I: Antsa yang Bersedih

41 4 4
                                    

Anak keduaku berlari terbirit-birit memasuki rumah. Rambutnya dikucir kuda, bajunya bernoda kotor, dan sungai di pipinya yang mengalir deras mengalihkan perhatian hampir seluruh penghuni rumah. Akan tetapi, sepertinya ia lebih memilih menuju kakaknya yang berada di taman belakang.

"Kakak, teman-teman Antsa nggak mau main bareng. Kata mereka rambut Antsa aneh!" rengek anak perempuan berambut cerah itu. Wajahnya termasuk tak umum di lingkungan ini, apalagi cara berbicaranya tergolong tersendat untuk anak seumurannya.

Sang kakak seperti biasa tak menghiraukannya, gadis jangkung itu malah fokus menyiram taman kecil kesayangannya. Barulah setelah tiga rengekan adiknya, ia mengeluarkan suara. "Antsa, sini deh." Dia menarik tubuh adiknya mendekat. Agaknya terlalu kencang sampai hampir menabrak tanah basah kalau tak ditahan.

Tersadar ada hewan bertubuh gempal di hadapannya, Antsa berteriak jijik. "Kak-kak! Apa itu?!" jerit anak bermata biru itu, ia histeris menunjuk-nunjuk ulat yang sibuk melahap daun. "Kakak, dia makan tumbuhan kakak! Buang, Kak, buang."

Kakak terkekeh geli dan usil memindahkan ulat itu ke tangan kirinya. Lalu, tangan kanannya ikut mengambil beberapa cacing. "Ini namanya ulat, yang ini cacing. Antsa suka sama ulat dan cacing nggak? Mereka lucu, 'kan?" jelas kakak, tak risih memain-mainkan cacing yang menggeliat menjijikkan.

Antsa menggeleng cepat. Kakaknya tertawa, dia terduduk di rumput taman dan menunjuk kupu-kupu yang menari tak jauh dari mereka. "Kalau kupu-kupu, Antsa suka?" tanya kakak kemudian.

Adiknya mengangguk antusias. Kakak lalu menjelaskan bahwa kupu-kupu berasal dari ulat, binatang yang berulang kali dirundung Antsa. Ulat yang buruk rupa dan kerjaannya hanya makan atau merusak tumbuhan pun pada akhirnya akan menjadi kupu-kupu yang membantu penyerbukan dan sangat memesona. Setelahnya, kakak menunjukkan cacing yang sama jeleknya dengan ulat. Ia berkata bahwa cacing yang jelek pun memiliki banyak manfaat seperti menyuburkan tanah atau penyembuhan penyakit manusia.

"Jadi, biarpun Antsa dikatakan jelek sekarang, Antsa masih memiliki keistimewaan lainnya. Antsa pasti bakal jadi kupu-kupu pas besar." Kakak tersenyum manis, seraya mengusap air mata Antsa dengan tangan kotornya. Ia menyodorkan kelingking kanannya. "Pinky promise kalau Antsa nggak nangis lagi?"

Antsa mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking kakaknya. Anak bungsuku itu akhirnya sadar, sejelek apapun sesuatu, dia pasti memiliki kelebihan karena meskipun ulat yang sangat jelek atau merugikan kebun kakaknya, kupu-kupu membantu penyerbukan di kemudian hari atau cacing yang kotor serta menjijikan ternyata juga bermanfaat bagi kebun kakaknya. Semua orang memiliki kelebihannya masing-masing, tergantung bagaimana kita melihat orang itu.

===

[catatan dari en:]
hai, semuanya.
salam dari en, yang kelaparan.

Kita Semua Pernah Melarikan DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang