, gue jamin lo langsung disuruh sholat tobat!"

"Ye maap, Bang! Hilaf, abisnya adik lo cakep bener—EH ANJROT BANG NGGAK USAH DIJEWER LAGI KUPING GUE MAU LEPAS!"

Juan mendengus sebal, sementara Egi hanya tertawa lepas. Dua laki-laki itu selalu bisa membuat harinya jadi menyenangkan.

Selepas menertawai mereka, Egi menenggak air putih yang Dikta berikan. Kemudian bertanya penasaran, "Kalian ngeributin apa sih tadi?"

"Monyet satu ini—"

"Namanya Dikta, Mas Juan!"

"—nah maksudnya, Dikta ini aneh banget masa bikin toast telur ceplok dikasih selai stroberi!"Juan berkomentar dengan wajah julidnya. Telunjuknya menunjuk tiga tumpuk roti isi yang sudah tersaji di meja.

Dikta cengengesan. "Itu namanya inovasi, Bang."

"Inovasi, ndasmu! Seko ambune wae nggak genah ngono!"

Egi yang mendengar itu jadi mengernyit. "Tapi dari baunya sih kayanya enak."

"Cobain, gih!" kata Dikta senang, ia mendorong piring berisi toast ke arah Egi.

"Makasih," tanggap Egi sembari meraih toast itu untuk ia coba. "Mas Juan juga cobain deh."

Juan merasa tidak yakin, namun tetap menggambil setempuk toast untuk ia coba. Meski setelahnya dia malah menyuruh Dikta untuk mencicipi terlebih dulu. Siapa tau kan campuran roti tawar, telur setengah matang, lada bubuk, dan selai stroberi itu beracun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Felicity | ON HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang