Taehyung masih ingat betul tentang tempo hari. Kala kapten tim basket sekolah mereka datang tergopoh-gopoh buat menarik Taehyung menjauh dari Jungho dan perkelahian mereka. Masih dengan jersey lengan pendek, dibalut jaket parasut hitam serta keringat yang belum kering total. Bahkan rambutnya masih basah dan lehernya mengilap.
"Woi! Udah! Kalau berantem jangan di sini!" Park Seojoon berseru ke arah Jungho dan antek-anteknya, bawa Taehyung serta Jimin ke belakang tubuhnya.
Jungho tergelak, ngejek. "Yang berantem bukan gue doang, bro. Tuh adek kelas lo juga jelas-jelas pukulin gue, kenapa nggak lo sewotin sekalian?"
Seojoon mendengus. "Mereka ke sini buat nonton, bukan berantem."
"Ya gue juga?!"
"Ya makanya jangan cari ribut."
Jungho total kesal, kepalan tangannya mengerat dan tanpa pikir-pikir lagi layangkan pukulan ke arah Seojoon. Taehyung sontak kaget, hampir maju buat pukul Jungho tapi ternyata Seojoon bisa menghindar dengan gesit dan lawan balik. Bahkan sampai Jungho mundur dan terhuyung beberapa langkah.
Hampir-hampir adegan baku hantam berlanjut kalau saja para panitia dan beberapa orang dewasa yang bertanggung jawab datang buat ngelerai. Jungho dan Taehyung yang paling lama diceramahi. Sama-sama nggak terima, lemparkan pembelaan yang ditampik lantas berakhir cuma ngangguk-ngangguk pasrah. Lalu berdamai karena disuruh.
"Urusan kita belum selesai," Jungho mendesis kala mereka telah terbebas dari ceramah.
Taehyung mengendik. "Urusan lo doang, sih. Gue udah nonjok lo, udah puas."
"Pft. Cemen lo."
"Nggak usah nyari gara-gara, anjing. Gue mau balik." Ntar dicekek sama Jeongguk.
Dan begitu saja, mereka berpisah. Masih dengan perasaan setengah hati karena masih kurang kalau belum ada yang pingsan.
"Lama banget, nyet. Lo diceramahin apa aja sampai mau setengah jam?" Jimin muncul di parkiran, bersandar pada motornya sambil mainan hape.
Taehyung mengendus, jengah. "Disuruh tobat."
Mendengarnya, Jimin ketawa nggak tahu diri. "Nggak bakal mempan." Kemudian ambil posisi buat mundurin motor, sekalian ngasihin helm ke Taehyung. "Cabut, yuk. Udah malem juga, ntar gue diomelin Jeongguk."
Taehyung menangkap helm Jimin, mengernyit. "Kenapa jadi lo yang diomelin, nyet?"
"Ya kesayangannya gue pulangin malem gimana nggak kena semprot."
"Siapa kesayangan Jeongguk?"
"Elo, lah, siapa lagi."
Pasang ancang-acang, hampir-hampir Taehyung lemparin helm ke kepala Jimin. Sementara yang mau dihantam cuma nyengir dengan tampang watados seakan-akan dia nggak habis ngomongin sesuatu yang geli-geli najis di kuping Taehyung. Sampai merinding. "Anjing, geli, setan. Gue tampar lo."
Jimin mencebik. "Kalem, nyet. Naik buruan."
Baru aja Taehyung mau naik, tapi berhenti pas seseorang panggil namanya. Dia noleh, nemuin Park Seojoon yang juga naik motor, helm nutupin muka serta jaket yang tutupin tubuhnya. Taehyung mungkin nggak bakal sadar kalau bukan dari suaranya.
"Kim Taehyung!"
Senyum Taehyung perlahan mengembang. "Oi, Kak Seojoon. Duluan, nih?" Jimin juga ikut tersenyum dan lontarkan sapaan yang dibalas oleh si kakak kelas.
"Hahaha, iya. Lo juga udah mau balik, kan, sama temen lo?"
Taehyung mengangguk, memakai helmnya kemudian duduk pada jok belakang Jimin. "Yoi. Kapan-kapan, deh, Kak, nongkrong bareng sama anak-anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
17 | kv
Fanfiction𝐎𝐍 𝐆𝐎𝐈𝐍𝐆. "Kalau sampai umur tujuh belas kita belum punya pacar, kita pacaran aja." Jeongguk dan Taehyung buat perjanjian di umur mereka yang ketiga belas, di ruang tengah rumah Taehyung sore-sore selepas nonton sinetron alay dan kemakan pemi...