10 - Comfort

1.6K 230 32
                                    

Sore itu, sepulang sekolah, Taehyung beneran pergi sama Bogum. Akhirnya. Setelah sekian purnama dan seri berbabak tentang 'Bogum yang lupa punya pacar', mereka bisa menghabiskan waktu berdua. Tentu saja Taehyung senang, jarang-jarang pacar sibuknya itu punya itikad baik buat ngajak jalan.

Excited, Taehyung bahkan berceloteh tentang banyak hal selama mereka jalan dan Bogum akan merespon dengan tawa. Taehyung pikir, akhirnya mereka baik-baik saja. Kakak kelasnya itu membawanya menuju tempat makan yang selalu mereka datangi pas masa-masa PDKT dan awal-awal pacaran (pas masih manis-manisnya).

Semua berjalan sempurna. Memesan makanan, mengobrol, tertawa—apalagi yang akan dilakukan oleh pasangan?

"... Hahaha, iya. Aku bonyok-bonyok gara-gara si Jungho sama anak buahnya. Untung dibantuin sama Kak Seojoon." Taehyung menyeruput minumannya lewat sedotan, makanannya sudah habis dan kini mereka cuma ngobrol-ngobrol ringan.

Bogum ketawa menanggapi—namun mungkin perasaan Taehyung saja atau tawanya nggak terdengar tulus?

"Kamu deket, ya, sama Seojoon belakangan?" Bogum bertanya, nadanya sedikit menekan dan Taehyung mulai paham arah pembicaraan ini.

"Lumayan, sih. Aku lumayan sering nongkrong bareng Kak Seojoon, bareng anak-anak juga. Pernah diajak makan sekali. He's nice." Taehyung menjawab sejujur-jujurnya, mencoba meyakinkan Bogum supaya nggak mikir macam-macam.

Iya, Taehyung mungkin memang sempat naksir sedikit sama Seojoon. Tapi dia tahu diri kalau dia masih punya Bogum—dan masih sayang. Mungkin sedikit dari banyak alasan di balik titel fuckboy yang tersemat pada dirinya. Tapi, serius, dia masih berusaha menghargai Bogum.

Dia masih berharap pada Bogum.

"Oh." Bogum mengangguk, mengaduk minumannya yang tinggal es batu. "He's nice, Tae?"

Taehyung menghela. "Kak—"

"I see belakangan kamu lebih milih buat jalan sama Seojoon. Kamu lupa masih punya aku?" Suaranya tegas, terdengar menuntut dan Taehyung dapat merasakan atmosfer tak nyaman menyelimuti mereka. Bogum mendengus, menyambung, "atau, kamu emang sengaja?"

"What?" Kening Taehyung berkerut, rautnya terlihat menentang dan nggak percaya. Dia nggak salah dengar, kan? "Bukannya kebalik, Kak? Kamu yang lupa kalau masih punya aku? Aku selalu usaha buat luangin waktu hubungin kamu—nanya kapan kita bisa ketemu. Tapi kamu selalu sibuk terus sama urusan kamu."

Bogum menggeleng singkat, figur wajahnya mengencang. "Ya karena urusan itu penting, Tae. Kamu harusnya bisa ngertiin, bukan malah seenaknya caper ke cowok lain."

Mendengarnya, Taehyung ketawa. Sarkas. "Sori? First of all, aku selalu ngertiin. Aku selalu tanya baik-baik kapan kamu punya waktu but you always pushed me away. Second of all, aku jalan sama Kak Seojoon juga bareng temen-temen aku. Well, iya, aku sempet jalan berdua sama dia. Tapi dia yang ajak, bukan aku. Sori karena aku nggak nolak." Taehyung ngerasa dia juga turut bersalah dalam hal ini, tapi bukan cuma dia. Bukan cuma Taehyung yang bikin semua ini jadi rumit.

"Sekarang apa? Kamu ngeles?"

"Kak."

"Alesan kamu nggak penting, Tae. No need to bitching around, aku capek. Aku tahu dari awal kamu emang begitu—nggak cukup satu. Caper, main cowo. Should I say more? Siapa aja yang udah kepincut sama kamu? Seojoon, Hoseok, Jeongguk—dan masih kurang?"

Taehyung terpaku. Tersentak di tempatnya, tatapannya menajam sementara jantungnya berdetak ngilu. Tidak terima.

"Mau lo apa, sih, bangsat?! Gue udah jelasin jujur ke lo, tapi lo malah ngatain gue. Lo bahkan nggak bisa jujur dan terus terang sama gue kalau lo emang cuma sok sibuk. Kalau lo emang cuma jadiin kesibukan lo itu alesan untuk nggak respon gue," suaranya sedikit goyah, namun Taehyung nggak mau kalah. Emosinya udah di ubun-ubun dan mungkin bisa aja dia kelepasan nonjok muka Bogum sekarang juga.

17 | kvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang