Selamat Ulang Tahun

10 2 0
                                    

Pertambahan usia memang bukan suatu hal yang wajib 'tuk dirayakan. Terkadang beberapa dari mereka justru memaknainya dengan kesedihan. Namun salahkah bila seorang Adysa Aqeela ingin membuat sedikit kenangan spesial untuk seseorang yang tak kalah spesial?

"Acan, temenin gue ke toko buku yuk?"
"Novel apa lagi yang terbit, Ca?"
"Nope, bukan itu. Lagi pengen jalan aja."

Ahsan Cakrawala namanya, lebih akrab dipanggil Acan. Kalau bisa dibilang, Ahsan ini adalah partner segalanya bagi Adysa. Dari mulai bermain lompat tali semasa kecil hingga mengerjakan banyak tugas dari dosen saat ini.

"Mau beli apa, Ca? Udah setengah jam lo muterin Gramedia."

Ahsan menghela napasnya perlahan sembari menilik arloji yang menempel di pergelangan tangannya. Ahsan bisa saja meninggalkan Adysa sendiri disini, lalu ia pergi mencari tempat duduk di depan toko. Tapi Ahsan tau, memilih opsi itu hanya membuatnya mendengar celoteh panjang Adysa.

"Bentar lagi kok, Can. Lo mau cari tempat duduk dulu?"
"Enggak, gue tunggu aja sekalian."
"Nah, udah nih. Yuk ke kasir!"

Adysa dan Ahsan berjalan beriringan menuju kasir. Tak lupa genggaman tangan Adysa yang penuh barang belanjaannya. Mulai dari kanvas hingga cat beserta kuas lukis.

"Bayar pake duit gue aja, Ca! Kemarin gaji gue habis cair."

Ahsan bergegas mengeluarkan dompet di saku celananya. Namun dengan sigap, Adysa buru-buru mencegah aksi tersebut. Ia menggelengkan kepalanya perlahan.

"Pake duit gue aja, ih! Simpen aja uangnya buat Bunda sama si Adek."
"Tumben?"
"Gue juga lagi ada duit, mau sekalian gue traktir? Kopi? Nasi goreng?"
"Gaya-gayaan lo, Ca!"

Hari itu dihabiskan Ahsan dan Adysa untuk duduk bersama di kedai kopi dekat rumah mereka. Sembari menyesap menu kopi andalannya, mereka berdialog santai pada sore itu.

***

'Mudah bukan? Selamat mencoba!'

Terdengar seruan semangat dari layar ponsel pintar Adysa. Kalau kalian tidak tahu, ia baru saja mempelajari sebuah video tutorial di platform youtube. Adysa ingin menghabiskan waktu luang di akhir pekannya dengan melukis.

"Ayo, Ca! Lo pasti bisa!"

Dengan seperangkat alat lukis yang telah ia beli di hari lalu, gadis yang lebih akrab disapa Aca ini mulai berkarya. Ia menorehkan semua kemampuan dan kreativitasnya di atas kanvas putih.

"Semoga aja hasilnya sesuai ekspektasi gue...."

Lama berkutik dengan pallet berisi cat akrilik, nampaknya lukisan itu hanya butuh sedikit sentuhan akhir sebelum bisa dikatakan selesai. Setelah memberi kesan detail di akhir, ia menyimpan lukisan itu di atas meja tempat ia belajar atau sekedar merias diri.

"Not bad, hope he likes it."

Senyum kecil tersungging di wajah cantiknya. Ia segera merapikan peralatan lukis yang tercecer berantakan di lantai kamar. Tak lupa membasuh bersih tangannya yang meninggalkan banyak sisa cat warna-warni.

***

"Assalamualaikum, Bunda!"
"Waalaikumsalam anak cantiknya, Bunda!"

Adysa terkekeh dan segera memeluk hangat tubuh wanita yang ada di hadapannya. Ia sangat merindukan Bunda karena lamanya mereka tak bertemu.

"Kamu kemana aja? Kenapa jarang banget ikut Ahsan ke rumah?"
"Hehe, maaf Bunda... Adysa sibuk banget sama deadline tugas, dosennya galak!"

Wanita itu terkekeh geli. Kerutan di wajahnya makin terlihat jelas. Walau raganya masih sangat sehat nan bugar, tapi Aca tahu pasti beban yang ditanggungnya tak pernah se-ringan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rampai Gubahan || Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang