Heartbreak Anniversary

17 3 2
                                    

Listening to:
Heartbreak Anniversary - Giveon
Friendzone - Budi Doremi

***

"Sampai ketemu lagi nanti di titik terbaik, dan selamat menyambut upacara hari perpisahan."

Tulis Reza di status whatsappnya malam itu. Jujur Lily terheran saat menilik kalimat penuh makna tersirat yang berusaha disampaikan Reza entah pada siapa malam itu. Jemarinya gatal untuk mengirimkan lelaki itu sebuah pesan singkat. Tapi lagi-lagi argumen di kepalanya berhasil mengalahkan egonya. Ia mengirim satu pesan, berniat menanyakan maksud Reza.

"Kenapa?"

Lalu Lily meninggalkan aplikasi balas pesan itu. Ia lebih memilih membuka laman instagramnya yang sudah tampak usang karena jarang ia tengok. Ah, akhir-akhir ini tugas selalu menang kalau soal menguasai waktu di hidupnya.

"Ya engga apa-apa, persiapan aja nanti kalau gue mau pergi."

Notifikasi dari aplikasi berlogo telepon hijau itu menginterupsi kegiatannya. Ia bergegas membuka whatsappnya tuk membalas Reza.

"Mau kemana sih, lo?"
"Mau ambil kuliah di luar negeri. Kan lo tau sendiri Li, bareng Diana."
"Ya kan ntar aja pamitnya"
"Emang gue pamit?"

Skak mat.

"Ya lo mau kuliah aja kayak mau sakaratul maut."
"Mulut lu emang engga bisa dijaga banget ya neng.."

Selanjutnya, pada malam itu mereka kembali melanjutkan percakapan sederhana. Mungkin, tentang segelas kopi yang tak pernah terlewatkan dari sosok Reza? Atau seporsi ayam geprek favoritnya? Atau perdebatan tentang soda kesukaan Reza yang justru minuman itu merupakan musuh Lily? Atau larangan makan mie pedas yang akan terus dilanggar seorang Reza?

***

"Gue berangkat ya, lo jaga diri baik-baik disini. Jangan bawel ngechat gue terus, gue mau belajar yang bener biar bisa jadi bapak yang baik buat anak lo, ahaha bercanda. Percuma juga si, nomor itu juga gue tinggal di rumah."

Sekiranya begitu perkataan yang sempat dilontarkan manusia paling nyebelin sejagat raya menurut Lily. Iya, sekarang Reza dan Diana sudah benar-benar berangkat. Mereka lolos seleksi beasiswa untuk masuk salah satu universitas di negeri sakura, Jepang.

Kalau kalian kira kejadian di bandara tadi akan penuh tangis haru, kalian salah besar. Justru tadi tak ada satupun yang menangis, baik Lily maupun Reza. Mereka itu terlalu banyak bercanda, jadi jarang bisa menangis saat mereka bersama.

Tapi suasana berubah seratus delapan puluh derajat saat Lily sudah berada di mobil. Saat ini ia perjalanan pulang menggunakan taksi online yang sudah ia pesan sebelumnya. Padahal di luar sedang cerah, tidak hujan. Tapi di pipi Lily, hujan sedang turun dengan derasnya.

Lily juga tidak tahu apa yang harus ia tangisi. Padahal kepergian Reza juga hanya untuk menempuh pendidikan, bukan meninggalkannya pergi ke alam lain. Tapi rasanya berat melepas Reza pergi ke negara yang terpaut jarak cukup jauh dari Indonesia. Terasa seperti ada separuh raganya yang turut hilang. Ia akan merasa kesepian pasti nantinya.

Namun setelah ia lelah menangis, ia tiba-tiba tertawa. Entah menertawakan apa juga. Hanya tiba-tiba memori kenangan yang pernah mereka cipta kembali terputar jelas di kepalanya. Ia merasa bodoh menangis, toh buat apa menangis bukan? Nanti kan Reza juga akan pulang dan mereka akan bertemu kembali.

***

"With luv♡"
"Makasih yang udah bela-belain dateng, padahal katanya lagi banyak tugas^^"
"Have fun w/ him-!"

Rampai Gubahan || Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang