Kantin terlihat sangat ramai waktu Egi datang. Kebanyakan berisi murid laki-laki. Hal yang wajar karena sekolah Egi adalah SMK negeri yang kebanyakan jurusannya diperuntukkan untuk laki-laki.
Sebenarnya Egi tidak menyukai keramaian seperti itu. Tapi karena dia tidak sempat sarapan tadi, maka di istirahat pertama Egi terpaksa ke sana. Setidaknya untuk memesan sepiring ketupat tahu.
Lalu setelah mendapatkan makanan yang dia ingin, gadis itu berhenti sebentar, mencari-cari kursi kosong yang setidaknya bisa dia tempati. Saat matanya memandang ke sudut kanan kantin, Egi bisa melihat Jaler tengah melambai padanya. Laki-laki itu menyuruhnya mendekat karena ada satu kursi kosong di mejanya.
Namun baru saja Egi akan melangkah, ada yang menghadangnya. Egi mengernyit waktu menemukan siswi berhijab panjang sedang berdiri di hadapannya. Siswi itu terseyum ramah. Egi tebak anak itu adalah adik kelasnya. Terlihat bagaimana dia tidak sungkan mendekat.
"Kak Egi?"
"Ya?" Egi membalasnya dengan setengah bingung.
"Kakak temen dekatnya Kak Daru kan?"
Egi menghela napas. Tau pembicaraan ini akan ke arah mana. "Kalau iya, emang kenapa?"
Perempuan itu terlihat malu-malu. Tangannya menyodorkan paper bag kecil. "Nitip ini buat Kak Daru, ya."
"Hah? Gimana?" Sumpah Egi jengah sekali. Dia sudah sering menghadapi yang seperti itu. Entah diperuntukan untuk Daru atau pun Jaler. Padahal jelas-jelas seringnya Egi akan menolak itu.
"Tolong kasih ini ke Kak Daru."
"Lo kan bisa ngasih itu sendiri."
"Aku malu," katanya. Dengan pipi bersemu yang bikin Egi mencibir dalam hati. "Nitip Kak Egi aja, ya?"
Gadis berambut panjang itu mendengus. Lalu katanya pelan penuh penekanan, "Dek, nggak usah nyuruh gue nganter barang ke Daru! Kasih tau ke temen-temen lo juga, gue itu temen Daru bukan pegawai ekspedisi."
Lantas Egi pergi dari sana. Memilih mendekati meja Jaler. Meninggalkan adik kelas tadi dengan dongkol.
Jaler tidak duduk sendiri. Ada beberapa temannya yang juga berada di meja yang sama. Membuat Egi agak merasa tak enak.
"Gue gabung di sini nggak apa-apa nih?"
"Kaya sama siapa aja lo, duduk aja nggak apa-apa." Siswa berbadan tambun di kanan Jaler menjawab begitu, yang diangguki teman lainnya.
Egi duduk di kursi kosong sebelah Jaler. Lantas mulai memakan kupat tahunya. Mengabaikan tatapan beberapa siswi yang siap membicarakan kebiasaannya duduk dengan teman-teman Jaler yang semuanya lali-laki.
"Tadi siapa tuh?" teman Jaler yang ada di depan Egi bertanya.
Egi sempat melirik sebentar. "Biasa lah, penggemarnya Kak Daru," katanya setengah bercanda.
"Daru mulu perasaan," cibir cowok tambun yang tadi. Kalau tidak salah namanya Ridho. "Yang nitip buat gue nggak ada, Gi?"
"Ada," jawab Egi santai. "Nitip doa, semoga lekas kurus."
Sekelompok di meja itu tertawa. Menarik atensi sebagian besar murid di kantin. Bahkan Ridho yang paling tertawa kencang. Tidak menganggap guyonan Egi serius. Satu hal yang tidak akan dia temukan di kumpulan teman perempuannya.
"Anjir, bisa ngelucu juga lo," cowok kurus di depan Egi, yang baru dia ingat bernama Sapta itu berkata demikian.
Egi cuma terkekeh kecil. Kemudian lanjut menikmati makanannya. Sesekali ikut menimbrung obrolan mereka. Meski setelah beberapa lama, dia sadar ada yang kurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity | ON HOLD
Teen Fiction"You only need to find a definition of happiness, not a definition of perfection." Treasure Kim Doyoung//2021